BREBES
Tuesday, 24 August 2010 07:00
Brebes adalah sebuah kota kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah dan terletak di bagian barat Provinsi Jawa Tengah, berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Brebes juga merupakan lintasan utama jalur Pantura. Luas wilayahnya mencapai 166.117 Ha, dengan jumlah penduduknya sekitar 1747.430 jiwa (2008).
Secara administratif Kabupaten Brebes terbagi dalam 17 kecamatan, yang terdiri atas 292 desa dan 5 kelurahan. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi, dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang, sedang bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Secara administratif Kabupaten Brebes terbagi dalam 17 kecamatan, yang terdiri atas 292 desa dan 5 kelurahan. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi, dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang, sedang bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi seperti itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
Topografi
Letak Geografis: Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat dari Propinsi Jawa Tengah dan terletak diantara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48" Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Timur : Kabupaten dan Kota Tegal
- Sebelah Selatan : Pembantu Gubernur Wilayah Banyumas
- Sebelah Barat : Pembantu Gubernur Wilayah Cirebon
Kabupaten Brebes terdiri atas dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan dan perbukitan dengan luas daerah 166.177 hektar yang terbagi sebagai berikut:
a. Tanah Sawah : 66.446 hektar (40,00%)
a. Tanah Sawah : 66.446 hektar (40,00%)
- Pengairan teknis : 29.237 hektar (17,60%)
- Pengairan setengah teknis : 11.356 hektar (6,84%)
- Pengairan sederhana : 10.479 hektar (6,31%)
- Tadah hujan : 15.274 hektar (9,25%)
b. Tanah kering : 44.575 hektar (26,83%)
c. Hutan negara : 48.574 hektar (29,24%)
d. Perkebunan negara/swasta : 1.279 hektar (0,77%)
e. Tanah lainnya : 5.243 hektar (3,16%)
Kabupaten Brebes terletak di bagian barat Provinsi Jawa Tengah, dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini "menyatu". Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang; sedang bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.
c. Hutan negara : 48.574 hektar (29,24%)
d. Perkebunan negara/swasta : 1.279 hektar (0,77%)
e. Tanah lainnya : 5.243 hektar (3,16%)
Kabupaten Brebes terletak di bagian barat Provinsi Jawa Tengah, dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini "menyatu". Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang; sedang bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.
No
|
Kecamatan
|
Luas (ha)
| |||
1
| Salem | 15.209 |
10
| Kersana | 2.523 |
2
| Bantarkawung | 20.500 |
11
| Bulakamba | 10.155 |
3
| Bumiayu | 7.369 |
12
| Wanasari | 7.226 |
4
| Paguyangan | 10.494 |
13
| Jatibarang | 3.348 |
5
| Sirampog | 6.703 |
14
| Songgom | 5.072 |
6
| Tonjong | 8.126 |
15
| Brebes | 8.230 |
7
| Larangan | 16.468 |
16
| Tanjung | 6.819 |
8
| Ketanggungan | 14.907 |
17
| Losari | 8.943 |
9
| Banjarharjo | 14.025 |
Sejarah
Ada beberapa pendapat asal muasal nama Brebes. Yang pertama mencoba menghubungkannya dengan keadaan alamiah daerah Brebes yang pada awal mulanya konon mempunyai banyak air dan sering tergenang air, bahkan ada kemungkinan masih berupa rawa-rawa. Mengingat banyak air yang merembes, Munculah kemudian nama Brebes, yang selanjutnya mengalami "verbastering" (perubahan) menjadi Brebes.
Pendapat kedua mencoba mengaitkan dengan masuknya agama Islam pada awal mulanya ke Brebes, yang sekalipun dihalang-halangi namun ternyata masih juga merembes, yang dalam bahasa daerah disebut disebut "berbes". Oleh karenanya muncullah kemudian nama Berbes, yang selanjutnya berubah menjadi Brebes. Pendapat yang ketiga mencoba menerangkan asal muasal nama Brebes dari kata-kata "bara" dan "basah".
"Bara" berarti hamparan tanah datar yang luas, sedang "basah" berarti banyak mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes, yang kecuali merupakan air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang kacuali merupakan dataran luas, juga mengandung banyak air, karena perkataan "bara" diucapkan "bere", sedang "basah" diucapkan "beseh", pada akhirnya lahirlah perkataan "Bere basah", yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi Brebes.
Ada pula terdapat ceritera yang berkaitan denga kata yang akhirnya menjadi kota Brebes yaitu:
Diantaranya Salem-Bantarkawung terdapat gunung bernama "Baribis" dari gunung Baribis tersebut mengalir sungai "Baribis" yang mengalir melalui dataran bagian utara bermuara di laut Jawa dan setelah bergabung dengan aliran sungai-sungai yang alin merupakan sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai Baribis ini, pada jaman dulu dianggap sebagai sungai yang bertuah = angker (Jawa) dan konon sungai tersebut juga banyak buayanya. Orang-orang tua pada saat itu banyak yang melarang anak cucunya untuk datang, menyeberangi, mandi dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam saat berperang orang tua selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang melangkahi/menyeberangi sungai tersebut. Untuk meyakinkan hal ini, mka terungkaplah sebuah legenda tentang perang Arya Bangah dengan Ciyung Wanara. Akibat menyeberangi sungai Baribis tersebut, Arya Bangah mengalami kekalahan.
Dari kepercayaan akan hal tersebut maka sungai Baribis itu dijadikan peringatan = pepenget = pepeling = pepali = larangan agar jangan sampai pada saat berperang melangkahi = menyeberangi sungai tersebut.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan, atau sungai pepali atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan.
Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, nama-nama tempat si pulau Jawa ternyata merupakancermin dari keadaan alam disekitar masyarakat yang mendiami tempat-tempat itu dan cara berpikir mereka. Nama-nama itu bisa kita bedakan dalam dua golongan besar.
"Bara" berarti hamparan tanah datar yang luas, sedang "basah" berarti banyak mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes, yang kecuali merupakan air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang kacuali merupakan dataran luas, juga mengandung banyak air, karena perkataan "bara" diucapkan "bere", sedang "basah" diucapkan "beseh", pada akhirnya lahirlah perkataan "Bere basah", yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi Brebes.
Ada pula terdapat ceritera yang berkaitan denga kata yang akhirnya menjadi kota Brebes yaitu:
Diantaranya Salem-Bantarkawung terdapat gunung bernama "Baribis" dari gunung Baribis tersebut mengalir sungai "Baribis" yang mengalir melalui dataran bagian utara bermuara di laut Jawa dan setelah bergabung dengan aliran sungai-sungai yang alin merupakan sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai Baribis ini, pada jaman dulu dianggap sebagai sungai yang bertuah = angker (Jawa) dan konon sungai tersebut juga banyak buayanya. Orang-orang tua pada saat itu banyak yang melarang anak cucunya untuk datang, menyeberangi, mandi dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam saat berperang orang tua selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang melangkahi/menyeberangi sungai tersebut. Untuk meyakinkan hal ini, mka terungkaplah sebuah legenda tentang perang Arya Bangah dengan Ciyung Wanara. Akibat menyeberangi sungai Baribis tersebut, Arya Bangah mengalami kekalahan.
Dari kepercayaan akan hal tersebut maka sungai Baribis itu dijadikan peringatan = pepenget = pepeling = pepali = larangan agar jangan sampai pada saat berperang melangkahi = menyeberangi sungai tersebut.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan, atau sungai pepali atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan.
Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, nama-nama tempat si pulau Jawa ternyata merupakancermin dari keadaan alam disekitar masyarakat yang mendiami tempat-tempat itu dan cara berpikir mereka. Nama-nama itu bisa kita bedakan dalam dua golongan besar.
Yang pertama, yang secara spontan telah lahir dari masyarakat di kota-kota itu sendiri, sedang yang kedua, yang dengan sengaja telah diberikan atau diperintahkan oleh suatu penguasa untuk dipakai, misalnya nama Surakarta Adiningrat, yang mula-mula telah dipergunakan oleh Sultan Pakubuwana II pada tahun 1745 untuk menyebut nama-nama tempat yang: 1. Berasal dari nama-nama tanaman, 2. Berasal dari nama-nama binatang, 3. Berasal dari nama-nama benda tambang, 4. Berasal dari nama-nama orang, 5. Mengingatkan kita pada suatu keistimewaan topografis.
Nama kota Brebes termasuk dalam katagori yang kelima. Dalam bahasa Jawa perkataan Brebes atau Mrebes berarti "tansah metu banyune" artinya "selalu keluar airnya" dan nama ini telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota Brebes sekarang ini memang selalu keluar airnya.
Dari sumber yang dapat diketemukan, pada tahun 1640 / 1641, nama Brebes itu sudah mulai tercantum di dalam penulisan / laporan / daftar harian yang dibuat oleh VOC. Makin kesini makin banyak uraiannya, meskipun hanya dalam hal sebagai tujuan atau persinggahan pengiriman barang-barang penting dan bahan pokok, misalnya alat-alat untuk kompeni (VOC), bahan pakaian, bahan makanan dan sebagainya.
Nama Brebes itu sendiri pernah ditulis: Barbas, Barbos atau Brebes. Dari nama dan bagaimanapun juga asal muasalnya atau apapun juga makna nama Brebes itu, kiranya bukanlah masalah bagi penduduk Brebes masa kini. Yang penting adalah mengambil hikmah dari dalamnya. Suatu kenyataan Wilayah Kabupaten brebes dianalisa dari segi lahan/tanah, curah hujan serta iklimnya, mempunyai prospek/masa depan yang cerah. Segala faktor penghambatannya Insya Allah akan dapat diatasi oleh generasi penerusnya.
Nama kota Brebes termasuk dalam katagori yang kelima. Dalam bahasa Jawa perkataan Brebes atau Mrebes berarti "tansah metu banyune" artinya "selalu keluar airnya" dan nama ini telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota Brebes sekarang ini memang selalu keluar airnya.
Dari sumber yang dapat diketemukan, pada tahun 1640 / 1641, nama Brebes itu sudah mulai tercantum di dalam penulisan / laporan / daftar harian yang dibuat oleh VOC. Makin kesini makin banyak uraiannya, meskipun hanya dalam hal sebagai tujuan atau persinggahan pengiriman barang-barang penting dan bahan pokok, misalnya alat-alat untuk kompeni (VOC), bahan pakaian, bahan makanan dan sebagainya.
Nama Brebes itu sendiri pernah ditulis: Barbas, Barbos atau Brebes. Dari nama dan bagaimanapun juga asal muasalnya atau apapun juga makna nama Brebes itu, kiranya bukanlah masalah bagi penduduk Brebes masa kini. Yang penting adalah mengambil hikmah dari dalamnya. Suatu kenyataan Wilayah Kabupaten brebes dianalisa dari segi lahan/tanah, curah hujan serta iklimnya, mempunyai prospek/masa depan yang cerah. Segala faktor penghambatannya Insya Allah akan dapat diatasi oleh generasi penerusnya.
Bupati (Kepala Daerah) Brebes
- Tumenggung Arya Suralaya 1678 - 1683
- Tumenggung Pusponegoro I
- Tumenggung Pusponegoro II 1683 - 1809
- Tumenggung Pusponegoro III
- K.A.A. Singasari Panatayuda I 1809 - 1836
- K.A.A. Singasari Panatayuda II 1836 - 1856
- K.A.A. Singasari Panatayuda III
- R.T. Cakra Atmaja 1876 - 1880
- RM. AA. Cakranegara I 1880 - 1885
- RM. T. Sumitra (Cakranegara II) 1885 -
- RM. Martana 1907 - 1929
- R. Sajikun 1929 (8 bulan)
- KRTM. Ariya Purnama Hadiningrat 1920 - 1929
- RAA. Sutirta Pringga Haditirta 1936 - 1942
- R. Sunarya 1942 - 1945
- Sarimin Reksadiharja 1946
- K. A. Syatori 1946 - 1947
- R. Awal 1947 - 1947
- Agus Miftah 1947 - 1948
- R. Sumarna 1948 - 1950
- Mas Slamet 1950 - 1956
- R. Mardjaban 1956 - 1966
- R.H. Sartono Gondosoewandito, SH 1967 - 1979
- H. Syafrul Supardi 1979 - 1989
- H. Hardono 1989 - 1994
- H. Syamsudin Sagiman 1994 - 1999
- H. Moh. Tadjudin Nuraly 1999 - 2001
- PLTH Drs Haji Tri Harjono 2001-2002
- INDRA KUSUMA, S.SOS 2002 - Sekarang
Arti Lambang
Makna Lambang Daerah :
A. Makna Bentuk dan Motif dalam Lambang :
1. Daun lambang daerah yang berbentuk Dasar Segi Lima
Melambangkan Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila, sedangkan Warna Biru menunjukan adanya Daerah Pantai dan Pegunungan. Puncak Segi Lima menunjukan puncak gunung sedangkan lengkung-lengkungnya menunjukan gelombang lautan.
2. Makna dan motif – motif didalam lambang
- Bintang : Bintang bersudut lima berwarna kuning emas melambangkan bahwa masyarakat Brebes adalah makluk yang berKetuhanan Yang Maha Esa.
- Kapas dan Padi : Melambangkan Sandang Pangan
- Bentuk Bulat Telur serta Gambar Bawang Merah : Melambangkan bahwa Telur Asin serta gambar Bawang Merah merupakan hasil spesifik daerah.
- Lima Akar : Melambangkan bahwa rakyat dan Pemerintahan Daerah adalah Pelaksana Demokrasi Pancasila.
- Perpaduan antara Tujuh Belas Butir Padi, Delapan Buah Kapas Empat Puluh Lima Mata Rantai : Melambangkan titi mangsa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945.
- Perpaduan Tiga Umbi Bawang Merah dan Lima Akar yang berwarna hitam, puncak bawang yang merupakan nyala api yang tak kunjung padam berjumlah lima: Melambangkan kehidupan Demokrasi (Legislatif, Eksekutif, Yudikatif) yang harus dilaksanakan secara dinamis dalam bentuk Demokrasi Pancasila.
- Sebuah Pita Putih bergaris tepi Hitam yang menyambungkan padi dan kapas ditengahnya bertuliskan : Mangesti Wicara Ebahing Praja dengan warna hitam yang menunjukan bahwa Rakyat Brebes bertekad untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membagun Bangsa dan Negara Kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
B. Makna Warna
a. Putih : Kejujuran/kesucian
b. Kuning Emas : Kesatuan/keagungan/kemuliaan/kebijaksanaan
c. Merah : Keberanian
d. Hijau : Kemakmuran/kerukunan
e. Hitam : Keteguhan/keabadian
f. Biru : Kedamaian/kesetiaan
C. Sesanti
Sesanti Daerah adalah Mangesthi Wicara Ebahing Praja
(1) Arti Sesanti Daerah kata demi kata adalah :
a. Mangesthi : Menuju, menginginkan, menghendaki, mengusahakan, bertekad.
b. Wicara : Bicara, cerita, riwayat, pembicaraan, rembug, musyawarah, mufakat, kebulatan tekad.
c. Ebah(ing) : Gerak, kegiatan, bekerja, membangun
d. Praja : Pemerintahan, Negara, kegiatan – kegiatan kenegaraan.
(2) Arti keseluruhan sesanti daerah adalah bahwa rakyat bersama Pemerintah Daerah Brebes bertekad (Mangesthi) untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun (Ebahing) Negara (Praja) dan Bangsa.
(3) Arti Surya Sengkala Mangesthi Wicara Ebahing Praja
- Mangesthi berwatak : 8
- Wicara berwatak : 7
- Ebah (ing) berwatak : 6
- Praja berwatak : 1
Dengan demikian Magesthi Wicara Ebahing Praja mengandung makna tahun matahari/masehi :1678 tahun ini adalah berdirinya Pemerintahan Brebes dengan titi mangsa 18 Januari 1678 yang ditandai dengan dilantiknya Bupati Brebes yang pertama, yaitu Raden Arya Suralaya.
Komiditas
Bawang merah dan telur asin merupakan trade mark bagi Kabupaten Brebes. Namun Kabupaten Brebes tidak hanya menghasilkan komoditi tersebut. Berbagai komoditi lain yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan terutama komoditi perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Perikanan Budidaya
Potensi usaha budidaya perikanan yang dimiliki Kabupaten Brebes memang sangat menjanjikan dan cukup lengkap, yang didukung oleh sumberdaya alam (SDA) yang cukup memadai. Kabupaten Brebes memiliki tambak seluas 12.678 Ha dan Kolam Air Tawar mencapai 115 Ha. Untuk pengembangan budidaya air tawar, kabupaten Brebes memiliki 2 unit Balai Benih Ikan (BBI), yakni BBI Malahayu, Kec. Banjarharjo dengan luas 4 Ha, dan BBI Jatirokeh, Kec. Songgom seluas 1,5 Ha. Keberadaan waduk lapangan (embung) seluas 10 Ha juga merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk usaha budidaya.
Di sisi lain, di Brebes juga memiliki sumberdaya manusia yang sudah akrab dengan dunia perikanan. Karena memang Brebes merupakan sebuah kabupaten pantai, jadi tak heran kalau sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Kehidupan nelayan sangat bergantung kepada kondisi laut. Oleh karena itu, terkadang ritme kehidupannya terganggu manakala cuaca sedang tidak bersahabat, sehingga mereka tidak bisa melaut.
Bawang merah dan telur asin merupakan trade mark bagi Kabupaten Brebes. Namun Kabupaten Brebes tidak hanya menghasilkan komoditi tersebut. Berbagai komoditi lain yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan terutama komoditi perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Perikanan Budidaya
Potensi usaha budidaya perikanan yang dimiliki Kabupaten Brebes memang sangat menjanjikan dan cukup lengkap, yang didukung oleh sumberdaya alam (SDA) yang cukup memadai. Kabupaten Brebes memiliki tambak seluas 12.678 Ha dan Kolam Air Tawar mencapai 115 Ha. Untuk pengembangan budidaya air tawar, kabupaten Brebes memiliki 2 unit Balai Benih Ikan (BBI), yakni BBI Malahayu, Kec. Banjarharjo dengan luas 4 Ha, dan BBI Jatirokeh, Kec. Songgom seluas 1,5 Ha. Keberadaan waduk lapangan (embung) seluas 10 Ha juga merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk usaha budidaya.
Di sisi lain, di Brebes juga memiliki sumberdaya manusia yang sudah akrab dengan dunia perikanan. Karena memang Brebes merupakan sebuah kabupaten pantai, jadi tak heran kalau sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Kehidupan nelayan sangat bergantung kepada kondisi laut. Oleh karena itu, terkadang ritme kehidupannya terganggu manakala cuaca sedang tidak bersahabat, sehingga mereka tidak bisa melaut.
Budidaya Rumput Laut
- Panjang garis pantai di kab.Brebes lebih kurang 53 Km.
- Lokasi Pantai ini amat potensial untuk dilakukan budidaya rumput laut.
- Permintaan akan rumput laut tiap tahun selalu mengalami peningkatan.
- Lahan tambak yang tersedia di Kab.Brebes yang memungkinkan bisa digunakan untuk budidaya rumput laut lebih kurang 150 Ha.
- Kebutuhan rumput laut sekitar 1000 ton rumput laut kering/bulan.
- Lokasi yang potensial di 5 (lima) Kecamatan yaitu Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung, Losari di sepanjang pantai.
Daftar Pustaka:
- Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
- Pemerintah Kabupaten Brebes
- Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kabupaten Brebes
Read more: BREBES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar