Senin, 07 Mei 2012

Guru SMA Terbuka Resah


SUARA BANYUMAS
07 Mei 2012
LINTAS JATENG
Guru SMA Terbuka Resah
 0
 
  0
PURBALINGGA - Para guru SMA Terbuka (SMAT) Kutasari merasa resah. Sebab jam mengajar mereka tidak diakui Dinas Pendidikan sebagai jam pemenuhan sertifikasi. Para guru merasa jerih payah mereka dalam men­cerdaskan anak bangsa tidak dihargai oleh pemerintah.
Saat ini ada 156 siswa yang bersekolah di SMAT Kutasari dari kelas X,XI dan XII. Lebih dari 80 persen aktif berangkat sekolah. Jam belajar mereka mulai 14.00-17.30 dari Senin-Kamis. Adapun pada Jumat dan Sabtu untuk kegiatan tugas mandiri.
’’Jumlah guru yang mengajar 15 orang dan 8 orang di antaranya sudah ikut uji sertifikasi. Rata-rata setiap guru mengajar 6 jam dalam seminggu. Tetapi jam mengajar di SMAT ini tidak diakui sebagai pemenuhan jam sertifikasi oleh pemerintah,’’ kata Kepala SMAT, Sukirto.
Dia mengaku heran dengan hal itu karena seolah-olah SMAT tidak diakui keberadaannya. Tetapi di sisi lain siswa SMAT masih mendapat bantuan khusus murid (BKM) dan rintisan BOS dari pemerintah. Selain itu pemerintah juga mencetak kartu peserta UN untuk siswa SMAT.
Kondisi ini membuat pihak sekolah berpikir ulang untuk membuka pendaftaran peserta didik baru (PPDB) tahun pelajaran 2012/2013. Padahal rencananya PPDB SMAT akan dibuka mulai 25 Mei ini. Terkait dengan hal itu pengelola sekolah mengambil kebijakan.
’’Kami sudah sepakat kalau proses belajar mengajar ini tidak dihargai maka tidak ada PPDB tahun ini. Selanjutnya nasib siswa kelas X dan XI akan dirembuk kemudian, apakah akan dimasukkan ke sekolah reguler yakni SMAN 1 Kutasari atau tetap di SMAT,’’ katanya.
Ditegaskan bahwa para guru tidak meminta macam-macam kecuali hanya minta jam mengajar mereka di SMAT dinilai sebagai jam pemenuhan sertifikasi. Sehingga dalam mendidik siswa, hati mereka tenang karena merasa jerih payahnya dihargai pemerintah.(F10-68)

Pelajar MTs Hilang Tiga Bulan

BANJARNEGARA - Nurohmah (17), warga RT 1 RW 3 Desa Prigi Kecamatan Sigaluh, yang merupakan pelajar sebuah MTs di Banjarnegara, sudah tiga bulan ini hilang. Keluarga dengan dibantu saudara dan kepala desa setempat, sudah berusaha mencari ke berbagai tempat namun belum ada hasilnya. Foto-foto anak itu juga sudah disebar agar bila ada warga yang mengenali, bisa segera memberitahu pihak keluarga, pemerintah desa atau polisi.
’’Ketika pergi dari rumah, pamitnya mau mengembalikan jaket punya teman. Tapi tidak tahu temannya itu siapa dan di mana rumahnya. Pamitnya juga lewat SMS kepada kakaknya, karena saat itu tidak ada orang di rumah,’’ kata Rasem (50), orang tua Nurohmah, saat ditemui di rumahnya, Sabtu (5/5).
Diungkapkan, anaknya pergi pada pertengahan Februari lalu. Namun baru melapor ke pemerintah desa, tiga hari setelah anak tersebut pergi dari rumahnya. Kesulitan melakukan pencarian dikarenakan tidak banyak petunjuk yang bisa digunakan.
’’Anaknya pendiam sehingga kami tidak tahu siapa saja temannya. Dia cerita secukupnya, misalnya ketika harus membayar iuran uang di sekolah. Namun yang pasti tidak ada masalah dengan keluarga. Anak saya juga tidak sedang meminta sesuatu dan tidak ada perselisihan apa-apa,’’ kata Rasem. Kini dia mengaku pasrah, meski tetap menyimpan keyakinan bahwa suatu ketika anaknya akan kembali.
Kepala Desa Prigi Kecamatan Sigaluh, Muhtar Sutono mengatakan, setelah mendapat laporan anak hilang dari warganya, dia kemudian langsung mengantar untuk melapor ke polisi. (H25-68)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar