Senin, 05 Maret 2012

Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK): Karakter Budaya Minangkabau (1)

Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK): Karakter Budaya Minangkabau (1)


REP | 01 April 2011 | 22:19Dibaca: 263   Komentar: 4   Nihil
13016711461136788735Budaya Minangkabau seperti budaya budaya daearah lainnya memeiliki karakteristik yang berbeda-beda. Masyarakat Minangkabau adalah bagian dari kultur sosial yang berada dalam naungan bangsa Indonesia, secara  kedaerahan (lokal) memiliki karakteristik tersendiri dari budaya budaya anak bangsa lainnya. Budaya Minangkabau mencakup segala unsur kegidupan masyaraktnya, jika di kaji secara luas budaya Minagkabau sangatlah luas pembahasannya dan dapat di pilah pilah bagiannya seperti ungkapan orang Minang kok dkambang salaweh alam kok di balun salaweh kuku (jika di hampar seluas alam. jika di balut secuil kuku).
sejarah filosofi Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabulloh
menurut Tambo (sejarah) orang Minangkabau berasal dari keturunan Raja Zulkarnaen dari mcedonia. dalam tambo diceritakan dimana suri mahrajo dirajo anak bungsu dari raja Zulkarnaen berlayar ke arah timur dan berhenti di sebuah lereng gunung kemudian membentuk perkapungan yang bernama pariangan. tntang asal oarang Minangkabau di utarakan dalam pantun minang
darimano titiak palito
dari telong nan batali
dari mano asa nyinyiak kito
dari lereng gunung marapi
(darimana titik pelita
dari telong yang bertali
darima asal nenek kita
dari lereng gunung merapi)
Setelah masyarakat banyak dan Nagari pariangan tidak lagi memadai maka berngkatlah sebagian orang minang untuk mencari wilayah baru untuk dijadikan tempat tinggal. mereka berngkat ketiga arah yang akhirnya memebentuk tiga buah Luhak (luhak tanah data, luhak Agam dan luhak limo puluah koto).
keseluruh wilayah itu berda di bawah naungan kerjaan pagaruyuang. pemuka pemuka adat kemudian membentuk hukum adat, Dua orang Datuk yang berjasa dalam membuat adat Minangkabau adalah datuak katumanggungan yang membahi kelarasan Koto Piliang dan datuak parpatiah nan Sabatang yang membawahi kelarasan bodi Caniago.
Adat Minangkabau awal berlandasan kepada kebenaran seperti yang di ungkapkan dalam kata adat
kamanakan barajo kamamak,mamak barajo kapangulu, pangulu barajo kamufakat, mufakat barajo kanan bana, bana badiri sandiri.
masuknya agama islam dan orang minangkabau menjadikan islam sebagai agama satu satunya bagi orang Minangkabau akhirnya merubah filosofi adat orang Minangkabau. filosofi itu berubah karena adanya beberapa kebiasaan adat yang bertentangan dengan ajaran islam. pertentangan ini membentuk dua kelompok pada masyarakat Minangkabau, kelompok pertama dinamakan kaum Agama (kaum Padri) yang berusaha merubah kebisaan adat yang bertentangan dengan ajaran Islam, kelompok kedua dinamakan Kaum adat yang tetap berpegang teguh kepada Adat yang telah ada semenjak nenek moyang. pertentangan kedua kelompok ini membuat pecahnya perang saudara. perang saudara ini dimamfaatkan oleh VOC dengan membantu kaum adat. Orang Minangkabau akhirnya menyadari kalau pererangan antar sesama orang Minang hanya akan menimbulkan keusakan bagi diri sendiri, maka bersepakatlah Kaum Adat dan Kaum Padri untuk menghentikan perang Saudara. pertemuan damai itu terjadi di sebuah bukit yang bernama Bukit  Marapalam. dengan pertemuan itu Akhirnya melahirkan filosofi Adat MinangKabau ADAT BASANDI SYARA’,SYARA’ BASANDI KITABULLAH (ABS-SBK).

1 komentar:

  1. Saya heran, dari mana para cendekiawan kita mendapatkan data kalau semboyan "Adat Basandi Syara' - Syara' Basandi Kitbullah" berasal dari pasca Perang Paderi. Apalagi, ada yang mengarang-ngarang cerita semboyan itu didengungkan dan dideklarasikan dari Puncak Marapalam (Puncak Pato, dekan Lintau dan Sungayang, Batusangkar). Sehingga, sudah ada dibuat Patung (monumen) peristiwa tersebut di tempat tersebut. Karena, akal sehat saya tidak bisa menerima semua itu; tempat tersebut tempatnya berada di "pasawangan"; jangankan dulu, sekarang saja, kalau saya disuruh untuk pergi kesana sendirian (ke Puncak Marapalam itu), saya agak gamang. Apalagi dulu, pada tahun-tahun Perang Paderi terjadi.
    Kebimbangan saya tersebut, terjawab ketika saya membaca sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang penulis besar asal Sumatera Barat di Harian Mimbar Minang pada tahun 1999, yang menulis kalau sebenarnya sejarah semboyan tersebut dimulai ketika Buya Hamka melemparkan sebuah semboyan "Adat Basandi Syara' - Syara' Basandi Adat" pada tahun 1945. Namun, ide itu dirasa cukup berat untuk diaplikasikan oleh alim ulama dan niniek mamak yang hadir, hingga pada kongres pada tahun 1950-an, Buya Datuek Palimo Kayo melemparkan semboyan alternatif dari yang pernah disampaikan oleh Buya Hamka sebelumnya, yaitu, "Adat Basandi Syara' - Syara' Basandi Kitabullah". Lebih jelasnya, tulisan tersebut dibuat oleh Bapak AA.Navis.
    Satu fakta lagi yang harus kita cermati adalah, falsafah Adat Basandi Syara' Syara' tersebut juga dipakai dan dibanggakan oleh orang Gorontalo di Sulawesi. Jadi tidak hanya orang Minangkabau tok yang punya falsafah tersebut.

    BalasHapus