Minggu, 04 Maret 2012

Budaya Minangkabau 3

Saluang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai[1]. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lamang (lemang), salah satu makanan tradisional Minangkabau.
Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok (menyisihkan napas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan seterusnya [2].

Catatan

  1. ^ Wawancara dengan A. Dt Batuah, niniak mamak suku Caniago dari Koto Laweh, Solok, tahun 1993 oleh wiki ID limpato
  2. ^ Wawancara dengan Magatin Budua, seniman tradisional Minangkabau dari Muaro Bodi, Sawahlunto tahun 1993, oleh WikiID limpato

Talempong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Talempong tengah dimainkan.
Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan.
Talempong berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si.[rujukan?] Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano.

[sunting] Lihat pula

Kolintang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kulintang)
Langsung ke: navigasi, cari
Kplintang
Kplintang
Nama lain Kulintang, Kulintangan, Totobuang
Klasifikasi Alat musik perkusi Idiofon
Gong
Rentangan permainan
Skala Pelog dan Slendro
Instrumen terkait
bonang,[1] kenong, canang, keromong,[2] kromong, kethuk,[3] trompong/terompong, rejong, talempong,[4] chalempung, caklempong/caklempung,[2] khong wong yai/khong wong lek, khong toch/ khong thom, khong vong, krewaing/krewong[5]
Artikel yang terkait
Peta persebaran Kolintang di Asia Tenggara.
Kolintang
Sumber aliran Musik Asia Tenggara
Alat musik yang biasa digunakan Kulintang • AgungGandinganBabendilDabakan
Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum. Kolintang merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan Melayu Timur - Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor.[6] Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi bentuk seperti sekarang.[5] Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.
Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.

[sunting] Lihat pula

  • Angklung - alat musik tradisional yang terbuat dari bambu.

[sunting] Referensi

  1. ^ Frame, Edward M.. "The Musical Instruments of Sabah, Malaysia." Ethnomusicology 26(1982):
  2. ^ a b Matusky, Patricia. "An Introduction to the Major Instruments and Forms of Traditional Malay Music." Asian Music Vol 16. No. 2. (Spring-Summer 1985), hal. 121-182.
  3. ^ "Ethnic Music". Embassy of the Republic of Indonesia in Berlin - Germany. 18 Februari 2007. Diakses pada 22 Februari 2007.
  4. ^ Maceda, Jose. Gongs and Bamboo: A Panorama of Philippine Music Instruments. Quezon City: University of the Philippines Press, 1998.
  5. ^ a b Cadar, Usopay Hamdag (1971). The Maranao Kolintang Music: An Analysis of the Instruments, Musical Organization, Ethmologies, and Historical Documents. Seattle, WA: University of Washington.
  6. ^ Amin, Mohammad (2005). "A Comparison of Music of the Philippines and Sulawesi". Sulawesi. Diakses pada 22 Februari 2007

Tari Piring

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Penari tari piring yang tengah memijak piring pecah
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan[1].

[sunting] Sejarah

Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis[2].
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa[3]. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.

[sunting] Gerakan

Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut[4].
Tarian ini diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang. Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Kombinasi musik yang cepat dengan gerak penari yang begitu lincah membuat pesona Tari Piring begitu menakjubkan. Pakaian yang digunakan para penaripun haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan.

[sunting] Referensi

Tari Pasambahan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Tari Pasambahan adalah salah satu seni tari tradisonal Minangkabau yang berkembang di berbagai daerah di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Tarian ini ditampilkan dalam acara penyambutan tamu yang dimaksudkan sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu kehormatan yang baru saja sampai. Namun saat ini, tari pasambahan ditampilkan tidak hanya dalam acara penyambutan tamu, tetapi juga dalam seni pementasan dan pertunjukan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak[1].
Tari pasambahan ditampilkan saat kedatangan tamu yang datang dari jauh, atau saat kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Tamu yang datang kemudian dipayungi dengan payung kebesaran sebagai penghormatan terhadap tetamu yang datang[2]. Setelah tari pasambahan ditampilkan, kemudian acara dilanjutkan dengan suguhan daun sirih dalam carano kepada sang tamu[3]. Pada saat upacara pernikahan, suguhan daun sirih diberikan kepada pengantin pria sebagai wakil dari rombongan. Daun sirih di carano tersebut juga biasanya disuguhkan kepada kedua orang tua pengantin[4].

[sunting] Lihat pula

[sunting] Referensi

  1. ^ www.scribd.com Tari Pasambahan. Diakses pada 25 September 2011.
  2. ^ Tari Payung Sumatera Barat. Diakses pada 25 September 2011.
  3. ^ www.west-sumatra.com Pagelaran Seni Minangkabau
  4. ^ Tari Pasambahan Minang. Diakses pada 25 September 2011.

Tari Piring

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Penari tari piring yang tengah memijak piring pecah
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan[1].

[sunting] Sejarah

Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis[2].
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa[3]. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.

[sunting] Gerakan

Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut[4].
Tarian ini diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang. Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Kombinasi musik yang cepat dengan gerak penari yang begitu lincah membuat pesona Tari Piring begitu menakjubkan. Pakaian yang digunakan para penaripun haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan.

[sunting] Referensi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar