DAMPAK PENETRASI KEBUDAYAAN BARAT TERHADAP GAYA HIDUP PEMUDA INDONESIA ABAD XXI
Abstraksi
Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat merupakan salah
satu fenomena yang menandakan adanya globalisasi. Memasuki millennium baru akses
teknologi informasi tidak hanya dapat dinikmati oleh negara maju – seperti yang
terjadi sebelumnya, tetapi juga oleh seluruh negara di dunia. Termasuk negara
berkembang seperti Indonesia. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi
juga berdampak pada mudahnya akses masuk budaya asing ke suatu negara.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi penduduk yang cukup tinggi
juga termasuk salah satu negara yang dimasuki oleh budaya asing, khususnya
barat. Penetrasi kebudayaan barat ke Indonesia berpengaruh cukup besar pada
pergeseran gaya hidup maupun sikap dan perilaku masyarakatnya, khususnya para
pemuda. Hal tersebut sedikit banyak menggambarkan lemahnya filterisasi budaya
pemuda Indonesia dalam menyaring budaya asing yang masuk. Sehingga dengan
mudahnya pemuda kita menerima dan mengadopsi nilai-nilai budaya barat ke dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Pergeseran gaya hidup pemuda yang cenderung
kebarat-baratan inilah yang menggambarkan dampak negative masuknya
budaya barat ke Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga menggambarkan
keberhasilan penetrasi kebudayaan barat di Indonesia. Yang mana penetrasi
kebudayaan barat tersebut cukup terbantu dengan berkembang pesatnya akses
teknologi informasi dan juga lemahnya kemampuan pemuda Indonesia dalam
melakukan filterisasi kebudayaan.
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi dan informasi telah menjadi sebuah
fenomena yang terjadi di seluruh dunia. Banyak orang di seluruh dunia saat ini
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Tentunya hal tersebut membuat akses
terhadap informasi yang berkaitan dengan segala hal menjadi semakin mudah,
tidak terkecuali akses terhadap kebudayaan asing. Dengan pesatnya perkembangan
teknologi informasi maka semakin cepat pula budaya-budaya asing masuk dan
diterima disuatu wilayah.
Dunia barat sebagai tempat pertama berkembangnya teknologi informasi tentu
saja dapat mengambil keuntungan dengan berkembang pesatnya teknologi informasi
yang telah mereka ciptakan. Keuntungan tersebut rupanya dimanfaatkan oleh barat
yang salah satunya dapat kita lihat dari adanya upaya-upaya penyebaran
kebudayaan mereka ke seluruh penjuru dunia. Saat ini hampir semua negara
di dunia – bahkan negara penentang barat sekalipun – telah dimasuki oleh
budaya barat. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya pergeseran gaya hidup
atau life style yang terjadi di negara-negara di dunia saat ini. Di Teheran,
remaja-remaja berpakaian ala barat kerap mudah kita jumpai di negara yang
dianggap menjunjung tinggi fundamentaisme islam. Di Praha, music-musik rock
kerap terdengar tiap hari di tengah kesibukan warga kotanya. Dan juga di
belahan dunia yang lainnya kerap kita jumpai hal-hal berbau budaya barat yang
dengan cepatnya masuk dan berkembang di tengah pesatnya perkembangan teknologi
dan informasi. Tidak terlepas pula Indonesia yang sejak masa reformasi atau
pada awal millennium baru telah mengalami percepatan perkembangan teknologi dan
informasi. Dimana hal tersebut juga berakibat pada kemudahan masuknya budaya
asing termasuk juga budaya barat ke Indonesia.
Sama halnya dengan yang terjadi dinegara-negara lain, masuknya budaya asing,
khususnya budaya barat di Indonesia, juga berpengaruh pada pergeseran gaya
hidup maupun sikap dan perilaku masyarakatnya, khususnya kaum remaja atau biasa
kita sebut sebagai pemuda. Menjadi sebuah pertanyaan menarik, bagaimana sikap
pemuda kita dalam menghadapi masuknya kebudayaan barat. Apakah mereka mampu
melakukan seleksi budaya atau justru terbawa oleh dampak-dampak negative dari
kebudayaan asing yang masuk. Dan jawabnya, dalam satu decade ini ternyata para
pemuda kita belum cukupkuat dan mampu dalam melakukan filterisasi budaya asing,
khususnya budaya barat. Konsekuensinya mereka harus menanggung semua dampak
negative dari masuknya budaya barat yang telah mereka terima dan adopsi kedalam
kehidupan mereka. Hal ini adalah sebuah ironi, mengingat pada abad sebelumnya
pemuda Indonesia telah mampu membuktikan diri sebagai motor utama dinamika
perubahan negraini kea rah yang lebih baik.
Tulisan ini secara garis besar akan memaparkan dampak-dampak negative dari
masukya budaya barat ke Indonesia. Khususnya terhadap para pemuda kita yang
ternyata belum cukup mampu melakukan filterisasi budaya asing pada millennium
yang baru ini. Juga akan dijelaskan pula beberapa rasionalitas pandangan yang
menyebutkan kebudayaan barat sebagai pembawa dampak negative bagi kebudayaan
lain.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam tulisan ini ialah “Apa dampak penetrasi
kebudayaan barat terhadap gaya hidup pemuda Indonesia pada abad ke-21?”
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya
dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari[1].
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi
dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah
suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang
memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan
alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya
yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.
2.2 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat[2].
2.3 Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan[3], antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
- alat-alat teknologi
- sistem ekonomi
- keluarga
- kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
- sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
- organisasi ekonomi
- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
- organisasi kekuatan (politik)
2.4 Definisi Pemuda[4]
a. Berdasarkan usia
Menurut WHO pemuda digolongkan berdasarkan usia, yakni 10-24 tahun.
Sedangkan remaja atau adolescence berada pada rentang usia 10-19
tahun.sementara menurut Princeton (universitas terkemuka di USA) definisi kata
pemuda (youth) dalam kamus Webstersnya sebagai “the time of life between
childhood and maturity; early maturity; the state of being young or immature or
inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young person”.
Definisi lainnya :
"Youth... those persons falling between the ages of 15 and 24 years
inclusive." - United Nations General Assembly
"Time in a person's life between childhood and adulthood. The term
"youth" in general refers to those who are between the ages of 15 to
24." - World Bank.
The Commonwealth Youth Programme works with "young people (aged 15-29).
"A person... under 21 years of age." - National Highway Traffic
Safety Administration
"People between the ages of 20 and 25." - Government of Tasmania
Dari kumpulan definisi di atas Secara umum pemuda digolongkan berdasarkan
rentang usia yaitu di bawah 30 tahun.
b. Berdasarkan watak/sifat[5]
Al Quran mendefinisikan pemuda dalam ungkapan sifat dan sikap :
1. berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang
rusak. Seperti kisah pemuda (Nabi) Ibrahim. “Mereka berkata: ‘Siapakah yang
melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? sungguh dia termasuk orang
yang zalim, Mereka (yang lain) berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang
mencela (berhala-berhala) ini , namanya Ibrahim.” (QS.Al¬-Anbiya, 21:59-60).
2. memiliki standar moralitas (iman), berwawasan, bersatu, optimis dan teguh
dalam pendirian serta konsisten dengan perkataan. Seperti tergambar pada kisah
Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua).“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad)
kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pe¬muda yang
beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah¬kan petunjuk kepada mereka; dan
Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri, lalu mereka berkata: “Tuhan
kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru Tuhan selain Dia,
¬sungguh kalau berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang
amat jauh dari kebenaran” (QS.18: 13-14).
3. seorang yang tidak berputus-asa, pantang mundur sebelum cita-citanya
tercapai. Seperti digambarkan pada pribadi pemuda (Nabi) Musa. “Dan (ingatlah)
ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan)
sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan ber¬jalan (terus sampai) bertahun-tahun”
(QS. Al-Kahfi,18 : 60).
Secara fitrah inilah pemuda, manusia berkarakter khas yang berbeda dengan
golongan lainnya.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pemuda[6]
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al quran, secara fitrah pemuda
memiliki sifat-sifat seperti berani, pantang mundur, dan memiliki standar
moralitas keimanan. Pemuda memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan.
Kelebihan pemuda secara umum dibagi menjadi tiga :
1. kelebihan dari segi kekuatan fisik
berbeda dengan usia kanak dan tua, pemuda memiliki kelebihan dalam kekuatan
fisiknya, bahkan seorang pemuda yang sedang jatuh hati ... dia akan mampu
mendaki gunung yang tinggi atau menuruni ngarai terjal sekalipun, karena pada
saat itulah dia memiliki kekuatan fisik yang prima. Pemuda begitu energik
2. kekuatan akal
berbeda dengan usia kanak dan tua, pemuda memiliki kelebihan dalam kekuatan
akalnya. Kekuatan yang membatasi antara ketidaktahuan dengan kepikunan diiringi
dengan spirit idealisme dan eksplorasi pemaknaan dalam lingkup yang luas
3. kekuatan semangat
berbeda dengan usia kanak dan tua, pemuda memiliki kelebihan dalam kekuatan
semangatnya. Semangat untuk bergerak, berubah, hingga memberi kontribusi bagi
integritas diri serta ruang dan waktu yang meliputi dirinya. Di sisi lain
pemuda memiliki kekurangan. Kekurangan yang paling mencolok adalah mudah
emosional.
2.6 Peranan Pemuda Indonesia Pada Masa Lampau (1908-1998)[7]
Peran pemuda dalam sejarah negara dan bangsa Indonesia pertama kali dapat
dilihat dari kebangkitan bangsa tahun 1908 atau tepatnya ketika berdiri Boedi
Oetomo tanggal 20 Mei 1908. Melalui proses kebangkitan bangsa ini, maka para
pemuda telah menggelorakan semangat agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak
terserak-serak dalam arti wilayah, suku, ras, agama dan sebagainya akan tetapi
telah memiliki kesadaran berorganisasi sebagai persyaratan untuk kebangkitan
nasional. Mereka dikenal sebagai generasi tahun 1908.
Salah satu tonggak lain, persatuan dan kesatuan bangsa sebenarnya ketika
terjadi Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini berarti bahwa pemuda
telah memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses pembentukan negara
kesatuan Republik Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa dan
Satu Bahasa Indonesia merupakan titik awal bagi proses pembentukan negara
bangsa yang kemudian dikenal sebagai negara dan bangsa Indonesia. Kongres para
pemuda di tahun tersebut tentunya tidak bisa dibayangkan seperti rapat umum di
zaman sekarang. Rapat Umum para pemuda kala itu tentu berada di bawah
bayang-bayang kekuasaan kaum kolonialis, sehingga akan terdapat banyak
kesulitan yang dihadapi. Meskipun begitu, para pemuda dengan sangat antusias
dan semangat akhirnya dapat mencetuskan gagasan mengenai Indonesia pasca
penjajahan, Indonesia merdeka. Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai
generasi tahun 1928.
Generasi muda kemudian juga berhasil menorehkan tinta emas bagi perjalanan
bangsa ini ketika di tahun 1945 kembali mereka merenda dan mengimplementasikan
gagasan mengenai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa dalam bentuk
kemerdekaan bangsa, yang teks proklamasinya dibacakan oleh Ir. Soekarno tepat
jam 10 tanggal 17 Agustus 1945. Melalui proklamasi kemerdekaan ini, maka
bangsa Indonesia yang selama ini tidak memiliki kedaulatan yang
terfragmentasi dalam kerajaan-kerajaan, maka menyatu menjadi satu yaitu bangsa
Indonesia. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang sering dikumandangkan pada
waktu upacara merupakan simbol dan substansi dari menyatunya segenap elemen
bangsa Indonesia. Mereka dikenal sebagai generasi 45.
Ketika terjadi krisis kekuasaan akibat gerakan makar yang dilakukan oleh PKI
di tahun 1966, maka pemuda juga bangkit melakukan perlawanan. Para aktivis
organisasi kemahasiswaan, seperti GMNI, PMII, HMI, PMKRI, GMKI dan segenap
elemen mahasiswa melakukan tiga tuntutan rakyat (Tritura) yang sangat dikenang,
yaitu: Bubarkan PKI, Bersihkan pemerintahan dari unsur-unsur PKI dan Turunkan
harga. Tritura ini menjadi salah satu power pressure bagi pemerintahan Orde
Lama untuk melakukan berbagai perubahan sehingga memunculkan Orde Baru yang
kemudian berkuasa dalam puluhan tahun. Mereka dikenal sebagai generasi 66.
Kekuasaan Orde Baru yang tiranic, gigantic and powerfull ternyata juga tidak
mampu menghadang kekuatan mahasiswa yang di tahun 1998 melakukan berbagai aksi
untuk menurunkan Jenderal Besar Soeharto dari panggung kekuasaan. Melalui
gerakan people power akhirnya kekuasaan otoriter Soeharto pun harus berakhir.
Gerakan mahasiswa yang terjadi saat itu sungguh sekali lagi membuktikan bahwa
mahasiswa memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan sosial. Melalui gerakan
mahasiswa tersebut maka muncullah Orde reformasi yang berlangsung sekarang.
Mereka dikenal sebagai generasi 98.
2.7 Kondisi Pemuda Indonesia Masa Kini (Abad 21)[8]
Problematika pemuda yang terbentang di hadapan kita sekarang sungguh
kompleks, mulai dari masalah pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi,
hingga masalah dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian
merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba
instant, dan tercabut dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang
anti sosial.
Sehingga muncul pertanyaan, apakah masih relevan pemuda dikataka sebagai
agen perubahan di masa saat ini? tentu saja jawabannya adalah ya! masih ada
pemuda-pemuda Indonesia yang peduli dengan bangsanya. Tinggal bagaimana caranya
agar pemuda lainnya bisa turut berkontribusi untuk perubahan bangsa Indonesia.
Dalam konteks internasional, kepemudaan (youth) merupakan isu sekaligus
problematika global karena menyentuh tataran nilai sosial dan budaya masyarakat
hampir di seluruh belahan bumi ini. Masalah kepemudaan pun telah berkembang
sebagai wacana global dalam kurun waktu lebih dari satu dekade terakhir.
Pembahasannya cenderung menempati posisi strategis dalam berbagai agenda
pertemuan berskala bilateral, regional dan multilateral.
Keprihatinan terhadap kondisi pemuda saat ini harus tetap diprihatinkan
tanpa mengabaikan perubahan itu sendiri. Karena suatu perubahan tidak perlu
menunggu orang banyak. Dia akan bergulir dengan sendirinya bersama para pemuda
yang teguh dengan komitmennya untuk perubahan.
2.8 Gaya Hidup Pemuda Indonesia Masa Kini (Abad 21)[9]
Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan
menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat
disekitarnya. Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh
setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman
dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi,
maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh
positif atau negatif bagi yang menjalankannya. Yah, tergantung pada bagaimana
orang tersebut menjalankannya.
Dewasa ini, gaya hidup sering disalahgunakan oleh sebagian besar remaja.
Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Mereka cenderung
bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja, mode yang mereka
tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan
tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak pintar
dalam memflter mode dari orang barat tersebut, maka akan berpengaruh negatif
bagi mereka sendiri.
Salah satu contoh gaya hidup para pemuda masa kini atau biasa disebut remaja
yang mengikuti mode orang barat dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah
" Berpakaian ". Masalah berpakaian para remaja masa kini selalu
dikaitkan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Karena, sebagian remaja
Indonesia khususnya, dalam berpakaian selalu mengkuti mode yang berlaku. Bahkan
yang lebih menyedihkan, di stasiun-stasiun tv banyak ditampilkan contoh gaya
hidup dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode orang barat. Otomatis
bukan hanya remaja Metropolitan saja yang mengikuti mode tersebut, tetapi juga
orang-orang yang berada dalam perkampungan atau pedalaman. Sebagian besar remaja
Indonesia belum dapat memfilter budaya tersebut dengan baik. So, pengaruh
negatiflah yang timbul dari dalam diri remaja itu sendiri.
Kita tahu bahwa mode yang dipakai oleh orang barat kebanyakan menyimpang
dari moral. Sedangkan kita sadar bahwa Indonesia terkenal dengan kesopanannya
dan budi luhurnya. Namun, sebagian remaja Indonesia kemudian meniru atau
mengikuti mode orang barat tanpa memfilternya secara baik dan tepat. Dan
mungkin itu akan berakibat buruk bagi generasi penerus kita nanti.
Contoh berikutnya, gaya hidup sebagian remaja yang mengikuti budaya orang
barat adalah mengkonsumsi minum - minuman keras, narkoba, dan barang haram
sejenislainnya. Mereka beranggapan bahwa jika tidak mengkonsumsi barang-barang
tersebut, maka ia akan dinilai sebagai masyarakat yang ketinggalan zaman atau
tidak gaul. Ini adalah pengertian yang sangat salah. Di era modern ini, memang
para remaja dituntut untuk berhati - hati dalam segala hal. Baik dalam
pergaulan, maupun penerapan kehidupan. Padahal jika kita teliti, minum -
minuman keras dan narkoba dapat merusak kesehatan dan mental orang yang
mengkonsumsinya. Tetapi mereka tidak begitu paham dengan istilah itu. Mengapa??
Lagi-lagi karena pengaruh perkembangan zaman dan teknologi melalui tangan orang
barat. Minum - minuman keras dan narkoba adalah salah satu contoh dari sekian
banyak contoh gaya hidup orang barat yang sangat berbahaya dan sangat
berpengaruh bagi maju mundurnya suatu bangsa. Dan yang lebih anehnya, budaya
tersebut telah diikuti oleh sebagian remaja Indonesia.
Selain itu ditengah berita siswa-siswi berprestasi dalam ajang penelitian,
olimpiade sains, seni dan olahraga, anak muda Indonesia saat ini terancam dalam
masa chaos. Dimana jutaan remaja kita telah menjadi korban perusahaan
nikotin-rokok. Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan Narkoba (BNN 2004)
dan lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008). Disamping itu,
moral anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang mengawatirkan.
Data-data yang lain juga menyebutkan bahwal ebih dari 60% remaja SMP dan SMA
Indonesia, sudah tidak perawan lagi. Perilaku hidup bebas telah meruntuhkan
sendi-sendi kehidupan masyarakat kita.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan
remaja bahwa[10] :
- Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral
seks.
- Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
- Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah
remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Dampak Penetrasi Budaya Barat Terhadap Gaya Hidup Pemuda
Indonesia Abad XXI
Masuknya budaya barat ke Indonesia sedikit banyak telah memberikan dampak
bagi kita semua, tidak terkecuali kaum pemuda ataupun remaja.. Khusus pada satu
decade terakhir, kencangnya penetrasi budaya barat ke Indonesia memberikan
suatu efek percepatan pengaruh yang ditimbulkan terhadap sikap, perilaku, dan
gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya para remaja yang dengan cepat
merespon keberadaan teknologi dan informasi. Akses yang begitu cepat dengan
adanya teknologi dan informasi membuat masuknya budaya barat ke negara ini juga
semakin mudah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara langsung maupun tidak
keberadaan teknologi telah mempercepat akses masuknya budaya barat ke negara-negara
lain, termasuk Indonesia. Dan dengan keberadaan teknologi pula – yang
berkembang pesat pada abad ini – remaja-remaja ataupun pemuda Indonesia dapat
dengan mudah mengetahui dan juga menerima masuknya budaya barat. Yang mana hal
tersebut telah menimbulkan dampak – baik positif maupun negative – terhadap
gaya hidup remaja ataupun pemuda kita saat ini.
Dampak positif dari masuknya budaya barat bagi para pemuda kita adalah
bertambahnya wawasan mereka terhadap kebudayaan-kebudayaan asing, khususnya barat.
Akan tetapi dibandingkan dampak positif, terdapat lebih banyak dampak negative
yang saat ini telah mempengaruhi gaya hidup remaja kita. Berikut ini adalah
beberapa data dan fakta yang memaparkan efek negative – yang jamak terjadi –
dari masuknya kebudayaan barat.
Kebudayaan barat masuk ke Indonesia dengan begitu cepatnya melalui akses
teknologi dan informasi. Hal tersebut – seperti telah tercantum diatas –
semakin mempermudah remaja ataupun pemuda kita untuk mengetahui kebudayaan yang
masuk tersebut. Yang menjadi sebuah persoalan ialah para remaja kita tidak
melakukan filterisasi terhadap hal-hal asing yang mereka ketahui, akan tetapi
tanpa berpikir panjang mereka langsung menjiplak dan menerapkan nila-nilai
kebudayaan asing yang masuk tersebut kedalam kehidupan sehari-hari mereka,
seperti minum - minuman keras, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan
hal-hal negative lainnya. Dan yang lebih anehnya, budaya tersebut telah
diikuti oleh sebagian remaja Indonesia. Fakta telah menunjukkan bahwa dalam
satu decade ini sedikitnya Jutaan remaja kita telah menjadi korban perusahaan
nikotin-rokok. Selain itu Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan Narkoba
(BNN 2004) dan lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008).
Disamping itu, moral anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang
mengawatirkan. Data-data yang lain juga menyebutkan bahwal lebih dari 60%
remaja SMP dan SMA Indonesia, sudah tidak perawan lagi. Perilaku hidup bebas
telah meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat kita. Berdasarkan hasil
survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak
(LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :
- Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
- Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
- Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.
3.2 Rasionalitas Pandangan Kebudayaan Barat Sebagai Pembawa Dampak
Negatif
Terdapat beberapa alasan atau rasionalitas yang menjelaskan mengapa
kebudayaan barat dipandang sebagai kebudayaan yang banyak membawa dampak negative
terhadap kebudayaan-kebudayaan lain serta orang-orang yang menerima dan
terlibat langsung dengan budaya tersebut.
Pertama,[11] Kebudayaan Barat adalah sebuah
kebudayaan yang dipromosikan lewat globalisasi. Sebuah kebudayaan yang ternyata
bersifat kontradiktif antara unsur kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya beberapa hal sebagai berikut. (a). adanya
usaha pengeliminiran antar unsur kebudayaan. Kondisi ini dapat dilihat dari peperangan
yang terjadi antara keyakinan dengan sains, keyakinan dengan filsafat,
keyakinan dengan seni, keyakinan dengan ekonomi, politik dengan moralitas,
moralitas dengan ekonomi, dan lain-lain. (b). adanya usaha untuk mengisolasi
unsur kebudayaan yang satu dari unsur kebudayaan lain. Mengisolasi unsur
kebudayaan yang satu dengan yang lain, sebenarnya merupakan konsekuensi dari
eklektis-kontradiktifnya kebudayaan Barat – karena unsur-unsur kebudayaannya
tidak berhubungan bahkan bertentangan satu sama lain. Usaha untuk mengisolasi
ini adalah sebuah hal yang sudah kita ketahui, lewat ungkapan-ungkapan, seperti
seni untuk seni (seni murni), sains untuk sains, politik untuk politik, ekonomi
untuk ekonomi, dan hukum untuk hukum. Jika ditelusuri, penyebab kondisi tersebut
adalah sekularisme. (c). Adanya ideologisasi di dalam kebudayaan. Adanya
ideologisasi ini, dapat dilihat dari penggunaan akhiran “-isme”. Misalnya,
materialisme, idealisme, relativisme, empirisme, rasionalisme, positivisme,
kapitalisme, sosialisme, komunisme, liberalisme, feminisme, hedonisme, dan
masih banyak yang lainnya. Ideologisasi ini pada dasarnya terjadi karena
melihat realitas secara sebelah mata dan akhirnya melakukan reduksi yang
menyebabkan masing-masing di dalam masing-masing unsur kebudayaan terdapat
banyak ideologi. Liberalisme adalah sebuah ideologi yang liberal mulai dari
sisi ontologis hingga etis. Dengan kontradiksi yang dibawanya, maka amatlah
riskan jika kebudayaan barat masuk ke Indonesia, apalagi jika para remaja
ataupun pemuda kita tidak cukup mampu dalam melakukan filterisasi kebudayaan.
Kedua,[12] ‘kebudayaan’ adalah salah satu
alat imperialisme barat di era modern. Hal ini terlihat jelas dari adanya
upaya-upaya pengrusakan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan pribumi
bangsa-bangsa lain. Hal tersebut dapat dilihat dalam bentuk slogan-slogan
menyesatkan, seperti sistim dunia modern dan globalisasi. Dengan alasan bahwa
dalam iklim baru dunia saat ini, setiap negara bergerak ke arah kesamaan dan globalisme,
negara-negara Barat berusaha menyamakan semua kebudayaan. Akan tetapi peleburan
kebudayaan ini, tak lain merupakan upaya untuk memusnahkan ajaran dan keyakinan
agama serta identitas-identitas nasional di negara-negara berkembang, dan untuk
menegakkan kekuasaan kebudayaan materialis Barat di seluruh dunia. Dengan kata
lain, Barat tidak bisa menerima variasi kebudayaan yang ada saat ini di dunia,
dan berniat melemahkan, atau memusnahkan kebudayaan-kebudayaan pribumi semua
negara dengan berbagai cara. Diantara bukti terpenting serangan kebudayaan
Barat terhadap seluruh kebudayaan dan agama ialah pemusnahan kekuatan mereka
dalam menghadapi dominasi politik, ekonomi dan militer negara-negara Barat,
terutama AS. Kebudayaan-kebudayaan independen dan agama-agama penentang
kezaliman, selalu berperan bagaikan benteng yang kokoh, yang selalu menghasung
rakyat untuk menghadapi serangan para imperialis. Sebagaimana dapat disaksikan,
dengan mengambil inspirasi dari ajaran agama, terutama agama Islam, atau dalam
rangka mempertahankan nilai-nilai nasionalisme, suatu bangsa bangkit menentang
kekuatan-kekuatan asing.
Alasan lain usaha Barat untuk membasmi kebudayaan-kebudayaan lain dan ajaran
agama ialah watak penjajah mereka. Saat ini liberalisme Barat berperan sebagai
alasan dan pendorong politik-politik permusuhan Barat terhadap bangsa-bangsa
lain. Meluasnya berbagai macam idiologi seperti materialisme, individualisme,
freesex, dan berbagai macam lainnya di Barat, telah menyebabkan mereka tidak
lagi berpikir sehat dalam berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, tapi mereka
berusaha menguasai, memaksakan kebudayaan mereka dan menyingkirkan
kebudayaan-kebudayaan lain. Terutama sekali bahwa idelogi liberalisme Barat,
menyebarkan pandangan materialisme dan atheisme, yang jelas bertentangan dengan
agama dan kebudayaan asli berbagai bangsa. Media-media massa Barat menyebut
nilai-nilai manusiawi dan agama serta kebudayaan Timur sebagai penyebab
kemunduran dan berlawanan dengan kemajuan. Sebaliknya, liberalisme Barat mereka
unggulkan sebagai idiologi moderen dan menyebutnya sebagai batas akhir
perjalanan sejarah. Hal ini disampaikan oleh Francis Fukuyama, pemikir AS di
awal dekade 1990.
Teori Benturan Peradaban yang dipaparkan oleh Samuel Huntington, pemikir
lain dari AS, menunjukkan bahwa para ahli teori Barat, dalam rangka
menyukseskan dan memaksakan pandangan-pandangan mereka, mencanangkan perang
antara peradaban dan kebudayaan Barat melawan peradaban dan kebudayaan
bangsa-bangsa lain. Berbagai media massa Barat pun melancarkan propaganda luas
terus menerus, menyerang nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan nasionalisme,
seperti perlawanan menentang penjajahan, perjuangan menegakkan keadilan,
perdamaian dan sebagainya. Serangan propaganda ini dilakukan dengan
metode-metode yang sangat halus, sehingga tidak terasa oleh masyarakat pada
umumnya. Media-media ini, dalam berbagai filem, berita dan laporan, secara
tidak langsung, menyerang dan melecehkan kebudayaan dan peradaban bangsa-bangsa
lain. Pelecehan terhadap kesucian-kesucian agama dan kehormatan nasional,
termasuk diantara metode lain yang digunakan oleh media-media Barat, dengan
tujuan merendahkan kesucian-kesucian tersebut dalam pandangan masyarakat umum.
Serangan terhadap kebudayaan negara-negara berkembang melalui jaringan global
internet dan permainan-permainan komputer, juga banyak dilakukan. Bahkan
lambang dan simbol-simbol di pakaian dan peralatan-peralatan hidup, iklan-iklan
perdagangan dan hal-hal lain yang dikemas untuk menggambarkan kesejahteraan dan
kemewahan, juga dimanfaatkan sebagai cara untuk menyebarluaskan kebudayaan
Barat dan mengikis keyakinan-keyakinan agama dan nasionalisme bangsa lain.
Dalam proses propaganda ini, masalah hubungan seks ilegal dan dekadensi moral,
mendapat tempat istimewa. Karena para pengelola media-media tersebut mengetahui
dengan baik bahwa agama-agama dan adat istiadat Timur menentang kebebasan seks
dan amoralisme. Untuk itu menyebarnya budaya negatif seperti ini di dunia
Timur, akan melemahkan negara-negara di kawasan ini.
Dalam masalah ini, serangan-serangan kebudayaan Barat, menjadikan generasi
muda sebagai sasaran utamanya. Menampilkan pahlawan-pahlawan palsu sebagai
teladan, merupakan metode lain media massa Barat untuk menyerang kebudayaan
bangsa lain. Setiap bangsa berbudaya, pasti memiliki pahlawan-pahlawan
tersendiri di dalam sejarah mereka. Sementara pahlawan-pahlawan yang dibuat
oleh media Barat adalah pahlawan-pahlawan palsu, tidak langgeng, bahkan
sebagian besarnya membawa watak-watak negatif, seperti suka kekerasan,
pengumbar hawa nafsu seksual dan sebagainya. Jika kalangan remaja dan pemuda
suatu bangsa telah menerima pahlawan-pahlawan palsu itu sebagai teladan dan
model mereka, berarti mereka telah terjatuh ke perangkap musuh dan akan ikut
membantu mereka memusnahkan kebudayaan pribumi dan menyebarkan nilai-nilai
destruktif di tengah masyarakat.
Konsumerisme termasuk fenomena lain yang menjadi dasar kebudayaan Barat saat
ini. Sementara di Timur, penghematan, konsumsi dengan cara yang benar dan
seimbang, dipandang sebagai nilai positif. Akan tetapi media-media super power
Barat, dengan menggunakan berbagai fasilitasnya, berusaha menanamkan watak
konsumerisme seluas mungkin di tengah masyarakat Timur. Terutama sekali, yang
demikian itu sangat diperlukan oleh para investor Barat, untuk menjual
produk-produk mereka. Untuk menyukseskan tujuan mereka ini, mereka bekerjasama
dengan para pengelola media massa. Dengan kata lain, media-media massa Barat
terus menerus mempropagandakan kepada masyarakat di negara-negara berkembang,
janji untuk memenuhi tuntutan materi mereka dan berusaha meyakinkan bahwa
kemajuan dan kesejahteraan setiap orang ialah dengan mengikuti gaya hidup
Barat, dan mengonsumsi sebanyak mungkin produk-produk mereka.
Pada akhirnya, untuk memaksakan kebudayaannya, negara-negara Barat juga
menggunakan tekanan-tekanan politik, ekonomi dan militer, sehingga saat ini
tidak kurang dari masyarakat dunia ketiga yang berpikir bahwa jika mereka tidak
mau menerima kebudayaan dan ajaran liberalisme Barat, jelasnya yang datang dari
AS, maka bisa jadi mereka bakal menghadapi dampak-dampak negatif yang berat.
Propaganda luas dan berfariasi oleh berbagai media massa Barat untuk
menyingkirkan semangat nasionalisme dan keyakinan agama, telah disusun
sedemikian rupa sehingga telah merampas kesempatan berpikir dan mengambil
keputusan yang benar untuk memilih jalan yang lurus dan logis. Dalam ikilm yang
dijejali dengan propaganda menyesatkan, disertai dengan rasa takut dan putus
asa, hanya manusia-manusia yang memiliki tekad, berpandangan luas dan berpikiran
bebas, akan mampu menolak dan menahan serangan-serangan kebudayaan Barat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penetrasi kebudayaan
barat mempunyai dampak negative terhadap gaya hidup pemuda Indonesia pada abad
XIX yang terpaparkan melalui data-data dan fakta sebagai berikut:
Kebudayaan barat masuk ke Indonesia dengan begitu cepatnya melalui akses
teknologi dan informasi. Hal tersebut – seperti telah tercantum diatas –
semakin mempermudah remaja ataupun pemuda kita untuk mengetahui kebudayaan yang
masuk tersebut. Yang menjadi sebuah persoalan ialah para remaja kita tidak
melakukan filterisasi terhadap hal-hal asing yang mereka ketahui, akan tetapi
tanpa berpikir panjang mereka langsung menjiplak dan menerapkan nila-nilai
kebudayaan asing yang masuk tersebut kedalam kehidupan sehari-hari mereka,
seperti minum - minuman keras, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan
hal-hal negative lainnya. Dan yang lebih anehnya, budaya tersebut telah
diikuti oleh sebagian remaja Indonesia. Fakta telah menunjukkan bahwa dalam
satu decade ini sedikitnya Jutaan remaja kita telah menjadi korban perusahaan
nikotin-rokok. Selain itu Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan Narkoba
(BNN 2004) dan lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008).
Disamping itu, moral anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang
mengawatirkan. Data-data yang lain juga menyebutkan bahwal lebih dari 60%
remaja SMP dan SMA Indonesia, sudah tidak perawan lagi. Perilaku hidup bebas
telah meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat kita. Berdasarkan hasil
survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak
(LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :
- Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
- Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
- Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.
Data-data diatas memperlihatkan kepada kita dengan cukup jelas bagaimana
dampak negative penetrasi kebudayaan barat terhadap gaya hidup pemuda Indonesia
di abad XXI.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy.
New York: Macmillan. Third edition, 1882, available online. Retrieved:
2006-06-28.
Huntington, Samuel. The Clash of Civilization. 2004. Jogjakarta:
Qalam
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. 2001. Jakarta: Gramedia
Pustaka
Situs
http://Sumber: indonesian.irib.ir
http://empiris-homepage.blogspot.com/2008/02/kebudayaan-barat-sebuah-tinjauan-kritis.html
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya/Definisi
Kebudayaan
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya/Unsur
Kebudayaan
[5] ibid
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] Ibid
[10] Ibid
[11]
http://empiris-homepage.blogspot.com/2008/02/kebudayaan-barat-sebuah-tinjauan-kritis.html
[12] http://Sumber: indonesian.irib.ir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar