Penetrasi Broadband di Indonesia Capai 60 Persen
Kamis, 16 Februari 2012 | 06:18
Firma konsultasi dan riset bisnis, Frost and Sullivan memperkirakan di tahun 2015 penetrasi broadband di Indonesia akan mencapai 60 persen karena berkembangnya industri telekomunikasi dan informasi.
Hal ini dikarenakan meningkatnya penggunaan smartphone, booming-nya sosial media, semakin murahnya harga telepon seluler, dan maraknya transaksi dengan e-commerce.
Jayesh Easwaramony, Vice President ICT Practice, Frost & Sullivan mengatakan bahwa perdagangan online atau online commerce sangat berpotensi mendorong penetrasi broadband di Indonesia karena online commerce menyimpan potensi revenue yang sangat besar.
Menurutnya meskipun saat ini revenue yang dihasilkan dari online commerce di Indonesia masih sangat kecil namun bisa mencapai 10 kali lipat di tahun 2015 dengan syarat adanya infratrsuktur, teknologi dan regulasi yang memadai.
"Meskipun revenue dari online market di Indonesia masih sangat kecil namun potensi pertumbuhannya ada," ujar Jayesh di Jakarta (15/02).
Frost dan Sullivan memperkirakan di tahun 2015 revenue dari online commerce bisa mencapai US$1,8 miliar.
Setyanto Santosa, Ketua Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel), mengatakan meningkatnya penetrasi internet dan boradband di Indonesia sangat tergantung dari niat baik pemerintah untuk membangun infrastruktur yang memadai.
"Kami sudah berusaha meyakinkan pemerintah bahwa yang namanya infrastruktur itu bukan cuma jalan dan jembatan, tetapi juga teknologi informasi dan komunikasi, termasuk broadband," ujarnya.
Menurut Setyanto dalam 10 tahun ini pemerintah tidak pernah membangun fasilitas informasi, teknologi dan komunikasi.
"Semua yang bangun provider, padahal mestinya itu tanggung jawab pemerintah," ujarnya.
Setyanto juga mengatakan bahwa penetrasi telepon seluler di Indonesia berpotensi membuat semakin meluasnya penggunaan broadband. Menurutnya di tahun 2012 penetrasi telepon seluler di Indonesia mencapai 85 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar