Minggu, 04 Maret 2012

Akar Betawi

Akar Betawi
Rabu, 4 Januari 2012 | 03:30 WIB

Belakangan ini, Wanda Hamidah (34) gelisah memperkenalkan budaya Betawi kepada anak-anaknya. ”Ibu saya, Hanifah, orang Betawi. Kami orang Betawi Batu Ceper, Batu Tulis, Krukut, Sawah Besar. Seperti halnya ketiga anak saya, saya lahir dan besar di Betawi. Tapi, apa yang anak-anak saya tahu tentang orang-orang dan budaya Betawi?” kata Wanda, Minggu (1/1).
Ia khawatir anak-anaknya mengidentikkan etnis atau budaya Betawi dengan budaya kekerasan dan monokultur. Padahal, kata anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta ini, hal itu bertolak belakang dengan akar budaya Betawi.
”Orang Betawi itu pasti pluralis karena mereka lahir dari silang darah. Alat-alat kebudayaannya juga, kalau dilihat dari pakaian, kuliner, musik, bahasa, dan tradisinya, mencerminkan keterbukaan orang Betawi terhadap berbagai unsur dari luar. Itu artinya, menjadi Betawi bukan karena benturan, melainkan karena menyerap semua elemen budaya yang datang,” ungkapnya.
”Yang saya lihat dan alami saat saya kecil, orang Betawi itu mudah mengucapkan salam dan selamat kepada mereka yang merayakan hari raya agamanya. Bahkan, keluarga kami sering ikut kenduri bersama mereka,” ujar Wanda.
Kini, pemain film Pengejar Angin itu, lewat mekanisme di DPRD, berniat mendorong Pemerintah Provinsi DKI menyusun muatan lokal Betawi di SD hingga SMA.
”Pluralisme dan budaya anti-kekerasan sebagai akar budaya Betawi tidak boleh punah. Atau, Jakarta akan menjadi belantara kekerasan,” kata Wanda mengingatkan.
(WIN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar