Tentang Penjajahan
PENJAJAHAN (Al-ISTIKHRAAB)
"Sesungguhnya
raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka
membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan
demikian pulalah yang akan mereka perbuat” (QS An-Naml 34).
Indonesia
adalah negara besar dan berpenduduk muslim terbesar di dunia. Namun
kebesarannya belum mencerminkan besarnya kedudukan dan posisi tawar
dihadapan bangsa-bangsa di dunia, khususnya Amerika Serikat, Eropa dan
negara-negara maju lainnya. Terbukti banyak perusahaan
asing multinasional yang begitu kokoh di Indonesia, walaupun banyak
merugikan bangsa Indonesia, seperti Exxon Mobil, Freeport, Newmont dll
Realitas
ini menunjukkan betapa lemah dan tidak berdayanya pemerintah Indonesia
terhadap intervensi asing. Negara terkaya di dunia, begitu mudahnya
membiarkan bangsa asing menjajah. Mereka merusak moral dan mengeruk kekayaan alam serta mengekor pada sistem ekonomi riba yang mereka terapkan. Akibatnya Indonesia menjadi negara yang paling miskin, rusak moralnya, paling rusak kekayaan alamnya dan penghutang terbesar.
Makna Penjajahan
Dalam
bahasa Arab istilah penjajahan disebut dengan isti’maar. Ungkapan ini
tentu tidak tepat karena artinya memberi kemakmuran. Sebagaimana
disebutkan dalam surat Huud 61, “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.”
Sedangkan penjajah selalu menimbulkan kerusakan. Maka istilah yang tepat adalah istikhraab. Penjajahan selalu menimbulkan kehinaan, kerusakan dan kehancuran. Itulah ungkapan yang pernah dilontarkan Ratu Bilqis yang diabadikan dalam Al-Qur’an, Dia berkata: "Sesungguhnya
raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka
membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan
demikian pulalah yang akan mereka perbuat” (QS An-Naml 34).
Sedangkan
sosok sang penjajah yang ditampilkan dalam Al-Quran dan sering
diulang-ulangnya adalah Fir’aun. Al-Qur’an menyebutkan beberapa
karakteristiknya, “Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat
sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah,
dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki
mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya
Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS Al-Qhashash 4).
Penjajah dalam Al-Qur’an
Allah
SWT. menyebutkan kisah Musa as. versus Fir’aun dan Bani Israil yang
memakan banyak tempat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu sudah selayaknya
bagi umat Islam bahkan umat manusia secara keseluruhan untuk mengkaji
dan menyelidiki pelajaran dibalik kisah ini. Karena tidak mungkin Allah
menyuguhkan kisah yang menjadi salah satu tema besar dalam Al-Qur’an,
dibuat tanpa arti. Dari kisah-kisah panjang tersebut, maka disimpulkan bahwa Al-Qur’an, menjadikan Fir’aun sebagai nama dan simbol utama Sang Penjajah.
Dari kisah Musa as., Fir’aun dan Bani Israil, banyak pelajaran yang dapat diambil, diantaranya:
- Dunia ini menjadi tempat pertarungan antara al-haq (kebenaran) dan al-bathil (kebatilan)
- Para nabi adalah pelopor dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan akan selalu berhadapan dengan para penguasa zhalim yang memeranginya.
- Fir’aun adalah ikon penguasa zhalim dan sejarah akan berulang dengan tokoh dan waktu yang berbeda.
- Fir’aun adalah sang penjajah yang senantiasa membuat kerusakan dan akan mengalami pengulangan sejarah.
- Kebenaran dan kebatilan selalu ada pengikutnya. Dan inilah inti dari ujian di dunia.
- Penjajah selalu menimbulkan kerusakan dan kehancuran baik moral maupun material.
- Orang-orang Yahudi dari Bani Israil menjadi musuh utama para nabi dan pengikutnya sepanjang masa.
- Para nabi dan pengikutnya dari orang-orang beriman menjadi pemenang pada akhir dari setiap kisah pertarungan ini.
Penjajahan Modern
Dapat
dikatakan bahwa penjajahan modern terjadi setelah perang Salib antara
umat Islam dan bangsa Barat yang berlangsung selama sekitar 2 abad.
Walaupun bangsa Barat mengalami kekalahan militer dari perang ini,
tetapi mereka mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, diantaranya
penemuan wilayah-wilayah baru dan kembangkitan industri hasil penetrasi
budaya dari umat Islam.
Bangsa
Barat mulai melakukan penjelajahan ke wilayah-wilayah baru tersebut
untuk mencari bahan baku bagi industri mereka. Dan manuver mereka
berakahir pada penjajahan tempat-tempat yang mereka singgahi. Inggris
menjajah Malaysia, Pilipina, India dan sebagian Timur Tengah. Prancis
menjajah wilayah-wilayah di Afrika Utara, Belanda menjajah Indonesia dan
demikianlah bangsa Barat menjadikan negeri Islam dan negara berkembang
wilayah jajahannya. Penjajahan ini disebut dengan penjajahan langsung.
Penjajahan
langsung bangsa barat terhadap negeri-negeri muslim berlangsung sampai
sekitar tahun 1945. Di Era Penjajahan langsung, para penjajah
benar-benar melakukan apa saja dan mengambil apa saja terhadap wilayah
jajahannya. Mereka berupaya menundukkannya dengan menghalalkan segala macam cara. Termasuk pemaksaan terhadap budaya
dan agama setempat. Masyarakat pribumi banyak yang menjadi korban
jajahan termasuk korban al-gazwul al-fikri, sehingga agama baru
berkembang di negeri-negeri muslim dan berkembang. Banyak diantara
mereka banyak yang berpindah agama dari Islam atau lainnya ke agama
Penjajah yaitu Kristen.
Sekitar tahun 1945 terjadi
kemerdekaan secara masal, yaitu kemerdekaan negeri-negeri muslim dari
penjajahan secara langsung. Tetapi sejatinya kemerdekaan belum penuh
dirasakan oleh negeri-negeri muslim. Karena para penjajah tidak begitu
saja meninggalakan daerah jajahannya sebelum mereka menanam bom waktu.
Para penjajah berhasil menanam kader-kadernya menjadi pemimpin dengan sistem pemerintahan sekuler yang berkiblat pada barat.
Mulailah bentuk penjajahan baru, penjajahan secara tidak langsung tersebut bernama globalisasi yang menempatkan Amerika Serikat sebagai pemain utama dalam penjajahan. Peran AS didukung negara-negara sekutunya dari Eropa,
Australia dan Israel. Amerika Serikat telah membentuk dirinya sebuah
kekuasaan global dimana negara-negara lain tunduk dan patuh pada
kepentingannya.
John
Perkins seorang yang sebelumnya bekerja sebagai EHM (Ecominc Hit Man,
Penghancur ekonomi) menceritakan dalam bukunya pengalaman bagaimana AS
menguasai dunia. EHM adalah agen-agen AS yang diback up CIA dan
perusahaan multinasional AS untuk menawarkan pinjaman sangat besar
kepada kepala pemerintahan negara-negara berkembang. Berbagai macam
strategi untuk menyakinkan kepala pemerintahan dibuat, termasuk strategi
yang paling licik, dengan suap, wanita atau tawaran yang lain yang
menggiurkan.
Langkah
EHM untuk memberikan penawaran pinjaman banyak menuai hasilnya.
Negara-negara berkembang berlomba mendapat pinjaman tersebut. Pada
saat yang sama mereka harus menerima persyaratan utamanya, yaitu bahwa
setiap proyek pembangunan hasil pinjaman tersebut yang melaksanakan
proyek adalah perusahaan multinasional AS. Jadi pada hakekatnya sebagian
besar uang pinjaman itu tidak pernah berpindah dari AS. Uang itu hanya
berpindah transfer dari perbankan di Wasington ke bagian rekayasa di New
York. Sedangkan negara-negara berkembang harus membayar beban hutang
sekaligus bungannya.
Indonesia
dan Ekuador adalah diantara negara korban kekuasaan global AS. Di
Ekuador perusahaan minyak Texaco telah merubah dan meratakan hutan
tropis menjadi kubangang comberan yang membuat punah 15 %
spesies burung dunia dan ribuan tanaman yang belum diklasifikasikan.
Pipa sepanjang 300 mil telah menembus hutang dan gunung disana. Untuk
setiap $100 nilai minyak mentah, perusahaan minyak AS
menerima $ 75. Sisanya untuk bayar hutang dan biaya anggaran pemerintah,
sementara rakyat yang miskin hanya menerima sekitar $ 2,5 saja, dan itu
untuk biaya kesehatan pendidikan dan bantuan.
Di
Indonesia lebih parah lagi, perusahan Freeport teleh mengekploitasi
kekayaan emas dan tambang lainnya dan dibawa ke AS. Sedangkan dampaknya,
kerusakan alam dan lingkungan begitu sangat mengerikan. Penduduk Papua yang mengais-ngais rezeki dari tailing atau sisa-sisa galian gunung ditembaki. Perusahaan AS lainnya seperti, Exxon
Mobil, Newmont, Caltex dll. berebutan mendapatkan rejeki dari kekayaan
alam Indonesia, mereka seperti sekelompok serigala lapar memperebutkan
makanan.
Jika
langkah EHM menawarkan pinjaman modal tidak berhasil, maka yang terjadi
adalah langkah berikutnya. Orang-orang EHM menyebutnya dengan istilah
langkah serigala. Para serigala langsung mengintai kepala pemerintahan
untuk dijadikan mangsanya. Kepala negara dibunuh, dikudeta atau tewas
dalam kecelakaan yang mengerikan. Inilah yang terjadi pada Jaime Roldos,
presiden Ekuador, Omar Torrijos, presiden Panama, Zhiaul Haq, presiden
Pakistan dan mungkin masih banyak lagi presiden yang menentang AS
mengalami nasib serupa.
Dan
jika serigala-serigala itu juga gagal mengeksekusi tugasnya, maka yang
terjadi adalah invasi langsung kepada negara-negara itu. Inilah yang
terjadi pada Irak, Afghanistan dan sebelumnya terjadi pada Somalia,
Fiethnam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa AS telah menempatkan diri
menjadi kekuasaan global, polisi dunia dan penjajah utama dengan
melakukan segala caranya baik penjajahan tidak langsung maupun
penjajahan langsung.
Penjajahan itu telah mengakibatkan kerusakan yang sangat dahsyat pada semua aspek kehidupan. 24.000 manusia setiap hari meninggal karena sakit dan kelaparan. Kerusakan
moral akibat pornografi dan pornoaksi, konflik perang saudara,
kerusakan sosial masyarakat dengan merebaknya Narkoba, perjudian dan
miras, kerusakan lingkungan dan pencemaran limbah.
Karakteristik Penjajah
Dari
uraian diatas, maka tepatlah ketika Al-Qur’an menyebutkan tentang
karakteristik penjajah, surat An-Naml 34, Dia berkata: "Sesungguhnya
raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya,
dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah
yang akan mereka perbuat”.
Surat Al-Qhashash 4, “Sesungguhnya
Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka,
menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan” (QS Al-Qhashash 4).
Para penjajah memiliki karakteristik internal, yaitu melampaui batas (tughyaan), mendustakan Islam (takdzib), menyimpang (‘ishyaan) dan takabbur atau sombong (‘ulu). Dan puncak kesombongan Fira’un
sampai pada batas dia mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa agung
yang harus diikuti dan ditaati oleh rakyatnya. Disebutkan dalam surat
An-Naa-zi’aat 17-24, “Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia
Telah melampaui batas. Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah
keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". Dan kamu
akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" Lalu
Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi Fir´aun
mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha
menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu
berseru memanggil kaumnya. (seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.”
Sedangkan sifat eksternal dari Fir’aun diungkapkan dalam surat Al-Qhashash 4, yaitu memecah belah atau menjalankan politik Divide Et Impera (syi’aan) , menjadikan lemah dan tidak berdaya kelompok-kelompok
yang ada di masyarakat (tadh’iif), merusak lingkungan dan merusak moral
rakyatnya (ifsaad), menjadikan rakyatnya rendah dan tunduk kepada
kekuasaannya (dzillah) dan puncaknya adalah membunuh (dzabh wal qotl)
jika melawan dan bertentangan dengan sikap atau pendapatnya.
Seluruh
sifat-sifat penjajah yang ada pada Fir’aun tersebut, sekarang sangat
kontras dan nyata ada pada penguasa global dan polisi dunia di era
modern, yaitu AS, Israel dan sekutunya.
Wallahu’alam bis-Shawab. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar