Minimalisir Aksi Coret Usai UN - Siswa Kumpul Seragam Sekolah dan Doa Bersama |
WRITTEN BY SWISMA |
friday, 20 april 2012 10:02 |
Guna minimalisir aksi coret seragam sekolah yang kerap dilakukan siswa di kota Medan usai melaksanakan Ujian Nasional (UN), para siswa dan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan menggelar doa bersama serta dirangkai dengan pengumpulan pakaian seragam sekolah.
"Coret-coret baju merupakan tindakan mubajir dan tidak mencerminkan kepribadian seorang kaum intelektual. Itu sangat menyedihkan serta memprihatinkan sekali,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Emiruddin Harahap di hadapan sejumlah siswanya usai melaksanakan UN di SMA Negeri Medan, Kamis (19/4). Menurutnya, aksi coret-coret seragam sekolah usai melaksanakan UN bertentangan dengan nilai moral, sebab seragam sekolah tersebut memiliki nilai-nilai kebangsaan yang harus dihargai, karena di dalamnya memiliki nilai tertinggi dalam menggapai cita-cita dan masa depan. Diakuinya kalau aksi coret-coret yang dilakukan para siswa di kota Medan, tanpa terkecuali juga dilakukan siswa SMA Negeri 3, yang selama ini terjadi, menurutnya merupakan luapan euforia para siswa usai melaksanakan UN.Tapi kini tradisi yang mubajir tersebut dirubah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. "Salah satunya yakni dengan mengumpulkan seragam sekolah bekas, adalah kegiatan positif yang harus dilakukan seluruh siswa di kota Medan, terutama siswa SMA Negeri 3,” ungkapnya. Dengan kegiatan ini, diharapkan nantinya hasil pengumpulannya bisa dipergunakan atau didistribusikan kepada adik-adik kelas atau orang-orang yang tidak mampu. Hal itu sangat mulia serta mencerminkan seorang kaum intelektual. Namun, diakui tidak semua siswa di kota Medan bisa melakukan hal itu. Di mana, masih banyak siswa di kota Medan yang melakukan aksi coret-coretan seragam sekolah, dan tidak jarang pada saat usai melaksanakan UN, para siswa melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada tindakan anarkis serta mengganggu kenyamanan orang di sekitarnya. Dikatakan Emir, dengan melihat kondisi yang selama ini kerap terjadi, di mana usai pelaksanaan UN, para siswa melakukan aksi coret-coret seragam sekolah, maka sudah sepatutnya pemeritah mencari solusi mengatasi persoalan ini. “Saya mengusulkan, agar dibuat pakta integritas yang melibatkan seluruh sekolah, guru, orang tua siswa serta siswa untuk tidak melakukan aksi tersebut apalagi hingga menjurus tindakan anarkis seperti yang terjadi selama ini," tegasnya. Di dalam pakta integritas dibuat sebuah aturan berupa sanksi administratif bagi sekolah yang melakukan atau mengabaikan pakta integritas tersebut. "Penundaan pengumuman serta pemberian ijazah, merupakan sanksi administratif yang dinilai tepat untuk pelanggar aturan tersebut, "pungkasnya. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Drs Sahlan Daulay menuturkan jika dirinya mewakili sekolah dan para guru merasa terharu dan berbangga telah menghantarkan para siswa ke fase terakhir dengan baik. Diharapkan kepada siswa untuk menjaga nama baik sekolah pasca pelaksanaan UN. Di tempat berbeda, di SMA Negeri 13 Medan, usai pelaksanaan UN, siswa SMA Negeri 13 melakukan dzikir bersama dan pengumpulan seragam sekolah. "Dzikir dan pengumpulan seragam ini, merupakan kegiatan kedua yang dilakukan para siswa usai melakukan UN, dan ini merupakan wujud syukur telah melaksanakan UN, "ujar Kepala Sekolah SMA Negeri 15 Medan, Sutrisno. Swisma | Medan | Jurnal Medan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar