Written by Leo Alexander Tambunan, S.E., M.M |
Tuesday, 08 March 2011 08:21 |
Pendahuluan Akhir-akhir ini Indonesia mengalami konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat, dalam waktu beberapa konflik terjadi di 2 daerah, Konflik Ahmadiyah di cikeusik Padeglang Banten dan kerusuhan pembakaran sekolah dan gereja di Temanggung di Jawa Tengah. Kedua konflik ini terjadi dikarenakan ketidakpuasaan ataupun karena adanya ketidaksenangan sekumpulan manusia terhadap sesuatu golongan ataupun beberapa golongan, dimana kerusuhan ini didahului denga tindakan anarkis yang didasarkan atas dasar agama. Mengapa Bangsa ini yang dahulu disebut sebagai Bangsa yang ramah tamah, suka menolong, dan memiliki rasa toleransi yang tinggi menjadi bangsa yang liar dan gampang tersulut emosinya? mengapa konflik horizontal selalu terjadi di tengah masyarakat? Benarkah pemimpin di negara kita memiliki dan tidak menguasai manajemen konflik dengan baik? Untuk itu saya ingin membahas konflik ini dari sudut Manajemen Konflik. Definis Konflik Stephen Robbins dalam bukunya Organization Behavior (1996) mendefiniskan Konflik adalah Suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa suatu pihak merasakan pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan pihak pertama. Sementara Wirawan dalam bukunya tentang Manajemen Konflik (2010) mendefiniskan konflik adalah proses pertentangan yang diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konflik terjadi dikarenakan adanya proses yang terjadi di kedua belah pihak yang masing-masing pihak terpengaruh secara negatif yang menimbulkan pertentangan di antara kedua belah pihak. Konflik di Cikeusik Padeglang Banten dan Konflik di Temanggung serta konflik-konflik lain yang ada di Indonesia lebih dikarenakan adanya proses terjadinya konflik yaitu adanya pertentangan, kalau di Cikeusik antara Pihak Ahmadiyah dan sekelompok oknum umat muslim, dan di Temanggung antara sekelompok oknum umat muslim yang tidak setuju atas vonis pengadilan sehingga menimbulkan amarahan dengan cara membakar sekolah kristen dan gereja. Sumber Konflik Ada beberapa hal yang merupakan sumber konflik adapun konflik itu terjadi di tengah masyarakat disebabkan[1] :
Pada tengah masyarakat Menurut Gibson, Ivancevich, Donnely (1996) membagi konflik atas : 1. Konflik yang Fungsional yaitu pertentangan antara kelompok untuk mempertinggi atau menguntungkan organisasi. 2. Konflik yang tidak fungsional yaitu setiap pertentangan atau interaksi antara kelompok yang menganggu oragnisasi atau upaya pencapaian tujuan organisasi. [2] Sehingga saya mengambil kesimpulan bahwa sumber konflik terjadi dikarenakan : 1. Tercipta perubahan nilai yang sangat cepat di dalam organisasi atau masyarakat yang menimbulkan pertentangan. 2. kurangnya komunikasi di tengah-tengah masyarakat sehingga menimbulkan terjadinya konflik antar golongan. 3. Muncul kepentingan baik kepentingan golongan maupun individu yang menguntungkan pihak bersengketa untuk diperjuangkan. Dari ketiga point itu diperlukan manajemen konflik yang digunakan untuk mengatasi konflik atau pertentangan di tengah masyarakat atau golongan sehingga tidak menganggu situasi dan kondisi suatu masyarakat atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan, kerusuhan, tindakan negatif yang dapat merugikan golongan atau individu tersebut. Manajemen Konflik Manajemen Konflik adalah proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan. [3] Dari definisi manajemen konflik diatas saya ambil kesimpulan bahwa manajemen konflik tersebut harus ada proses dimana proses tersebut dilakukan ketika adanya input atau masukkan dari pihak-pihak yang bertikai dan pihak ketiga disini adalah sebagi pihak penengah atau pihak mediator yang merumuskan strategi penyelesaian konflik yang dirumuskan dalam suatu kesepakatan perjanjian yang menghasilkan suatu ketetapan atau keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak yang bertingkai. Maka untuk menjawab permasalahan diatas bahwa bangsa ini masih memiliki sifat toleransi apabila adanya sifat keterbukaan terhadap setiap perbedaan, bukan berarti menghilangkan perbedaan seperti konsep Orde Baru yang membuat semuanya seragam agar tidak terjadi konflik, hal ini bukan merupakan solusi yang baik. Justru perbedaan di Indonesia haruslah dipertahankan dan dijaga sehingga perbedaan ini merupakan warna Indonesia sesungguhnya, yang harus dikembangkan adalah sikap toleransi yang nyata yang artinya adanya komunikasi dan keterbukaan diantara perbedaan yanga ada. Kesimpulan Setelah kita mengetahui apa itu konflik dan manajemen konflik dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa konflik bukanlah dihindari apalagi untuk di abaikan, akan tetapi konflik hendaklah harus dihadapi atau di kompromikan kepada pihak yang bertingkai. Konflik dapat diatas jika komunikasi diantara para pihak yng terjadi konflik dapat dipahami dan dicari solusinya. Pihak Pemerintah yang memiliki kekuasaan dan memiliki kekuatan memberikan manajemen konflik yang baik sebagai moderator terhadap 2 kubu yang mengalami konflik. Ketegasan pemerintah sangat dinantikan dalam mengatasi konflik yang ada id negara kita. Kasus Cikeuting Dan Temanggung adalah konflik horizontal yang sebenarnya peran pemerintah sangat penting untuk bertindak dan memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk memberikan kesempatan untuk berkompromi kepada kedua belah pihak sehingga tidak terjadi konflik lagi. Kita berharap ketegasan pemerintah dalam masalah konflik di Negara ini haruslah jelas, disini Pemerintah adalah moderator bagi pihak yang bertikai. Jika ada yang melanggar hukum maka Hukum yang berlaku harus menindak pihak-pihak yang bermasalah. Setelah Hukum berjalan maka manajemen konflik dilaksanakan oleh Pemerintah sehingga konflik tersebut tidak akan terjadi kembali. Semoga........!!!!!!!!! DAFTAR PUSTAKA 1. http://wapedia.mobi 2. Gibson, Ivancevich, Donnely: Organization, Behavior, Structur, and Process, 5th edition, 1996 3. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Penerbit Salemba Humanika, Jakarta, 2010 [1] ) http://wapedia.mobi
[2] ) Gibson, Ivancevich, Donnely: Organization, Behavior, Structur, and Process, 5th edition, 1996
[3] ) Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Penerbit Salemba Humanika, Jakarta, 2010.
Leo Alexander Tambunan, S.E., M.M Dosen Business School Universitas Pelita Harapan Surabaya leo.alexander[at]uphsurabaya.ac.id |
Minggu, 19 Februari 2012
Menejemen Konflik di Indonesia
Manajemen Konflik di Indonesia, Perlukah?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar