Selasa, 06 Maret 2012

Bedaya Kajongan, Tradisi Tari Keraton yang Terancam Punah

Bedaya Kajongan, Tradisi Tari Keraton yang Terancam Punah


Posted by Promosi Online on December 7, 2011

Dalam sejarahnya, Cirebon dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam, yang juga memiliki kekayaan seni tradisi
adiluhung. Di antaranya berupa seni tari yang sarat dengan makna filosofi. Namun saat ini kebanyakan orang hanya mengenal
Tari Topeng. Padahal, masih ada sedikitnya delapan jenis tari tradisional Cirebon yang lain, yaitu Tari Bedaya Kajongan,
Tari Bedaya Rimbe, Tari Bedaya Gododan, Tari Bedaya Golekan, Tari Bedaya Kembang, Tari Bedaya Perang Keris, Tari Bedaya
Tumenggung dan Tari Bedaya Rahwana Gandrung. Namun beberapa jenis tari tradisional Cirebon tersebut mulai banyak
dilupakan orang, dan tidak sedikit pula yang sama sekali tidak mengenalnya. Kondisi itulah yang memunculkan keprihatinan
di kalangan keluarga Keraton Kanoman. Pada tahun 1990-an silam, dilakukanlah upaya revitalisasi Tari Bedaya Rimbe, yang
telah berhasil dikonstruksi ulang baik gerak, gamelan  dan juga kostum busananya. Tari Bedaya Rimbe ini sudah pula
dipentaskan kembali pada tahun 2004 lalu, dalam upacara Jumenengan Sultan Raja Mohammad Emirudin sebagai Sultan Kanoman
Ke XII.
Awal Mei 2011, Patih Kanoman Pangeran Raja Qodiran dan Ratu Raja Arimbi Nurtina, ST mendapat titah dari Sultan Raja
Mochamad Emirudin, untuk  kembali membentuk Tim Revitalisasi, guna melakukan penelusuran Tari Bedaya Kajongan. Sejumlah
mantan penari keraton, dan Pangeran Agus Djoni beserta Elang Mamat Nurahmat putranya dilibatkan dalam upaya revitalisasi
tersebut. Bukan hanya sebagai sumber  utama penggalian data, tetapi juga dalam penataan kembali gerak tari, gamelan dan
busana.
Tari Bedaya Kajongan ini dipentaskan terakhir kalinya pada awal tahun 1970, dalam acara hajat khitan salah satu keluarga
Keraton Kanoman. dalam pementasan Tari Bedaya Kajongan jumlah penarinya harus genap. Bisa enam orang, empat orang atau
dua orang. Tari Bedaya Kajongan menggambarkan adegan perang dan karena itu penarinya harus berpasangan.
Filosofinya, perang yang dimaksud dalam Bedaya kajongan adalah peperangan yang harus dilakukan oleh setiap kaum wanita
untuk menundukkan hawa nafsunya. Tari Kajongan memang berbicara tentang peran penting wanita dalam membentuk masyarakat
dan bangsa. Pesan yang terkandung dalam tarian ini adalah: “Baik atau buruknya suatu bangsa tergantung pada kaum
wanitanya. Apabila para wanitanya baik, maka bangsa itu akan menjadi baik. Tapi apabila kaum wanitanya tidak bermoral,
dikuasai oleh nafsunya sendiri, maka bangsa itu akan rusak dan hancur”.
Pada tahun 2009 silam, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat Herdiwan pernah mengingatkan tentang banyaknya
jenis kesenian tradisional yang terancam punah. Menurutnya, ada sekitar 300 jenis kesenian tradisional yang akan punah
dan menuju kepunahan. Dari jumlah tersebut, dapat dipastikan beberapa di antaranya adalah seni tari  tradisional Cirebon
yang disebutkan tadi.

1 komentar: