Selasa, 15 Mei 2012

Unsoed Kenalkan Varietas Padi Gogo Aromatik


Unsoed Kenalkan Varietas Padi Gogo Aromatik



Senin, 14 Mei 2012 20:38 

Arief

Padi Gogo Aromatik


    PURWOKERTO, PESATNEWS - Data Kementerian Pertanian  (2011) menunjukkan produksi padi nasional mencapai 64,34 juta ton gabah kering giling (GKG).  Dari angka tersebut, padi sawah menyumbang 61,12 juta, sedangkan padi gogo hanya 3,22 juta ton.  

    Hal ini dikarenakan  luas panen padi sawah yang mencapai 11,79 juta ha dengan produktivitas 5,18 ton/ha, sedangkan luas panen padi gogo hanya 1,08 juta ha dengan produktivitas 2,96 ton/ha. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan kering dalam mendukung produksi nasional belum optimal, sehingga ketersediaan varietas padi gogo unggul berdaya hasil tinggi sangat dibutuhkan dalam rangka pembangunan pertanian dan pemberdayaan masyarakat.

    Demikian disampaikan dosen Universitas Jenderal Soedriman  (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Ir Alief Einstein M.Hum, di kampus Unsoed, Senin (14/5).  Menurutnya, selaras dengan upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan teknologi tepat guna, varietas padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 menjadi salah satu teknologi tepat guna andalan yang dihasilkan oleh Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto Jawa Tengah yang dapat menjawab kebutuhan tersebut.

    Ia menjelaskan, varietas padi gogo aromatik rakitan Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S. dan Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D. ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia dengan SK Nomor: 3165/Kpts/SR.120/7/2011 tanggal 4 Juli 2011.

    Ditegaskan pula, pencanangan pengembangan padi gogo aromatik secara luas di masyarakat akan ditandai dengan penyerahan secara simbolis benih  INPAGO UNSOED 1 kepada 4 (empat) perwakilan petani lahan kering dalam rangkaian kegiatan “Seminar Nasional Teknologi Berkelanjutan 2012 dan Expo Teknologi” (SNATEK 2012) pada hari Selasa 15 Mei 2012 di Graha Widyatama UNSOED dengan tema “Teknologi Tepat Guna dalam Pemberdayaan  Menuju Masyarakat Madani” yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Teknologi LPPM UNSOED.

    ”Penerima benih INPAGO UNSOED 1 telah melakukan uji coba penanaman padi gogo aromatik di wilayah binaan masing-masing dan bermaksud mengembangkannya lebih luas lagi, di antaranya adalah Ir.Hery Sugiartono (Kepala Desa Mlatiharjo, Demak yang mengembangkan padi gogo aromatic pada area tanam seluas 7 ha), Ir. Luwarso (Direktur Sentra Pelayanan Agrobisnis, Sukabumi seluas lebih dari 10 ha), Wibowo (Kepala Desa Kalisari, Banyumas seluas 8 ha) serta perwakilan PNPM Mandiri,” terangnya.

    Alief menambahkan, keunggulan padi gogo aromatik INPAGO UNSOED 1 di antaranya adalah daya hasilnya yang tinggi (7,2t/ha) melebihi padi gogo yang telah ada (rata-rata 1,5 - 2,9 t/ha).  Umur panen INPAGO UNSOED 1 (+110 hari setelah tanam/hst) jauh lebih pendek dari padi gogo lokal yang banyak dibudidayakan petani di lahan kering.

    ”Kualitas nasi berdasarkan hasil analisis jaringan dan uji organo leptik, menunjukkan kandungan amilosa 18%, tekstur nasi pulen dan beraromawangi.  Ketahanan terhadap hama dan penyakit padi ini di antaranya agak tahan terhadap blas (Pyriculariagrisearas 133) dan tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1.  Padi ini sesuai ditanam di lahan kering, dan dapat ditanam di lahan sawah.  Penanaman di lahan sawah dapat meningkatkan potensi hasilnya hingga 9,6t/ha,” tandasnya.

    Berdasarkan catatan, launching padi gogo aromatik dilakukan dengan  penyerahan SK Menteri Pertanian  no 3165/Kpts/SR.120/7/2011 tgl 4 julli 2011 tentang Pelepasan Varietas Padi Gogo Aromatik dengan nama Inpago Unsoed 1 dan Penyerahan Sertifikat Hak Perlindungan Varietas Tanaman  (PVT) no 00163/PPVT/S/2012 dengan nama padi gogo aromatik Inpago JSPGA 136. Rektor menyerahan SK Menteri Pertanian tentang Pelepasan Varietas Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed 1 kepada Prof Dr Ir Suwarto, MS.  Rektor juga menyerahkan sertifikat hak PVT Padi Gogo Aromatik Inpago JSPGA 136 kepada Prof Ir Totok Agung PhD.......  Suwarto dan Totok Agung adalah tim peneliti padi gogo dari Fakultas Pertanian UNSOED).

    Selain INPAGO UNSOED 1, padi gogo aromatik UNSOED hasil rakitanProf. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, MP., Ph.D.dan Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S. bersama tim peneliti Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi yang telah siap dimanfaatkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah INPAGO JSPGA 136 yang telah memperoleh sertifikat Perlindungan Varietas Tanaman.

    Penyerahan secara resmi INPAGO JSPGA 136 dari Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman kepada Rektor UNSOED yang diwakili oleh Ketua LPPM UNSOED, Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D. telah dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 9 Mei 2012 dalam Pembukaan Evaluasi Pelayanan Perlindungan Varietas Tanaman di Hotel Royal, Bogor Jawa Barat.  INPAGO JSPGA 136 merupakan padi hasil penelitian perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat Perlindungan Varietas Tanaman.

    “Kelebihan padi gogo aromatik ini adalah daya hasilnya yang tinggi (6,24 ton/ha di lahan kering dan 8 ton/ha di lahan sawah) dibandingkan dengan padi gogo yang lain, tahan rebah, tahan roboh, agak tahan terhadap blas (Pyriculariagrisearas 133), tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, serta memiliki tekstur nasi pulen dan beraroma wangi (lebih wangi dari INPAGO UNSOED 1),” jelas Alief.

    Hak PVT adalah semacam hak paten untuk jenis Varietas tanaman.  Hak PVT untuk padi gogo aromatik Inpago JSPGA 136  diberikan oleh Kantor Pusat PVT Kementerian Pertanian kepada UNSOED sebagai bentuk perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang dihasilkan oleh unsoed. Hak PVT yang diberikan kepada UNSOED ini merupakan HKI tanaman yang pertama diberikan kepada Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Dengan kata lain UNSOED adalah PT pertama di Indonesia yang mendapatkan HKI tanaman.  Sebagian besar HKI tanaman diajukan dan diperoleh Perusahaan Swasta.  Sampai saat ini sudah ada total 163 hak PVT yang dihasilkan di Indonesia).

    Pengenalan profil, uji multi lokasi, dan pengembangan padi-padi gogo aromatik UNSOED telah berlangsung di berbagai daerah sejak tahun 2009 melalui berbagai program berdasarkan inisiatif dan didukung berbagai pihak, di antaranya Konsorsium Padi Nasional, DP2M Dikti KemenDikbud, Pemerintah-pemerintah Daerah serta perusahaan daerah dan perusahaan swasta nasional.

    Dikemukakan, derah pengembangan padi gogo aromatik tersebar di berbagai provinsi, yang meliputi lebih dari 8 (delapan) provinsi di Indonesia, di antaranya Jawa Tengah: Banyumas (6-8 ton/ha pada MT I dan MT II), Purbalingga (6-7 ton/ha pada MT I dan MT II), Brebes (5 ton/ha pada MT II),Purworejo (9,6 ton/ha pada musim tanam II), Wonosobo (5-6 ton/ha pada MT II), Cilacap (7 ton/ha pada MT II), Demak (6 ton/ha pada MT II), DIY: Yogyakarta dan Kulon Progo (5-6 ton/ha pada MT II), JawaTimur: Jember (6 ton/ha pada MT II), NTB : Mataram (MT II), Sumatera Barat: Padang (MT II), Jawa Barat: Sukabumi (MT I dan MT II), Papua: Kabupaten Pegunungan Bintang (Papua), Sumatera Selatan: Kota Mandiri Terpadu (Palembang), dan saat ini tengah dilakukan uji coba penanaman di Pulau Bulan, Batam (Kep. Riau) bekerjasama dengan salah satu perusahaan Salim Group.

    “Pencanangan pengembangan padi gogo aromatik dan teknologi tepat guna hasil penelitian UNSOED dalam SNATEK 2012 ini diharapkan menjadi momentum emas peningkatan sinergi pemanfaatan teknologi tepat guna oleh berbagai pihak dalam pemberdayaan menuju masyarakat madani,” tambahnya. (asf)
     

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar