Senin, 05 Maret 2012

Pengaruh Kejawen Terhadap Budaya Jawa

Pengaruh Kejawen Terhadap Budaya Jawa

Jum'at, 6 Januari 2012 - 13:31 wib
Judul : Tokoh-Tokoh Kejawen; Ajaran Dan Pengaruhnya
Penulis : Hadiwijaya
Penerbit : EULE BOOK Yogyakarta
Cetakan : I, 2011
Tebal : 222 hlm
Peresensi : Abdul Aziz MMM

Masyarakat asli Jawa, sebagaimana masyarakat tradisional lain di dunia, merupakan masyarakat yang gemar sistem mistik. Sistem mistik yang sudah menjadi ajaran selama ribuan tahun di pulau Jawa ini dikenal dengan nama kejawen. Kejawen merupakan suatu kosep hidup yang melingkupi lahir batin material spiritual. Menurut pandangan para ahli, definisi kejawen adalah suatu kepercayaan tentang pandangan hidup yang diwariskan dari para leluhur.
  
Kejawen dengan demikian adalah sebuah kepercayaan yang terutama dianut oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Kenamaan kejawen bersifat umum, biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam konteks umum, kejawen bukanlah agama.
  
Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian sebagai Agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku. Ajaran kejawen tidak terpaku pada aturan yang ketat dan menekankan pada konsep keselaarasan dan keseimbangan lahir batin.
  
Pandangan hidup orang Jawa atau filsafat Jawa terbentuk dari gabungan alam pikir jawa tradisional, kepercayaan Hindu atau filsafat India, dan ajaran tasawuf atau mistik Islam. Pandangan hidup tersebut banyak tertuang dalam karya-karya sastra yang berbentuk prosa dan puisi. (hlm 18).
  
Dalam budaya Jawa pandangan hidup lazim disebut ilmu kejawen atau yang dalam kesusastraan Jawa dikenal pula sebagai Ngelmu Kesampurnan. Wejangan tentang Ngelmu Kesampurnan Jawa ini termasuk ilmu kkebatinan atau dalam filsafat Islam disebut dengan tasawuf atau sufisme. Orang Jawa sendiri menyebutkan suluk atau mistik. Sebenarnya kejawen bukan aliran agama, tetapi adat kepercayaan, karena di sana terdapat ajaran yang berdasarkan kepercayaan terhadap Tuhan dari puncak-puncak teologi Islam, Hindu dan Budha. Lebih tepat lagi mungkin disebut pandangan hidup atau filsafat hidup.
  
Kebudayaan asli Jawa yang bersifat transendental lebih cenderung pada paham animisme dan dinamisme. Perubahan besar pada kebudayaan jawa terjadi setelah masuknya agama Hindu-Budha yang berasal dari India berabad-abad lamanya mempengaruhi tanah Jawa. Kebudayaan India secara riil mempengaruhi dan mewarnai kebudayaan Jawa, seperti sistem kepercayaan, kesenian, kesusastraan, astronomi, mitilogi dan pengetahuan umum, yang sudah berlangsung ribuan tahun.
  
Kejayaaan Hindu-Budha berangsur-angsur menyusut setelah kekuasaan kerajaan Majapahit berkhir dan agama Islam yang berpaham tauhid menyebar. Para wali dan ulama mendominasi pembentukan karakter religiusitas orang Jawa. Selanjutnya muncul percampuran antara ajaran agama Islam dengan pemahman kejawen, sebelumnya yang sering dikenal dengan nama Islam kejawen. Islam kejawen menurut penulis buku ini merupakan suatu pemahaman tentang ajaran agama Islam oleh orang-orang Jawa, kemudian diaplikasikan dalam ritual kehidupan sehari-hari. Sunan Kalijaga dianggap sebagai wali yang memiliki kedekatan tersebut. Sunan Kalijaga memiliki pendekatan yang lebih toleran, bahkan masyarakat pedalaman di Jawa Tengah dahulu yang tidak menganut agama tertentu pun, Sunan Kalijaga dijadikan sebagai guru mistik.
  
Inilah buku yang secara khusus mengulas tokoh-tokoh  yang  telah memberikan pengaruh adat dan budaya besar bagi perkembangan dunia kejawen. Berbagai dimensi kejawen dan representasinya dalam wacana budaya tanah air, mulai dari bidang politik, spiritual, filsuf, budaya dan seni. Kehadiran buku ini penting untuk memahami lebih jauh tentang kejawen dari dinamika ajaran yang disebarluaskan tokoh-tokohnya.

Peresensi: Abdul Aziz MMM
Sekjend Renaisant Institute Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar