Hari ini Kirab Budaya 66 Tahun Yogyakarta Ibukota Republik
Tribun Jateng - Rabu, 4 Januari 2012 07:43 WIB
Laporan Wartawan Tribun Jogya/ Sigit Widya
TRIBUNJATENG.COM, YOGYA - Kirab budaya memperingati 66 Tahun Yogyakarta Kota Republik, digelar Rabu (4/1/2012) hari ini, pukul 14.30. Kirab dimulai dari DPRD DIY menuju Gedung Agung Yogyakarta.
"Kami mengajak masyarakat, terutama generasi muda pecinta nasionalisme dan keistimewaan DIY, untuk bergabung ke dalam acara ini," kata Ketua Sekretariat Bersama Keistimewaan DIY, Widihasto Wasana Putra, Selasa (3/1/2012), melalui pesan singkat.
Sebelum kirab budaya atau Rabu (4/1/2012), pukul 08.00, diadakan upacara dalam rangka serupa di Kantor Gubernur DIY, Kepatihan. Ikut dalam upacara tersebut pegawai di lingkungan provinsi.
TRIBUNJATENG.COM, YOGYA - Kirab budaya memperingati 66 Tahun Yogyakarta Kota Republik, digelar Rabu (4/1/2012) hari ini, pukul 14.30. Kirab dimulai dari DPRD DIY menuju Gedung Agung Yogyakarta.
"Kami mengajak masyarakat, terutama generasi muda pecinta nasionalisme dan keistimewaan DIY, untuk bergabung ke dalam acara ini," kata Ketua Sekretariat Bersama Keistimewaan DIY, Widihasto Wasana Putra, Selasa (3/1/2012), melalui pesan singkat.
Sebelum kirab budaya atau Rabu (4/1/2012), pukul 08.00, diadakan upacara dalam rangka serupa di Kantor Gubernur DIY, Kepatihan. Ikut dalam upacara tersebut pegawai di lingkungan provinsi.
Keraton Yogyakarta Prosesi Miyos Gangsa
Tribun Jateng - Senin, 30 Januari 2012 05:46 WIB
Laporan Reporter Tribun Jogja, Eka Santi Anugraheni
TRIBUNJATENG.COM, YOGYA - Keraton Yogyakarta mengadakan prosesi Miyos Gangsa dalam rangkaian Sekaten 2012, Minggu (29/1/2012) malam. Prosesi ini berupa dikeluarkannya dua gamelan milik keraton, yakni Gamelan Kanjeng Kiai Naga Wilaga dan Kanjeng Kiai Guntur Madu, dari Bangsal Ponconiti menuju Masjid Gede Kauman.
Prosesi ini diselenggarakan setiap tahun, tepatnya pada Maulid Nabi Muhammad. Mengawali prosesi, dilakukan tradisi nyebar udik-udik, berupa uang receh. oleh pengageng Keraton Yogyakarta sekitar pukul 20.00, Minggu (29/1). Ribuan warga menyaksikan acara ini, dan sebagian di antaranya, termasuk anak-anak, pun ngalap berkah.
Dua gamelan tersebut dikirab sekitar pukul 22.00. Sebelum dikirab, kedua gamelan ditabuh bersama oleh beberapa abdi dalem keraton di Bangsal Ponconiti. Mereka memainkan beberapa gending, antara lain Gending Rambu, Rangkung dan Andhong-andhong.
"Awalnya, kedua gamelan ini akan (digunakan untuk) memainkan Gendhing Rambu dan Rangkung bersamaan. Untuk gendhing yang lain, dimainkan sendiri-sendiri (per gamelan, Red)," jelas abdi dalem bagian musik, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Waditro Winoto, saat ditemui Tribun Jogja di sela-sela acara, Minggu (29/1/2012) malam.
Prosesi ini diselenggarakan untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad. Menurut abdi dalem bagian pendidikan, KRT Waseso Winoto, sepasang gamelan tersebut dahulu difungsikan oleh keraton sebagai sarana penyebaran agama Islam.
"Dulunya gamelan ini dimanfaatkan oleh para wali untuk mengundang rakyat yang saat itu masih beragama Hindu dan Budha agar bersedia mendengarkan khotbah serta mengucapkan kalimat syahadat. Dimainkan selama tujuh hari sebelum hari kelahiran Nabi Muhammad, tepatnya 12 Maulud," tuturnya.
Prosesi kirab sepasang gamelan ini menarik perhatian banyak warga Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Ribuan warga, pria dan wanita, tak hanya orang tua tetapi juga anak-anak, menyaksikan kirab tersebut. Sebagian dari mereka bermaksud ngalap berkah dari momen ini.
Dandi, Dimas, dan Bintang, tiga siswa kelas V SD Keputran 1, misalnya, memanjatkan doa saat acara Miyos Gongso berlangsung. Mereka membawa kembang dan kemenyan diselipi selembar rupiah, dan diserahkan kepada abdi dalem yang berada di sisi kanan-kiri gamelan. Mereka mengikuti acara ritual meminta doa atas keinginan sendiri agar berprestasi di sekolah. "Minta doa, biar pinter," ujar Dandi sambil membawa bungkusan daun pisang berisi kembang. (*)
TRIBUNJATENG.COM, YOGYA - Keraton Yogyakarta mengadakan prosesi Miyos Gangsa dalam rangkaian Sekaten 2012, Minggu (29/1/2012) malam. Prosesi ini berupa dikeluarkannya dua gamelan milik keraton, yakni Gamelan Kanjeng Kiai Naga Wilaga dan Kanjeng Kiai Guntur Madu, dari Bangsal Ponconiti menuju Masjid Gede Kauman.
Prosesi ini diselenggarakan setiap tahun, tepatnya pada Maulid Nabi Muhammad. Mengawali prosesi, dilakukan tradisi nyebar udik-udik, berupa uang receh. oleh pengageng Keraton Yogyakarta sekitar pukul 20.00, Minggu (29/1). Ribuan warga menyaksikan acara ini, dan sebagian di antaranya, termasuk anak-anak, pun ngalap berkah.
Dua gamelan tersebut dikirab sekitar pukul 22.00. Sebelum dikirab, kedua gamelan ditabuh bersama oleh beberapa abdi dalem keraton di Bangsal Ponconiti. Mereka memainkan beberapa gending, antara lain Gending Rambu, Rangkung dan Andhong-andhong.
"Awalnya, kedua gamelan ini akan (digunakan untuk) memainkan Gendhing Rambu dan Rangkung bersamaan. Untuk gendhing yang lain, dimainkan sendiri-sendiri (per gamelan, Red)," jelas abdi dalem bagian musik, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Waditro Winoto, saat ditemui Tribun Jogja di sela-sela acara, Minggu (29/1/2012) malam.
Prosesi ini diselenggarakan untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad. Menurut abdi dalem bagian pendidikan, KRT Waseso Winoto, sepasang gamelan tersebut dahulu difungsikan oleh keraton sebagai sarana penyebaran agama Islam.
"Dulunya gamelan ini dimanfaatkan oleh para wali untuk mengundang rakyat yang saat itu masih beragama Hindu dan Budha agar bersedia mendengarkan khotbah serta mengucapkan kalimat syahadat. Dimainkan selama tujuh hari sebelum hari kelahiran Nabi Muhammad, tepatnya 12 Maulud," tuturnya.
Prosesi kirab sepasang gamelan ini menarik perhatian banyak warga Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Ribuan warga, pria dan wanita, tak hanya orang tua tetapi juga anak-anak, menyaksikan kirab tersebut. Sebagian dari mereka bermaksud ngalap berkah dari momen ini.
Dandi, Dimas, dan Bintang, tiga siswa kelas V SD Keputran 1, misalnya, memanjatkan doa saat acara Miyos Gongso berlangsung. Mereka membawa kembang dan kemenyan diselipi selembar rupiah, dan diserahkan kepada abdi dalem yang berada di sisi kanan-kiri gamelan. Mereka mengikuti acara ritual meminta doa atas keinginan sendiri agar berprestasi di sekolah. "Minta doa, biar pinter," ujar Dandi sambil membawa bungkusan daun pisang berisi kembang. (*)
Editor : budi_pras
Kemudian
sore harinya, pukul 18.30, dilangsungkan diskusi di Hotel Ros In, Ring
Road Selatan Yogyakarta, dengan pembicara Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengku Buwono X dan pakar politik UGM, Pratikno.
Editor : budi_pras
Tidak ada komentar:
Posting Komentar