Kartu Miskin Gold dan Silver (1): Biaya Rumah Sakit Rp 3 Juta Tak Perlu Bayar
SUARA MERDEKA – Rabu, 18 April 2012
Sudah lima tahun ini program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) diterapkan. Dalam program tersebut, warga miskin dibekali Kartu PKMS Gold dan Silver. ‘’Kartu ajaib’’ itu menolong banyak kaum papa, sehingga mereka bisa menikmati layanan kesehatan seperti yang dirasakan orang berpunya.
SUYONO (70) tak pernah membayangkan dirinya dirawat berhari-hari di rumah sakit. Untuk biaya makan sehari-hari saja, buruh bangunan itu agak kepayahan. Apalagi membayar biaya rumah sakit gara-gara infeksi pernapasan pada paru-parunya.
”Saya tidak bisa lupa, selesai dirawat melihat angka Rp 3 juta yang diurus anak saya,” tutur warga Kampung Dadapan RT 5 RW 13 Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon itu, di rumahnya yang berjarak sekitar lima meter dari tepi Bengawan Solo.
Ya, angka itu adalah biaya yang harus dibayar Suyono setelah dirawat selama seminggu di salah satu RS rujukan untuk pemegang kartu PKMS, Desember 2011. Ia sungguh beruntung karena memiliki selembar kartu PKMS jenis Gold. Dengan kartu itu, dia tak pusing lagi memikirkan cara membayarnya.
”Coba kalau tidak ada program PKMS dengan kartu ajaibnya, saya mau bayar pakai apa. Sehari pendapatan saya Rp 25.000. Itu pun kadang tidak dapat,” tutur bapak dua anak yang akrab disapa Mbah Yono itu.
Sambil menahan batuk yang tersisa, Suyono mengisahkan, saat dibawa ke rumah sakit dia sama sekali tidak mengeluarkan uang. Anaknya yang mengantar dia hanya menunjukkan kartu Gold kepada petugas RS di Kecamatan Jebres.
”Itu pertama kali saya memanfaatkan kartu Gold yang dibuatkan anak saya pada 2010. Benar-benar tidak membayar sepeser pun. Tapi sayang, saat banjir awal 2012 lalu, kartu itu hilang,” ungkap dia.
”Itu pertama kali saya memanfaatkan kartu Gold yang dibuatkan anak saya pada 2010. Benar-benar tidak membayar sepeser pun. Tapi sayang, saat banjir awal 2012 lalu, kartu itu hilang,” ungkap dia.
Suyono pun berniat mengurus kartu yang amat berharga baginya itu.
Pengalaman serupa dirasakan Wijiningsih (42), warga Kelurahan Sewu RT 3 RW 7, Kecamatan Jebres. Ibu rumah tangga itu sangat terbantu dengan kartu jenis Silver yang dimilikinya. Dia pernah menggunakannya untuk berobat karena demam setelah banjir melanda rumahnya pada 2011.
Pengalaman serupa dirasakan Wijiningsih (42), warga Kelurahan Sewu RT 3 RW 7, Kecamatan Jebres. Ibu rumah tangga itu sangat terbantu dengan kartu jenis Silver yang dimilikinya. Dia pernah menggunakannya untuk berobat karena demam setelah banjir melanda rumahnya pada 2011.
”Bukannya sakit yang kami tunggu. Siapa sih yang kepengin sakit, kan tidak ada. Tapi dengan kartu itu, rasanya sakit jadi cepat sembuh karena biaya pengobatan ditanggung Pemkot,” ujarnya.
Ya, kartu kesehatan itu memang membuat ayem warga ekonomi lemah, termasuk bagi mereka yang belum menggunakannya seperti Suripto (57). Warga Kampung Cinderejo Lor RT 2 RW 5, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari itu sudah mengantongi kartu berjenis Gold.
Ia tak khawatir lagi kalau-kalau dia atau keluarganya didera sakit. Baru-baru ini anaknya demam, tapi hanya diperiksakan ke puskesmas.
‘’Kalau misal butuh perawatan di rumah sakit, pasti saya akan memanfaatkannya. Untuk pemegang kartu Gold kan gratis,” tutur buruh bongkar muat semen itu.
Ya, kartu kesehatan itu memang membuat ayem warga ekonomi lemah, termasuk bagi mereka yang belum menggunakannya seperti Suripto (57). Warga Kampung Cinderejo Lor RT 2 RW 5, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari itu sudah mengantongi kartu berjenis Gold.
Ia tak khawatir lagi kalau-kalau dia atau keluarganya didera sakit. Baru-baru ini anaknya demam, tapi hanya diperiksakan ke puskesmas.
‘’Kalau misal butuh perawatan di rumah sakit, pasti saya akan memanfaatkannya. Untuk pemegang kartu Gold kan gratis,” tutur buruh bongkar muat semen itu.
Verifikasi Lapangan
Apa yang dialami ketiga warga itu hanya segelintir dari kisah 14.181 (11,3 persen) keluarga miskin (gakin) di Kota Bengawan. Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Surakarta menyebutkan, jumlah gakin di Solo 125.327 jiwa dari total 536.000 warga.
Kepala Bappeda Anung Indro Susanto mengatakan, jumlah 14.181 jiwa tersebut telah bertambah 1.363 jiwa sejak akhir 2011. ”Data awal kami ambil dari BPS (Badan Pusat Statistik-Red), lalu kami verifikasi langsung ke lapangan,” terangnya.
PKMS Gold yang telah berjalan selama lima tahun tersebut dinilai berhasil menjaring dan melayani kebutuhan kesehatan warga tidak mampu. Dengan pertimbangan itu, PKMS Gold yang semula merupakan program tahunan akan diubah menjadi program enam bulanan.
Pertimbangan lain, minat warga mendaftar sebagai calon peserta PKMS Gold tinggi. Di sisi lain, mereka harus menunggu satu tahun untuk masuk sebagai peserta program itu.
Kepala Bappeda Anung Indro Susanto mengatakan, jumlah 14.181 jiwa tersebut telah bertambah 1.363 jiwa sejak akhir 2011. ”Data awal kami ambil dari BPS (Badan Pusat Statistik-Red), lalu kami verifikasi langsung ke lapangan,” terangnya.
PKMS Gold yang telah berjalan selama lima tahun tersebut dinilai berhasil menjaring dan melayani kebutuhan kesehatan warga tidak mampu. Dengan pertimbangan itu, PKMS Gold yang semula merupakan program tahunan akan diubah menjadi program enam bulanan.
Pertimbangan lain, minat warga mendaftar sebagai calon peserta PKMS Gold tinggi. Di sisi lain, mereka harus menunggu satu tahun untuk masuk sebagai peserta program itu.
”Ini terutama untuk menangani masyarakat miskin yang telanjur sakit tapi belum terdaftar sebagai peserta PKMS Gold. Menunggu satu tahun itu terlalu lama,” paparnya. (Asep Abdullah A, Budi Sarmun S-59)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar