Senin, 30 Januari 2012

Kebudayaan Jawa Tengah

Jawa Tengah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jawa Tengah
—  Provinsi  —
Lambang Jawa Tengah
Lambang
Motto: "Prasetya Ulah Sakti Bhakti Praja"
(Berjanji akan berusaha keras dan setia terhadap negara)
Peta lokasi Jawa Tengah
Negara  Indonesia
Hari jadi 15 Agustus 1950
Ibu kota Semarang
Koordinat 8º 30' - 5º 40' LS
108º 30' - 111º 30' BT (termasuk Kepulauan Karimunjawa)
Pemerintahan
 - Gubernur Bibit Waluyo
 - Wakil Gubernur Dra. Hj. Rustriningsih, M.Si
 - DAU Rp. 1.276.180.223.000,- (2011)[1]
Luas
 - Total 32.548,20 km2
Populasi (2010)[2]
 - Total 32.380.687
 Kepadatan 994,9/km²
Demografi
 - Suku bangsa Jawa (98%), Sunda (1%) [3], Tionghoa, dll.
 - Agama Islam 93.9%, Protestan 1.7%, Katolik 2.2%, Hindu 0.08%, Buddha 0.64%, dan Kejawen 0.33%
 - Bahasa Bahasa Jawa, Indonesia, Sunda, Tiochiu, Mandarin
Zona waktu WIB
Kabupaten 29
Kota 6
Kecamatan 534
Desa/kelurahan 854031820
Situs web www.jatengprov.go.id
[4]
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.

Sejarah

Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Rembang Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro.
Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.
Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Jepara-Rembang, Semarang, Banyumas, dan Kedu.
Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1946 Pemerintah membentuk daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus 1950.

Pemerintahan

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.
Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif, yaitu Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, dan Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.
Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen).

Daftar kabupaten dan kota

No. Kabupaten/Kota Ibu kota Kecamatan dan kelurahan
1 Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara Daftar kecamatan dan kelurahan
2 Kabupaten Banyumas Purwokerto Daftar kecamatan dan kelurahan
3 Kabupaten Batang Batang Daftar kecamatan dan kelurahan
4 Kabupaten Blora Blora Daftar kecamatan dan kelurahan
5 Kabupaten Boyolali Boyolali Daftar kecamatan dan kelurahan
6 Kabupaten Brebes Brebes, Bumiayu Daftar kecamatan dan kelurahan
7 Kabupaten Cilacap Cilacap Daftar kecamatan dan kelurahan
8 Kabupaten Demak Demak Daftar kecamatan dan kelurahan
9 Kabupaten Grobogan Purwodadi Daftar kecamatan dan kelurahan
10 Kabupaten Jepara Jepara Daftar kecamatan dan kelurahan
11 Kabupaten Karanganyar Karanganyar Daftar kecamatan dan kelurahan
12 Kabupaten Kebumen Kebumen Daftar kecamatan dan kelurahan
13 Kabupaten Kendal Kendal Daftar kecamatan dan kelurahan
14 Kabupaten Klaten Klaten Daftar kecamatan dan kelurahan
15 Kabupaten Kudus Kudus Daftar kecamatan dan kelurahan
16 Kabupaten Magelang Kota Mungkid Daftar kecamatan dan kelurahan
17 Kabupaten Pati Pati Daftar kecamatan dan kelurahan
18 Kabupaten Pekalongan Kajen Daftar kecamatan dan kelurahan
19 Kabupaten Pemalang Pemalang Daftar kecamatan dan kelurahan
20 Kabupaten Purbalingga Purbalingga Daftar kecamatan dan kelurahan
21 Kabupaten Purworejo Purworejo Daftar kecamatan dan kelurahan
22 Kabupaten Rembang Rembang Daftar kecamatan dan kelurahan
23 Kabupaten Semarang Ungaran Daftar kecamatan dan kelurahan
24 Kabupaten Sragen Sragen Daftar kecamatan dan kelurahan
25 Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo Daftar kecamatan dan kelurahan
26 Kabupaten Tegal Slawi Daftar kecamatan dan kelurahan
27 Kabupaten Temanggung Temanggung Daftar kecamatan dan kelurahan
28 Kabupaten Wonogiri Wonogiri Daftar kecamatan dan kelurahan
29 Kabupaten Wonosobo Wonosobo Daftar kecamatan dan kelurahan
30 Kota Magelang - Daftar kecamatan dan kelurahan
31 Kota Pekalongan - Daftar kecamatan dan kelurahan
32 Kota Salatiga - Daftar kecamatan dan kelurahan
33 Kota Semarang - Daftar kecamatan dan kelurahan
34 Kota Surakarta - Daftar kecamatan dan kelurahan
35 Kota Tegal - Daftar kecamatan dan kelurahan

Daftar gubernur

Gubernur Jawa Tengah saat ini adalah Bibit Waluyo. Struktur Pemerintahan Daerah Jawa Tengah terdiri atas Sekretariat Daerah (yang meliputi 3 asisten dan membawahi 9 biro), 19 dinas, 6 kantor, 15 badan, serta 7 badan rumah sakit daerah.
No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan
1. Raden panji suroso.jpg Panji Suroso 1945 1945  
2. 13 wongsonegoro.jpg K.R.T. Mr. Wongsonegoro 1945 1949  
3.
R. Boedijono 1949 1954 periode pertama
4.
R. Boedijono 1954 1958 periode kedua
5.
R. M. T. Soekardji Mangoen Koesoemo 1958 1960  
6.
R. M. Hadisoebeno Sosrowerdojo 1960    
7.
Mochtar 1960 1966  
8.
Moenadi 1966 1974  
9. Soepardjo-rustam.jpg Soepardjo Rustam 1974 1982  
10.
Muhammad Ismail 1983 1993  
11.
Soewardi 1993 1998  
12. Mardiyanto.jpg Mardiyanto 24 Agustus 1998 2007 berhenti setelah diangkat menjadi Mendagri
13. Alu Mufiz.jpg Ali Mufiz 28 September 2007 2008 Sebelumnya menjabat Wakil Gubernur
14.
Bibit Waluyo 22 Agustus 2008 2013

Perwakilan

Jawa Tengah mengirim 77 wakil dari sepuluh daerah pemilihan ke DPR RI dan empat wakil ke DPD.
DPRD Jawa Tengah hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari sepuluh partai, dengan perincian sebagai berikut:[5][6]
Partai Kursi  %
PDI-P 23 -
Partai Demokrat 16 -
Partai Golkar 11 -
PKS 10 -
PAN 10 -
PKB 9 -
Partai Gerindra 9 -
PPP 7 -
Partai Hanura 4 -
PKNU 1 -
Total 100 100,0

Geografi

Peta Administrasi Provinsi Jawa Tengah

Relief

Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki kemiringan 0-2%, 31% lahan memiliki kemiringan 2-15%, 19% lahan memiliki kemiringan 15-40%, dan sisanya 12% lahan memiliki kemiringan lebih dari 40%.
Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada akhir Zaman Es (sekitar 10.000 tahun SM) merupakan pulau terpisah dari Jawa, yang akhirnya menyatu karena terjadi endapan aluvial dari sungai-sungai yang mengalir. Kota Demak semasa Kesultanan Demak (abad ke-16 Masehi) berada di tepi laut dan menjadi tempat berlabuhnya kapal. Proses sedimentasi ini sampai sekarang masih berlangsung di pantai Semarang.
Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng, yakni pegunungan kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur).
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai pegunungan yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar 30-50 km; di ujung baratnya terdapat Gunung Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-puncaknya Gunung Prahu dan Gunung Ungaran. Antara rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing, dan sebelah timurnya lagi (kawasan Temanggung dan Magelang) merupakan lanjutan depresi yang membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pegunungan Serayu Selatan merupakan pengangkatan zone Depresi Bandung.
Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit, dengan lebar 10-25 km. Perbukitan yang landai membentang sejajar dengan pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta merupakan daerah pegunungan kapur yang membentang hingga pantai selatan Jawa Timur.

Hidrologi

Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (572 km); memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara, melintasi Kota Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik (dekat Surabaya). Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa di antaranya adalah Kali Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedang sungai-sungai yang bermuara di Samudra Hindia di antaranya adalah Serayu dan Kali Progo. Di antara waduk-waduk yang utama di Jawa Tengah adalah Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Waduk Kedungombo (Kabupaten Boyolali dan Sragen), Rawa Pening (Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal), Waduk Malahayu (Kabupaten Brebes), dan Waduk Sempor (Kabupaten Kebumen).

Gunung berapi

Terdapat 6 gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah, yaitu: Gunung Merapi (di Boyolali), Gunung Slamet (di Pemalang), Gunung Sindoro (di Temanggung - Wonosobo), Gunung Sumbing ( di Temanggung - Wonosobo), dan Gunung Dieng (di Banjarnegara).

Keadaan tanah

Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis tanah wilayah Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial, dan grumusol; sehingga hamparan tanah di provinsi ini termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang relatif subur.

Iklim

Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21-32oC. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Nusakambangan bagian barat, dan sepanjang Pegunungan Serayu Utara. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Blora dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.

Penduduk

Demografi

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 32.380.687 jiwa terdiri atas 16.081.140 laki-laki dan 16.299.547 perempuan. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1,732 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,553 juta jiwa).
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi.
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).
Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%).

Suku

Komposisi etnis Jawa Tengah pada tahun 2000
Etnis Jumlah (%)
Jawa 97,96
Sunda 1,05
Tionghoa 0,54
Madura 0,05
Batak 0,05
Arab 0,03
Minangkabau 0,02
Betawi 0,02
Melayu 0,02
Bugis 0,01
Banjar 0,01
Lain-lain 0,24
Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2000[7]
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini.
Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.
Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.

Bahasa

Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar.
Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten Brebes bagian selatan, dan Kabupaten Cilacap bagian utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur penduduknya yang merupakan suku Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya, sebagai bagian dari peninggalan kerajaan Galuh di Cilacap dan Brebes.[8], dialek Bahasa Sunda yang ada di wilayah Jawa Tengah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
  1. Bahasa Sunda dialek Timur-Laut, digunakan di wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon wilayah timur dan Kabupaten Brebes wilayah Barat dan Selatan.
  2. Bahasa Sunda dialek Tenggara, digunakan di wilayah Kabupaten Ciamis sekitar Kota Ciamis dan Kota Banjar dan wilayah Kabupaten Cilacap bagian Utara.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah :
  1. dialek Pekalongan
  2. dialek Kedu
  3. dialek Bagelen
  4. dialek Semarang
  5. dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
  6. dialek Blora
  7. dialek Surakarta
  8. dialek Yogyakarta
  9. dialek Madiun
  10. dialek Banyumasan (Ngapak)
  11. dialek Tegal-Brebes

Agama


Islam
  
88%
Katholik
  
7%
Kristen
  
2%
Budha
  
1%
Hindu
  
0.5%
Lainnya
  
0.6%
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.
Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia , Lain daerah Suatu Desa di Sumpiuh, Banyumas 100 % Beragama Islam dan Banyumas adalah Populasi Islam terbesar di Indonesia.

Perekonomian

Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja terserap.
Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Blora-Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Cilacap terdapat industri semen.
Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.

Transportasi

Jawa Tengah dilalui beberapa ruas jalan nasional, yang meliputi jalur pantura (menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi), jalur Tegal-Purwokerto, jalur lintas selatan (menghubungkan Bandung-Yogyakarta-Surakarta-Madiun-Surabaya), serta jalur Semarang-Solo. Losari, pintu gerbang Jawa Tengah sebelah barat dapat ditempuh 3,5 - 4 jam perjalanan dari Jakarta. Saat ini telah dibangun ruas jalan tol yang menghubungkan Semarang dan Solo, sehingga mempersingkat waktu tempuh dan memperlancar kegiatan perekonomian.
Jawa Tengah merupakan provinsi yang pertama kali mengoperasikan jalur kereta api, yakni pada tahun 1862 dengan rute Semarang-Yogyakarta, namun jalur ini sekarang tidak lagi dipakai. Saat ini jalur kereta api yang melintasi Jawa Tengah adalah lintas utara (Jakarta-Semarang-Surabaya), lintas selatan (Bandung-Yogyakarta-Surabaya), jalur Kroya-Cirebon, dan jalur Solo-Gundih-Semarang. Jalur kereta Solo-Wonogiri yang telah lama mati dihidupkan kembali pada tahun 2005.
Untuk transportasi udara, Bandara Ahmad Yani di Semarang dan Bandara Adi Sumarmo di Surakarta merupakan bandara komersial yang paling penting di Jawa Tengah. Selain itu juga terdapat Bandara Tunggulwulung di Cilacap dan Bandara Wirasaba di Purbalingga. Penerbangan Jakarta-Semarang atau Jakarta-Surakarta dapat ditempuh dalam waktu 45-50 menit.

Komunikasi dan Media Massa

Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal merupakan kota-kota yang memiliki stasiun relay televisi swasta nasional. Beberapa stasiun televisi lokal di Jawa Tengah adalah TV Borobudur, Pro-TV, Cakra Semarang TV dan TVKU (di Semarang); TATV (di Surakarta); TegalTV (di Tegal); Kebumen TV (di Kebumen); dan Banyumas TV (di Banyumas).
Suara Merdeka, harian yang terbit dari Semarang, adalah surat kabar dengan sirkulasi tertinggi di Jawa Tengah[rujukan?]; harian ini juga memiliki edisi lokal Suara Pantura dan Suara Solo. Di samping itu terdapat koran jaringan Jawa Pos Group, baik yang terbit bersama induknya Jawa Pos (Radar Solo, Radar Jogja, Radar Semarang, dan Radar Kudus) maupun yang terbit sendiri (Meteor, Solo Pos, Radar Tegal, Radar Banyumas, Joglosemar).

Pendidikan dan Kebudayaan

Kebudayaan yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah mayoritas merupakan kebudayaan Jawa, namun terdapat pula kantong-kantong kebudayaan Sunda di wilayah sebelah barat yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat terutama di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap

Pendidikan Bahasa Daerah

Secara umum pendidikan yang ada di Jawa Tengah terutama pendidikan bahasa daerah mengajarkan Pendidikan Bahasa Daerah Bahasa Jawa (Bahasa Jawa Baku dialek Surakarta-Yogyakarta) untuk seluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan SK Gubernur No.895.5/01/2005, namun beberapa tahun terakhir terutama periode 2000-an, beberapa Kabupaten / Kota terutama di wilayah barat menginginkan untuk mengajarkan Bahasa Jawa dengan dialek mereka sendiri, semisalnya Bahasa Jawa dialek Brebes-Tegal. Hal tersebut dilakukan karena menurut mereka Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) tidak mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari terlebih tujuan dari pengajaran bahasa daerahadalah untuk mengembangkan sekaligus melindungi bahasa daerah berikut dialeknya dari kepunahan.

Pendidikan Bahasa Jawa dialek Brebes - Tegal

Pada Kongres Pertama Bahasa Tegal tanggal 4 April 2006 di Hotel Bahari Inn, Kota Tegal memberikan sebuah rekomendasi bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah salah satunya adalah pembudayaan bahasa tegal melalui strategi kurikuler (diajarkan di sekolah). Selama ini sesuai dengan SK Gubernur No.895.5/01/2005 untuk siswa SD/SMP/SMA wilayah Jawa Tengah diberlakukan kurikulum bahasa Jawa (dialek Surakarta - Yogyakarta) sebagai muatan lokal (mulok. Namun bagi siswa yang sehari-hari berbahasa Tegal, pelajaran bahasa Jawa (baku) dirasakan sangat sulit, kebanyakan siswa tidak menguasai materi yang diajarkan. Mata pelajaran bahasa Jawa dengan segala bentuk kaidah-kaidah khusus yang rumit,justru tidak membuat siswa (Tegal) mampu berbahasa Jawa (dialek Surakarta - Yogyakarta) dengan baik. [9]
Kongres yang digagas oleh Yono Daryono, tersebut menghadirkan beberapa tokoh antara lain SN Ratmana (cerpenis), Ki Enthus Susmono (dalang Tegal), Eko Tunas (penyair Tegal). Tujuan digelarnya kongres itu adalah mengangkat status dialek Tegalan menjadi bahasa Tegal.
Pengembangan Pendidikan Bahasa Jawa dialek Brebes - Tegal
Pemerintah Kota Tegal, Jawa Tengah, berencana memasukkan pelajaran bahasa Tegal dalam kurikulum muatan lokal untuk diajarkan kepada siswa mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sampai sekolah menengah umum/kejuruan. Supriyanto (Pakar Bahasa dari Universitas Negeri Semarang) mengatakan melalui pelajaran bahasa Tegal diharapkan para siswa dapat melestarikan, mempertahankan, serta memasyarakatkan bahasa asli daerah mereka. Saat ini, dinas pendidikan dan kebudayaan sedang menyusun silabus, materi pelajaran, buku ajar, serta menyiapkan jurnal tentang bahasa Tegal untuk siswa sekolah dasar.
"Selain mempelajari bahasa Tegal sebagai materi pokok, para siswa juga diajarkan bahasa daerah lain seperti bahasa daerah Solo, Banyumas, Surabaya, serta daerah lainnya sebagai bahasa standar, sehingga jika berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa luar daerah Tegal, para siswa dapat memahami bahasa mereka, hingga kini bahasa Tegal yang belum terlalu banyak terpengaruhi oleh bahasa lain atau biasa dikenal dengan bahasa 'Tegal Deles" (Tegal murni/asli) terdapat di wilayah Tegal pesisir serta Banyumas bagian selatan." (Supriyanto. Pakar Bahasa Universitas Negeri Semarang)
.
Ia mengatakan, sebagai tenaga pengajar bahasa Tegal, dinas pendidikan bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Bahari Center Tegal, sudah merekrut serta melatih sejumlah calon tenaga pengajar khusus bahasa Tegal, karena sekitar akhir 2011, bahasa Tegal sudah siap diajarkan di semua sekolah dasar di Kota Tegal, sedangkan untuk tingkat SMP akan dijarkan mulai 2013, kemudian 2014 baru tingkat SMA.[10]

Pendidikan Bahasa Sunda dialek Tenggara

Keinginan untuk mengajarkan dan menggunakan bahasa daerahnya tidak hanya menjadi keinginan masyarakat Brebes - Tegal saja yang secara nyata masih termasuk Suku Jawa, namun masyarakat suku Sunda yang tinggal di wilayah Provinsi Jawa Tengah utamanya di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap juga menginginkan hal yang sama. Budaya dan bahasa Sunda yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat adalah warisan dari Kerajaan Galuh abad ke 14, dimana sesuai dengan naskah Bujangga Manik bahwa wilayah kerajaan Galuh (suku Sunda) sebelah timur mencapai bantaran Ci Pemali (Kali Pemali) di Brebes dan Ci Serayu (Kali Serayu) yang mengalir dari Dataran Tinggi Dieng hingga ke Muara Sungai di Cilacap.
Suku Sunda di Kabupaten Cilacap menempati wilayah sebelah Utara, misalnya di Kecamatan Dayeuhluhur, Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Majenang. Para pendidik yang cinta bahasa ibu, sebetulnya ingin memilih anak-anak memiliki mulok bahasa Sunda, tetapi bahan-bahan tak disediakan. Pernah suatu saat guru mulok di Dayeuhluhur mengeluh tatkala sekolah "memaksakan kehendak" memilih mulok bahasa Sunda, tetapi bahan pelajaran tak ada.
Ketika pihak sekolah mencari bacaan Sunda ke wilayah Priangan (Provinsi Jawa Barat), pihak Diknas setempat kurang setuju, dengan mengatakan :
"Boleh memilih mulok Bahasa Sunda, tetapi bacaan Sunda sebaiknya lebih memberikan pengetahuan sosial-budaya Cilacap, kan bakal lebih baik bila anak-anak di Cilacap diberi bacaan bahasa Sunda, tetapi isinya berbicara soal Legenda Cilacap, bukan legenda Situ Bagendit dari Garut sana"
.
Dinas Pendidikan Cilacap beralasan karena yang jadi masalah, bacaan berbahasa Sunda yang didatangkan dari Priangan, semuanya hanya memberikan informasi sosial budaya Priangan (Pronvisi Jawa Barat).
Menjadi lebih sulit lagi, karena tak ada bacaan bahasa Sunda yang diterbitkan khusus untuk Cilacap atau Brebes.[11]
Pengembangan Pendidikan Bahasa Sunda dialek Tenggara
Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Dinas Pendidikan setempat telah mengijinkan adanya pengajaran Bahasa Sunda di wilayah-wilayah Kecamatan yang didiami oleh penduduk suku Sunda akan tetapi tanpa payung hukum pengajaran Bahsa Sunda seringkali Guru pengajar di wilayah tersebut membuat sendiri bahan ajar Pendidikan Daerah Bahasa Sunda dialek Tenggara (Ciamis) untuk wilayah Cilacap bagian Utara, dikarenakan keberatan Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap atas buku Pelajaran Bahasa Sunda Baku (dialek Priyangan) untuk diajarkan di Cilacap.

Pendidikan Bahasa Sunda dialek Timur Laut

Hampir sama dengan keadaan dan perkembangan bahasa serta budaya sunda di Kabupaten Cilacap, di wilayah Brebes bahasa sunda juga tergolong bahasa minoritas. Suku Sunda di wilayah Kabupaten Brebes tinggal di Kecamatan sebelah barat dan Selatan, semisal di kecamatan Salem, Bantarkawung, Ketanggungan, Banjarharjo dan beberapa desa di kecamtan Tanjung (Sarireja dan Luwungbata), Kecamatan Larangan (Wlahar, Kamal dan Pamulihan) dan Kecamatan Kersana (Kradenan dan Sindang Jaya).
Masyarakat suku Sunda di Kabupaten Brebes, bahasa sundanya sejajar dengan orang Kuningan yaitu menggunakan pengajaran Bahasa Sunda dialek Timur-Laut yang juga digunakan di wilayah Kabupaten Cirebon sebelah Timur. berikut berapa contoh percakapannya dalam tingkatan lumrah (digunakan kepada teman atau sebaya) :
  1. Misah lulus ujian nyaneh kudu di ajar = agar lulus ujian kamu harus belajar
  2. Iraha nyaneh mangkat = kapan kamu pergi
  3. Naha nyaneh telat = mengapa ia terlambat?
Ciri Bahasa Sunda dialek Timur Laut ini masuk dalam ragam Bahasa Sunda Cirebon dimana ciri dialek Timur Laut ini menggunakan kata "Nyaneh" dan bukannya "maneh" seperti yang dugunakan pada Bahasa Sunda Baku (dialek Priyangan).
Pengembangan Pendidikan Bahasa Sunda dialek Timur Laut
Pengembangan Bahasa Sunda dialek Timur-Laut yang ada di Kabupaten Brebes sama halnya dengan pengembangan Bahasa Sunda di Kabupaten Cilacap yaitu terhalang dengan tidak adanya payung hukum yang menjadi dasar pelaksanaannya karena Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Tahun 2005 hanya mengisyaratkan tentang pengajaran Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta untuk seluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah.
keterbatasan pengembangan selanjutnya juga terbentur dengan adanya buku bacaan serta bahan ajar dialek Timur-Laut, karena kebanyakan bahan ajar yang ada di Provinsi Jawa Barat menggunakan Bahasa Sunda Baku (dialek Priyangan).[12]

Perguruan Tinggi dan Akademi

Jawa Tengah memiliki sejumlah perguruan tinggi terkemuka, terutama di kota Semarang dan Surakarta. Perguruan tinggi negeri meliputi: Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Walisongo di Semarang; Universitas Sebelas Maret (UNS) di Solo, serta Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto
Sedangkan universitas swasta di Jawa Tengah antara lain Universitas Semarang (USM), Universitas Dian Nuswantoro Semarang (UDINUS), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dan Unika Soegijapranata di Semarang, STIE Bank BPD Jateng, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Semarang ( UNIMUS ), Universitas Pekalongan UNIKAL serta Universitas Panca Sakti di Tegal.
Selain itu juga terdapat Akademi Angkatan Darat (AAD) dan SMA Taruna Nusantara di Magelang serta Akademi Kepolisian di Semarang. LPLP Tutuko adalah lembaga pendidikan aviasi dan maintenance penerbangan (mekanik) di Surakarta (Jl. Merapi, Surakarta) dan Yogyakarta (Jl. Sorosutan, Yogyakarta).

Pariwisata

Jawa Tengah banyak terdapat obyek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang memiliki sejumlah bangunan kuno. Obyek wisata lain di kota ini termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah) [(Museum Jawa Tengah Ranggawarsita)]dan Museum Rekor Indonesia (MURI).
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang. Candi Mendut dan Pawon juga terletak satu kompleks dengan Borobudur.
Candi Prambanan di perbatasan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata menarik di luar kota ini adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi peninggalan Majapahit di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran yang terletak di jalur Solo-Purwodadi.
Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah obyek wisata alam menarik, di antaranya Goa Jatijajar dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas. Di bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal; serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan 'kota batik'.
Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura barat terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Kudus juga dikenal sebagai 'kota kretek', dan kota ini juga terdapat museum kretek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar