seri-cerita-anakPada seminar desain model di BPKB DIY hari Senin (27/2/2012) Dr. Suyami mengingatkan bahwa menulis cerita ‘Berdirinya Kraton Yogyakarta’ perlu diperhatikan ketokohan Mangkubumi sebagai pendiri Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang mengemban amanat untuk menyelamatkan Mataram. ’’Modul sebaiknya dimulai cari cerita tentang geger Pecinan atau geger Kartasura yang disebut juga sebagai Prahara Mataram, sebagai awal modul seri cerita anak’’, demikian dikatakan peneliti pada Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisi Provinsi DIY.
Tahun 2012 ini BPKB DIY mengangkat seri bahan ajar literasi budaya yang bertemakan ‘’Berdirinya Kraton Yogyakarta’’ sebagai salah satu kegiatan pengembangan model. Sasaran model ini adalah anak dan remaja agar mengenal lebih dini tentang sejarah berdirinya Kraton Ngayogyakartahadiningrat. Edisi pertama dari seri literasi seni, budaya dan keunikan Yogyakarta ini menawarkan sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta. Anak-anak maupun orang dewasa yang membaca diharapkan menyerap isi atau informasi historisnya sebagai pengetahuan. Jika kandungan pesan yang ditangkap positif, terjadilah proses menerima dan bersimpati yang berujung pada tindakan nyata bela rasa dengan berbuat sesuai kemampuan dan peluang masing-masing. Jika demikian bisa diharapkan pula kerelaan menanggung beban risiko tanggung jawab atas sikap dan tindakan yang suatu ketika menghasilkan buah.
Fakta menunjukkan bahwa generasi muda kurang memiliki pemahaman tentang sejarah berdirinya Kraton Yogyakarta. Bahkan pada kesempatan itu uraian Dr. Suyami, selaku narasumber pengembangan model, memberikan pencerahan tentang sejarah berdirinya Kraton Yogyakarta kepada peserta seminar. Masih banyak kalangan yang kurang memahami ketokohan Mangkubumi sebagai pendiri Kraton Yogyakarta. Stigma Mangkubumi pemberontak lebih melekat sibanding Mangkubumi pengemban amanat penyelamat tahta Mataram dari cengkeraman kumpeni (VOC). Untuk itu, seri cerita anak disarankan dimulai dengan memuat antara lain (1) prahara Mataram (geger Pecinan), (2) Mataram tergadai, (3) Mandat Mangkubumi rebut Mataram, (4) Mangkubumi dan raden Mas Said bersatu melawan kumpeni, (5) jer basuki mawa beya: pembagian wilayah Mataram, (6) Penobatan Sultan Kabanaran, (6) perjanjian Giyanti tentang pembagian wilayah Surakarta dan Yogyakarta, (7) jumenengan Sultan Hamengkubowo I ing Ngayogyakartahadiningrat.
Pada akhir seminar juga didiskusikan tentang format seri cerita anak antara format komik penuh atau kombinasi antara narasi dan gambar. ‘’Kita ini sekarang sedang berperang melawan budaya lisan kedua lewat program metropolis televisi di ruang rekreasi keluarga. Model ini berusaha untuk menumbuhkan budaya literasi, tradisi membaca di tengah keluarga. Namun demikian usulan untuk mengembangkan pendekatan gambar/komik akan dipertimbangkan.’’ Ungkap Yohanes Lilik Subiyanto mewakili tim pengembang model.
Model bahan ajar seri literasi seni, budaya dan keunikan Yogyakarta ini juga menyajikan riwayat asal-usul nama Ngayogyakartahadiningrat dan sekarang dikenal dengan kota Yogyakarta.