GENJRING BONYOK
1.Asal-usul dan Perkembangan Genjring Bonyok
Genjring
Bonyok adalah jenis kesenian yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten
Subang yang mempunyai alat musik utama bedig dan genjring. Kesenian
tersebut mulai lahir dan berkembang di Kampung Bonyok Desa Pangsor
Kecamatan Pagaden. Genjring Bonyok merupakan kesenian yang terinspirasi
dari kesenian Genjring Rudat.
Genjring
Bonyok mulai lahir sebelum kemerdekaan atau pada zaman perkebunan P
& T Lands. Pada waktu itu kampung Bonyok atau wilayah Desa Pangsor
dikenal dengan daerah kontrak. Selain Genjring Bonyok ada beberapa jenis
kesenian yang berkembang antara lain Kendang Penca, Ketuk Tilu, dan
Wayang Golek. Kesenian tersebut berkembang sesuai dengan keinginan
masyarakat yang membutuhkan hiburan.
Alat
music(waditra) yang digunakan pada awal perkembangannya hanya
menggunakan satu buah bedug,tiga buah Genjring.Kemudian Genjring Bonyok
mengalami perkembangan dengan menambahkan atau memadukan alat musik
dari kesenian yang sedang berkembang pada waktu itu.
Seniman
yang memiliki peranan penting dalam mendirikan dan mengembangkan
Genjring Bonyok yaitu Talam dan Sutarja. Mereka membuat kreasi dalam
setiap pertunjukan, sehingga Genjring Bonyok dapat dikenal oleh
masyarakat. Beberapa periode perkembangan Genjring Bonyok:
-Tahun
1967 Genjring Bonyok baru mempunyai lima orang personil (nayaga) yaitu
orang yang menabuh bedug dan empat orang yang menabuh Genjring.
-Tahun 1969 mulai memasukan terompet dan nayaga bertambah menjadi enam orang.
-Tahun
1982 Genjring Bonyok memasukan jenis alat musik seperti gendang,
kulanter, goong besar,goong kecil,dua buah kenong, dan kecrek.
-Tahun 1987 Genjring Bonyok mulai menggunakan sinden dan juru kawih dan lagu yang dilantunkannya yaitu lagu ketuk tilu.
Genjring
Bonyok sudah banyak melakukan pertunjukan, hal tersebut dapat dilihat
dalam beberapa even terdahulu antara lain pada tahun 1971 mengadakan
pagelaran di gedung Rumentang Siang Bandung, tahun 1977 mengikuti
Festival Genjring Bonyok se-Jawa Barat yang diikuti oleh 24 grup,tahun
1978 mengadakan pagelaran di GOR Saparua Bandung,tahun 1979 pagelaran di
Gedung Gubernur yang diikuti 3 grup dari 3 kabupaten,tahun 1980
pagelaran pada acara HUT Kabupaten Subang, tahun 1985 mengadakan
pagelaran di TMII anjungan Jawa Barat dan Genjring Bonyok mulai
ditampilkan di TVRI pusat Jakarta, tanggal 17 Agustus 1989 mengadakan
pagelaran di lapangan Gasibu pada acara gelar senja dengan memasukan
penari dari siswa-siswi sekolah, tanggal 1 Oktober 1989 mengisi
pembukaan pameran Kabuten Subang.
Dengan
demikian pagelaran Genjring Bonyok tiada hanya sebagai alat helaran
pada saat hajatan, akan tetapi Genjring Bonyok dapat dipagelarkan di
atas panggung, dan Genjring Bonyok juga bisa memakai penari dengan
koreografi yang baik.
Maka
fungsi kesenian Genjring Bonyok sangat beraneka ragam antara lain
mengadakan pagelaran pada acara hajatan dengan cara melakukan helaran
secara bersamaan dengan kesenia lainnya, misalnya dengan kesenian
sisiangan. Mengadakan pagelaran pada acara-acara yang dianggap penting
atau acara kedinasan.
2. Pertunjukan atau Penyajian Genjring Bonyok
Beberapa
unsur yang penting yang sangat menunjang dalam pagelaran Genjring
Bonyok yaitu Waditra (alat musik), nayaga (penabuh alat musik), juru
kawih (sinden), penari,busana.
a.Waditra (alat musik)
Alat musik yang digunakan yaitu:
-1 buah bedug berfungsi untuk mengatur ketukan dipukul dengan cara-cara tertentu untuk membuat bunyi yang enak didengar.
-3 buah genjring yang berfungsi untuk membuat irama yang bersahutan dan mengimbangi alunan alat musik lain.
-1 buah gendang berfungsi mengatur irama dan memberi tekanan musik.
-1 buah kulanter berfungsi mengikuti irama.
-1 buah goong besar berfungsi untuk menutup akhir irama.
-1 buah goong kecil berfungsi untuk mengiringi irama.
-1 buah terompet berfungsi untuk membawakan melodi.
-2 buah kenong berfungsi mengimbangi irama.
-1 buah kecrek berfungsi untuk mempertegas dan mengatur irama.
b. Nayaga (penabuh alat musik)
Pada saat di atas panggung nayaga mengambil posisi duduk. Sinden
duduk paling depan, dan diikuti oleh peniup terompet yang sejajar
dengan penabuh gendang dan penabuh kecrek. Baris selanjutnya penabuh
genjring dan penabuh ketuk, dan di belakangnya penabuh bedug dan penabuh
goong. Kalau memakai penari biasanya berada di depan sinden. Pada saat
helaran Genjring Bonyok biasanya bersamaan dengan kesenian lain,
misalnya kesenian Sisingaan. Genjring Bonyok berada di posisi belakang
setelah kesenian Sisingaan, dengan urutan posisi personil seperti posisi
di atas panggung.
c. Juru Kawih
Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Sinden dalam pagelaran adalah lagu-lagu ketuk tilu seperti gotrok,kangsreng,awi garambat,buah kawung,dan torondol.
d. Penari
Penari
Genjring Bonyok pada saat tertentu memakai para penari khusus yang
sesuai dengan koregrafi. Sedangkan pada saat mengadakan heleran para
penari terdiri dari masyarakat yang ikut menari secara spontanitas dan
memriahkan helara.
e. Busana
Busana yang dipakai oleh personil Genjring Bonyok diantaranya:
-Nayaga: baju kampret, celana pangsi,iket,semplak,selendang.
-Juru Kawih: kabaya, selendang, sanggul, dan hiasan bunga melati.
-Penari: laki-laki:kampret,celana pangsi,iket,selandang.
Perempuan:kabaya,selendang,sanggul.
Demikianlah
ringkasan mengenai kesenian khas kabupaten Subang ini...harapnya
dengan adanya informasi ini menjadi buah bakal untuk di mas ayang akan
datang agar tidak punah.
Dikutip dari http://ferdy-skynet.blogspot.com/2010/03/genjring-bonyok.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar