Membangun dan Merawat Integritas
Oleh Reza A.A Wattimena
Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala Surabaya
Bangsa kita merindukan integritas, baik integritas batin pribadi,
maupun integritas organisasi-organisasi yang menopang kehidupan publik.
Dalam arti ini integritas dapat dipahami sebagai kesatuan antara kata
dan tindakan, serta kekokohan prinsip di tengah pelbagai situasi yang
terus berubah, dan menggoda untuk melepaskan prinsip. Bagaimana dengan
anda sendiri? Apakah anda sudah mampu membangun dan merawat integritas
dalam diri anda?
Pada hemat saya, ada 6 langkah yang bisa diambil, jika kita sungguh
ingin membangun dan merawat integritas di sekitar kita. 6 langkah ini
saya dapatkan dari refleksi pribadi saya, sekaligus dari presentasi
publik yang dilakukan oleh B.S Mardiatmaja pada bulan Januari 2012 di
UNIKA Widya Mandala Surabaya. Tertarik? Saya akan jelaskan lebih jauh.
Ketegasan Visi dan Nilai
Langkah pertama membangun integritas adalah dengan menegaskan visi
dan nilai hidup anda sendiri, ataupun visi dan nilai organisasi tempat
anda berkarya. Ketegasan ini amat penting, karena visi dan nilai itulah
yang akan membimbing anda mengarungi hidup yang penuh dengan perubahan
ini. Visi dan nilai hidup membimbing anda, ketika mengalami kebingungan.
Visi dan nilai itu pulalah yang menguatkan anda di tengah penderitaan
yang seringkali tak bisa dihindarkan. Apa visi dan nilai-nilai hidup
anda?
Langkah kedua adalah memilih tempat ataupun organisasi yang memiliki
visi dan nilai yang kurang lebih sama sejalan dengan visi dan nilai
hidup pribadi anda. Ini penting supaya anda bisa menjalani hidup yang
bermakna di tempat anda bekerja atau berkarya, dan organisasi tempat
anda berkarya bisa sungguh memberikan dampak sosial yang positif pada
masyarakat luas. Apakah anda sudah bekerja di tempat yang memiliki visi
dan nilai-nilai yang sejalan dengan visi dan nilai-nilai pribadi anda?
Saat ini visi pribadi saya adalah memberikan pencerahan publik.
Artinya di manapun saya berada, saya berusaha untuk memberikan
pencerahan pada orang-orang sekitar saya melalui tutur kata, perbuatan
sehari-hari, maupun tulisan-tulisan yang saya rumuskan. Untuk mewujudkan
visi itu, saya perlu untuk belajar terus sepanjang hidup saya, dan
membangun relasi yang bermutu serta mendalam dengan berbagai kalangan.
Maka saya perlu untuk banyak membaca, rajin bekerja, bersikap simpatik
dan empatik pada orang lain, apapun latar belakangnya. Apa visi dan
nilai-nilai hidup anda?
Harus saya akui, bahwa saya amat beruntung. Tempat saya sekarang
berkarya (bukan hanya bekerja) memiliki visi dan nilai-nilai yang
sejalan dengan visi dan nilai-nilai hidup saya pribadi. Ini membuat saya
tetap bersemangat untuk berkarya, walaupun banyak kesulitan dan
penderitaan di tengah jalan. Saya juga berharap organisasi tempat saya
bekarya sekarang ini (Fakultas Filsafat UKWMS) mampu memberikan
sumbangan nyata bagi masyarakat luas. Bagaimana dengan anda? Apakah anda
sudah berkarya di tempat yang sejalan dengan visi dan nilai-nilai hidup
anda pribadi?
Sosialisasi yang Gencar dan Berkelanjutan
Visi dan nilai-nilai hidup yang anda punya perlu anda tegaskan, dan
jelaskan pada orang-orang sekitar anda. Tujuannya adalah supaya mereka
mengerti di mana posisi anda di dalam hidup, dan apa visi hidup pribadi
anda. Ini juga amat penting di dalam organisasi tempat anda berkarya.
Visi dan nilai-nilai organisasi tersebut haruslah disosialisasikan
secara intensif dan berkelanjutan kepada setiap orang yang ada di
dalamnya, termasuk klien ataupun pelanggan. Jadi apakah anda sudah
mensosialisasikan visi dan nilai-nilai hidup pribadi maupun organisasi
tempat anda berkarya secara intensif dan berkelanjutan?
Komitmen saya pada pencerahan publik memang belum diketahui oleh
semua rekan saya. Proses untuk menyatakan visi dan nilai-nilai hidup
pada kerabat sekitar memakan waktu cukup lama, dan harus dilakukan pada
kesempatan yang betul-betul tepat. Jika tidak, maka sikap ini akan dicap
sebagai arogansi. Memang betul bahwa kita tidak perlu terlalu peduli
pada omongan orang yang tak selalu bermutu. Namun tak mengindahkan
pendapat publik juga dapat menjauhkan kita dari kesempatan untuk sungguh
membangun hubungan yang bermutu dengan orang lain. Bagaimana menurut
anda?
Visi dan nilai-nilai organisasi juga perlu untuk terus ditegaskan dan
disebarkan secara intensif serta berkelanjutan pada semua pihak yang
terkait dengan organisasi tersebut. Ini amat penting supaya orang-orang
yang terkait dengan organisasi itu dapat terus ingat akan arti penting
kehadiran dan partisipasi aktif mereka di dalam organisasi. Bagaimana
pengalaman anda? Apakah organisasi anda telah mensosialisasikan visi dan
nilai-nilainya secara intensif dan berkelanjutan? Apakah anda memahami
arti penting kehadiran dan partisipasi anda dalam organisasi tempat anda
berkarya?
Refleksi dan Revisi Berkala
Dunia ini terus berubah. Tidak ada yang abadi. Visi dan nilai-nilai
hidup pun bukan sesuatu yang mutlak. Maka kita perlu untuk melakukan
refleksi dan revisi berkala tentang visi maupun nilai-nilai hidup yang
kita punya. Bagaimana menurut anda? Apakah anda melakukan refleksi dan
revisi rutin pada visi maupun nilai-nilai hidup anda?
Hal yang sama berlaku untuk kehidupan organisasi. Apa yang berhasil
di tahun lalu belum tentu berhasil untuk tahun depan. Maka organisasi
perlu terus melakukan refleksi dan revisi atas visi maupun nilai-nilai
yang dipegangnya. Ini semua nantinya akan berdampak pada strategi apa
yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi organisasi tersebut. Setuju?
Saya rutin bertanya pada diri saya sendiri, apakah visi dan
nilai-nilai hidup saya masih relevan untuk menanggapi perkembangan jaman
sekarang ini secara bijak? Sampai sekarang saya masih yakin, bahwa visi
dan nilai-nilai hidup saya masih amat relevan untuk jaman ini. Namun
saya tetap terbuka pada kemungkinan, jika suatu saat saya harus mengubah
visi dan nilai-nilai hidup yang kini saya pegang. Bagaimana pengalaman
anda sendiri?
Dalam konteks organisasi hal yang sama juga diperlukan. Seluruh pihak
di dalam organisasi harus melakukan refleksi rutin pada visi dan
nilai-nilai yang mereka pegang, dan, jika perlu, melakukan revisi
atasnya. Ini bukanlah tanda inkonsistensi, melainkan tanda keterbukaan
dan kemauan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan jaman,
sehingga bisa terus memberikan dampak positif pada masyarakat luas.
Bagaimana menurut anda? Apakah organisasi tempat anda bekerja siap
melakukan refleksi dan revisi berkala atas visi maupun nilai-nilai yang
dipegangnya?
Kepemimpinan yang Melibatkan
Dalam konteks organisasi, integritas bisa diperoleh dengan menerapkan
model kepemimpinan yang melibatkan. Pemimpin harus mampu menyentuh dan
menggerakan hati orang-orang yang dipimpinnya untuk berpartisipasi
secara aktif mewujudkan visi bersama organisasi. Hanya dengan pola ini,
visi organisasi bisa tercapai, dan nilai-nilai organisasi bisa tetap
dipertahankan. Apakah anda sudah menjadi sosok pemimpin yang melibatkan,
atau masih menggunakan gaya birokrat yang asal perintah dan tak punya
wawasan?
Saya amat jarang menemukan sosok pemimpin yang mampu melibatkan
setiap orang di dalam organisasi untuk mencapai visi bersama dengan
dipandu pada nilai-nilai yang dipegang oleh organisasi tersebut. Yang
banyak ditemukan justru adalah pola kepemimpinan birokrat yang asal
perintah, namun tak memiliki kejelasan visi, dan wawasannya sempit.
Dengan pola pemimpin semacam itu yang tersebar di berbagai organisasi di
Indonesia, baik organisasi privat maupun publik, tak heran, jika negara
kita tidak maju sampai sekarang. Bagaimana menurut anda?
Struktur Organisasi yang Kokoh
Pola kepemimpinan yang melibatkan ini juga harus memiliki struktur
organisasi yang cukup kuat untuk membuat visinya menjadi kenyataan yang
bisa dirasakan banyak orang. Ketika berbicara tentang kreativitas, maka
sosok pemimpin haruslah memiliki organisasi yang cukup kuat untuk
membuat kreativitas tersebut sungguh menjadi atmosfer yang dirasakan
organisasinya. Jika tidak ia akan dicap sebagai pemimpin yang omdo, yakni omong doank; banyak bicara, tetapi tak pernah menjalankan aksi nyata. Ya kan?
Di Indonesia saya mengalami sendiri, bagaimana hidup di bawah sosok
pemimpin yang hanya bicara, tetapi tak ada aksi. Janji diumbar, namun
hanya sedikit sekali yang sungguh menjadi nyata. Akhirnya banyak orang
menjadi tak peduli pada urusan bersama, dan visi bersama pun menjadi tak
jelas. Bagaimana pengalaman anda?
Di balik semua teori tentang integritas, yang sungguh dibutuhkan
adalah kekuatan mental untuk memahami tujuan hidup pribadi, mampu
memegang prinsip secara teguh, lepas dari semua godaan yang datang, dan
bersikap terbuka pada pelbagai perubahan jaman. Integritas diri adalah
kunci dari integritas organisasi. Keduanya berjalan searah tanpa bisa
terpisahkan. Tidak ada integritas organisasi tanpa integritas
orang-orang yang berada di dalamnya. Pertanyaan reflektifnya adalah,
sejauh mana anda sudah berusaha membangun dan merawat integritas di
dalam diri anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar