Seni dan Budaya
Kesenian daerah yang berkembang di Kabupaten Brebes antara lain :
- Seni Burok / Burokan
- Sintren
- Dogdog Kaliwon
- Kuntulan
- Calung yang berkembang di sekitar kecamatan Bantarkawung
- Barongan
- Wayang Golek
- Tari Topeng Brebes
- Tari Topeng Sinok
- Reog Banjarharjo
Kuntulan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kuntulan adalah salah satu seni budaya khas masyarakat Brebes pesisiran pantura berupa seni beladiri pencak silat yang di mainkan lebih dari satu orang yang diiringi dengan musik berupa gendang.Kuntulan bukan hanya memainkan jurus-jurus silat saja tapi juga di gabung dengan permainan ilmu tenaga dalam.
Kata kuntulan sendiri berasal dari kata “Kuntul” yaitu nama dari salah satu burung laut berbulu putih seperti burung bangau tapi berekor pendek dan larinya sangat cepat, itulah sebabnya seni kuntulan berkembang di daerah pesisiran pantura Brebes, terutama tahun 90 an group kuntulan semakin banyak di desa-desa pesisir seiring dengan berkembangnya perguruan-perguruan pencak silat seperti perguruan jaka poleng, tai chi,tapak suci, dll.
Kesenian kuntulan biasnya di mainkan saat acara-acara tertentu seperti karnaval agustusan, karnaval akhir pelajaran sekolah madrasah diniyah.
Calung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Musik dari Indonesia | |
---|---|
Gong dari Jawa | |
Garis waktu • Contoh | |
Ragam | |
Klasik • Kecak • Kecapi suling •Tembang Sunda • Pop • Dangdut • Hip hop •Keroncong • Gambang keromong • Gambus •Jaipongan • Langgam Jawa • Pop Batak •Pop Minang • Pop Sunda • Qasidah modern •Rock • Tapanuli ogong • Tembang Jawa | |
Bentuk tertentu | |
Angklung • Beleganjur • Calung • Gamelan •Degung • Gambang • Gong gede •Gong kebyar • Jegog • Joged bumbung •Salendro • Selunding • Semar pegulingan | |
Musik daerah | |
Bali • Kalimantan • Jawa • Kepulauan Maluku •Papua • Sulawesi • Sumatera • Sunda |
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dariawi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting]Calung Rantay
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
[sunting]Calung Jinjing
Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek dan solorok.
[sunting]Perkembangan
Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal secara umum yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada masyarakat Sunda di daerah Sindang Heula - Brebes, Jawa tengah, dan bisa jadi merupakan pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun di Jawa Barat, bentuk kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa Universitas Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini melalui kreativitasnya pada tahun 1961. Menurut salah seorang perintisnya, Ekik Barkah, bahwa pengkemasan calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami oleh bentuk permainan pada pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh, gerak dan lagu dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk permainan dan tabuh calung lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub Teater Bandung (STB; Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 - 1965 calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan di UNPAD sebagai seni pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi (penyuluhan (Oman Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-kawan), dan grup calung SMAN 4 Bandung (Abdurohman dkk). Selanjutnya bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung, misalnya Layung Sari, Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan nama-nama idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso.
Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada penambahan beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.
[sunting]Sumber Rujukan
- Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
Wayang golek
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Wayang Golek)
Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan. Pertunjukan ini mulai dipopulerkan di Tanah Jawa oleh Sunan Kudus.
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting]Wayang
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.
[sunting]Perkembangan
Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakanbahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasanggong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.
Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi dll.
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7) Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.
[sunting]Rujukan
- Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
Tari Topeng Brebes
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tari Topeng Brebes merupakan jenis tari topeng yang berkembang di wilayah Kabupaten Brebes khususnya berkembang di Kecamatan Losari yang terdapat pengaruh dari kebudayaan di wilayah Cirebon Jawa Barat.
[sunting]Karakteristik
Unsur seni berperan penting dalam proses pembangunan peradaban dan kemanusiaan serta memperhalus rasa dan keindahan. Keberadaannya terintegral dengan berbagai aspek kehidupan.Pentingnya kesenian tidak bisa dipandang sebelah mata karena posisinya yang strategis dalam pembangunan peradaban manusia.
Cukup sulit mengidentifikasi kesenian khas Brebes. Meski demikian, hasil akulturasi dan asimilasikebudaayan dan kesenian yang berada di Jawa Barat seperti burok dan tari topeng dengan sentuhan aroma Brebes, disepakati sebagai kesenian khas Brebes.
Semua kesenian di Brebes merupakan hasil refleksi yang dinamis dari kesenian yang masuk ke Brebes. Biasanya terintegral dalam kegiatan adat, apalagi tidak ada kebudayaan yang manunggal.
Tari topeng Brebes menceritakan legenda Joko Bluwo, seorang pemuda petani desa yang berwajah buruk rupa berkeinginan untuk mempersunting putri raja yang cantik jelita bernama Putri Candra Kirana. Dikisahkan, keinginan Joko Bluwo akhirnya dikabulkan sang raja, setelah Joko Bluwo memenuhi syarat yang diajukan Raja.
Namun, di tengah pesta pernikahan, seorang raja dari kaum raksasa yang juga berkeinginan menikahi putri Candra Kirana datang dan membuat kekacauan. Dia mengajak bertarung pada Joko Bluwo untuk memperebutkan sang putri. Joko Bluwo akhirnya berhasil mengalahkan raja raksasa dan hidup bahagia bersama putri Candra Kirana.
Tari Topeng Sinok
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tari Topeng Sinok adalah salah satu seni tari khas asal Brebes yang diciptakan oleh Suparyanto dari Dewan Kesenian Kabupaten Brebes yang menggambarkan perempuan yang cantik, luwes dan treingginas.
Tarian Topeng Sinok, menceritakan tentang perempuan Brebes, yang pada umumnya mereka merupakan adalah wanita pekerja keras. Kecantikan, keluwesan, dan kenggunannya tak mengurangi kecintaan mereka pada alam dan pekerjaannya sebagai petani. Tari yang merupakan paduan bentuk seni Cirebon, Banyumas dan Surakarta tersebut, seolah hendak mengatakan bahwa perempuan daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat ini bukanlah pribadi yang manja, cengeng, dan malas.
Topeng Sinok ini diproyeksikan untuk menjadi tarian khas yang nantinya akan dipromosikan dan diajarkan ke sekolah-sekolah dan dijadikan pelajaran muatan lokal di Kabupaten Brebes.
Reog (Banjarharjo)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Reog Banjarharjo)
Reog Banjarharjo adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di wilayah tengah Kabupaten Brebes tepatnya di Kecamatan Banjarharjo yang nyaris punah. Berbeda dengan reog yang selama kita kenal dari Ponorogo, Jawa Timur. Dalam pertunjukan Reog Ponorogo ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa. Tapi reog asal Brebes, dimainkan dua orang bertopeng.
[sunting]Karakteristik
Reog Banjarharjo dimainkan oleh dua orang, satu orang ditokohkan sebagai orang yang baik, dan satunya berwatak jahat. Tokoh yang baik mengenakan topeng pentul, dan yang jahat barongan. Dua lakon ini bertarung ketika pertunjukan berlangsung. Ceriteranya mengisahkan seputar mahluk halus yang menghuni sebuah tempat atau rumah. Manakala rumah itu akan ditempati, pentul datang untuk mengusir mahluk halus (barongan). Keduanya biasanya bertarung lebih dulu, sampai akhirnya dimenangkan pentul.
Untuk memeriahkan atraksi dua tokoh itu, diiringi musik yang dimainkan tujuh orang satu juru kawi atau sinden. Yaitu, empat orang membawa tetabuhan seperti kendang yang digendong di depan, satu orang memainkan terompet, gong dan satu lagi kecrek. Tetabuhan kendang dipukul dengan tongkat, sambil menari mengikuti irama musik.
[sunting]Pelestarian
Di Banjarharjo sekarang hanya terdapat satu grup reog Puspa Mulya, keberadaan reog ini nyaris punah. Kesenia ini adalah warisan nenek moyang yang dimainkan secara turun temurun . Dari zaman dahulu banyak warga Banjarharjo yang menyukai kesenia ini, akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi moderen, kesenian ini sudah sangat jarang dimainkan dan sekarang tinggal grup reog Puspa Mulya
Dulu, kesenian ini ditampilkan khusus untuk acara pindah rumah, atau ruwatan rumah. Namun dalam perkembangannya sekarang dimainkan dalam acara hajatan pernikahan atau sunatan.
Masyarakat menyukai kesenian ini, karena sudah dikolaborasi dengan musik jaipong. Sehingga penonton bisa ikut berjoget mengikuti irama musik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar