Kalimantan Timur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kalimantan Timur | |||
---|---|---|---|
— Provinsi — | |||
|
|||
Motto: Ruhui Rahayu (Bahasa Banjar: "kehidupan yang harmonis, sejahtera, aman dan tenteram") |
|||
Peta lokasi Kalimantan Timur | |||
Negara | Indonesia | ||
Hari jadi | 1 Januari 1957 | ||
Dasar hukum | UU No. 25 Tahun 1956 | ||
Ibu kota | Samarinda | ||
Koordinat | 2º 25' LS - 4º 24' LU 113º 44' - 119º 00' BT |
||
Pemerintahan | |||
- Gubernur | Awang Faroek Ishak | ||
- DAU | Rp. 51.446.845.000,- (2011)[1] | ||
Luas[2] | |||
- Total | 245.237,80 km2 | ||
Populasi (2010)[3] | |||
- Total | 3.550.586 | ||
- Kepadatan | 14,5/km² | ||
Demografi | |||
- Suku bangsa | Jawa (29,55%), Bugis (18,26%), Banjar (13,94%), Dayak (9,91%), Kutai (9,21%), Madura (1,24%), Tionghoa (1,16%), dan Lain-lain (16,73%).[4] | ||
- Agama | Islam (82,3%), Kristen (Protestan & Katolik) (16,4%), Hindu (0,58%), dan Budha (0,78%) (2009)[5] | ||
- Bahasa | Bahasa Indonesia, Banjar, Dayak, Kutai | ||
Zona waktu | WITA (UTC+8) | ||
Kabupaten | 10 | ||
Kota | 4 | ||
Kecamatan | 122[6] | ||
Desa/kelurahan | 191 / 1.347[6] | ||
Lagu daerah | Indung-Indung, Buah Bolok, Lamin Talunsur | ||
Rumah tradisional | Rumah Lamin | ||
Senjata tradisional | Mandau, Bujak, Serepang, Kelibit, Sumpit, Gayang | ||
Situs web | www.kaltimprov.go.id |
Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia, dengan luas wilayah 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur.[6]
Sejarah
Sebelum masuknya suku-suku dari Sarawak dan suku-suku pendatang dari luar pulau, wilayah ini sangat jarang penduduknya. Sebelum kedatangan Belanda terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Pasir dan Kesultanan Bulungan.Wilayah Kalimantan Timur meliputi Pasir, Kutai, Berau dan juga Karasikan diklaim sebagai wilayah taklukan Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit di Negara Dipa (Amuntai) hingga masa Kesultanan Banjar. Sebelum adanya perjanjian Bungaya, Sultan Makassar pernah meminjam tanah untuk tempat berdagang meliputi wilayah timur dan tenggara Kalimantan kepada Sultan Mustain Billah dari Banjar sewaktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan Sultan Tallo I Mangngadaccinna Daeng I Ba’le’ Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang[7], mangkubumi dan penasehat utama bagi Sultan Muhammad Said, Raja Gowa tahun 1638-1654[8][9] yang akan menjadikan wilayah Kalimantan Timur sebagai tempat berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)[7] sejak itulah mulai berdatanganlah etnis asal Sulawesi Selatan. Sejak 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur mejadi milik perusahaan VOC Belanda dan Kesultanan Banjar sendiri dengan wilayahnya yang tersisa menjadi daerah protektorat VOC Belanda.
Sesuai traktat 1 Januari 1817, Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimatan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia-Belanda. Pada tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. [10] Pada tahun 1846, Belanda mulai menempatkan Asisten Residen di Samarinda untuk wilayah Borneo Timur (sekarang provinsi Kalimantan Timur dan bagian timur Kalimantan Selatan) bernama H. Von Dewall. [11] Kaltim merupakan bagian dari Hindia Belanda.[12] Kaltim 1800-1850.[13] Dalam tahun 1879, Kaltim dan Tawau merupakan Ooster Afdeeling van Borneo bagian dari Residentie Zuider en Oosterafdeeling van Borneo. [14] Dalam tahun 1900, Kaltim merupakan zelfbesturen (wilayah dependensi)[15] Dalam tahun 1902, Kaltim merupakan Afdeeling Koetei en Noord-oost Kust van Borneo.[16][17] Tahun 1942 Kaltim merupakan Afdeeling Samarinda dan Afdeeling Boeloengan en Beraoe.[18]
provinsi Kalimantan Timur selain sebagai kesatuan administrasi, juga sebagai kesatuan ekologis dan historis. Kalimantan Timur sebagai wilayah administrasi dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956 dengan gubernurnya yang pertama adalah APT Pranoto.
Sebelumnya Kalimantan Timur merupakan salah satu karesidenan dari Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan aspirasi rakyat, sejak tahun 1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Pembentukan Provinsi Kalimantan Timur
Daerah-daerah Tingkat II di dalam wilayah Kalimantan Timur, dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 27 Tahun 1959, Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1955 No.9).Lembaran Negara No.72 Tahun 1959 terdiri atas:
- Pembentukan 2 kotamadya, yaitu:
- Kotamadya Samarinda, dengan Kota Samarinda sebagai ibukotanya dan sekaligus sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur.
- Kotamadya Balikpapan, dengan kota Balikpapan sebagai ibukotanya dan merupakan pintu gerbang Kalimantan Timur.
- Pembentukan 4 kabupaten, yaitu:
- Kabupaten Kutai, dengan ibukotanya Tenggarong
- Kabupaten Pasir, dengan ibukotanya Tanah Grogot.
- Kabupaten Berau, dengan ibukotanya Tanjung Redeb.
- Kabupaten Bulungan, dengan ibukotanya Tanjung Selor.
Pembentukan Kota dan Kabupaten Baru
Berdarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1981, maka dibentuk Kota Administratif Bontang di wilayah Kabupaten Kutai dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1989, maka dibentuk pula Kota Madya Tarakan di wilayah Kabupaten Bulungan. Dalam Perkembangan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan di dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah, maka dibentuk 2 Kota dan 4 kabupaten, yaitu:- Kabupaten Kutai Barat, beribukota di Sendawar
- Kabupaten Kutai Timur, beribukota di Sangatta
- Kabupaten Malinau, beribukota di Malinau
- Kabupaten Nunukan, beribukota di Nunukan
- Kota Tarakan (peningkatan kota administratif Tarakan menjadi kotamadya)
- Kota Bontang (peningkatan kota administratif Bontang menjadi kotamadya)
Pada tanggal 17 Juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Kalimantan Timur menjadi 14 wilayah. Pada tahun yang sama, nama Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No. 49 Tahun 2007.
Pemerintahan
Gubernur
No. | Foto | Nama | Dari | Sampai |
1. | A.P.T. Pranoto | 1956 | 1962 | |
2. | I.A. Moeis[19] | 1959 | 1959 | |
3. | A. Moeis Hasan | 10 Agustus 1962 | 14 September 1966 | |
4. | Soekadio | 1966 | 1967 | |
5. | Abdoel Wahab Sjahranie | 1967 | 1978 | |
6. | Ery Soepardjan | 1978 | 1983 | |
7. | H. Soewandi | 1983 | 1988 | |
8. | H.M. Ardans, SH | 1988 | 1998 | |
9. | Suwarna A.F.[20] | 1998 | 2006 | |
10. | Drs. Yurnalis Ngayoh[21] | 8 Desember 2006 | 3 Juli 2008 | |
Tarmizi Abdul Karim[22] | 3 Juli 2008 | 17 Desember 2008 | ||
11. | Awang Faroek Ishak[23] | 17 Desember 2008 | sekarang |
Daftar wakil gubernur
No. | Nama | Dari | Sampai | Keterangan |
1. | H.M. Ardans, SH | 1983 | 1988 | |
2. | H. Harsono, S.Sos | 1988 | 1993 | |
3. | Suwarna A.F. | 1993 | 1998 | |
4. | Drs.H. Chaidir Hafiedz | 1998 | 2002 | |
5. | Drs. Yurnalis Ngayoh | 1998 | 2003 | |
6. | Drs. Yurnalis Ngayoh | 2003 | 2006 | |
7. | Farid Wadjdy | 2008 | sekarang |
Pembantu Gubernur
Selanjutnya sebagai perpanjangan tangan dari Gubernur Kepala Dearah Provinsi Kalimantan Timur dalam mengelola Administrasi Pemerintahan dan Pembangunan di daerah ini, dibentuk 2 (dua) Pembantu Gubernur yang bertugas Mengkoordinir Wilayah Utara dan Wilayah Selatan, yaitu:- Pembantu Gubernur Wilayah Utara, berkedudukan di Kota Tarakan yang dalam hal ini merupakan perpanjangan tangan gubernur untuk Wilayah Kabupaten Berau, Bulungan dan Kota Administratif Tarakan.
- Pembantu Gubernur Wilayah Selatan, berkedudukan di Kota Balikpapan yang dalam hal ini merupakan perpanjangan tangan gubernur untuk Kotamadya Balikpapan, Kabupaten Kutai, Kabupaten Paser dan Kota Administratif Bontang.
Kabupaten dan Kota
Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dibagi menjadi 10 kabupaten dan 4 kota, yaitu:No. | Kabupaten/Kota | Ibu kota |
---|---|---|
1 | Kabupaten Berau | Tanjungredep |
2 | Kabupaten Bulungan | Tanjungselor |
3 | Kabupaten Kutai Barat | Sendawar |
4 | Kabupaten Kutai Kartanegara | Tenggarong |
5 | Kabupaten Kutai Timur | Sangatta |
6 | Kabupaten Malinau | Malinau |
7 | Kabupaten Nunukan | Nunukan |
8 | Kabupaten Paser | Tanah Grogot |
9 | Kabupaten Penajam Paser Utara | Penajam |
10 | Kabupaten Tana Tidung | Tideng Pale |
11 | Kota Balikpapan | - |
12 | Kota Bontang | - |
13 | Kota Samarinda | - |
14 | Kota Tarakan | - |
Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam
Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas di Indonesia dengan luas wilayah kurang lebih 245.237,80 km² atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur. [24]Keanekaragaman Hayati
Kalimantan Timur memiliki kekayaan flora dan fauna.[25] Di Kalimantan Timur kira-kira tumbuh sekitar 1000-189.000 jenis tumbuhan,[rujukan?] antara lain anggrek hitam yang harga per bunganya dapat mencapai Rp, 100.000,- hingga Rp, 500.000,-Sumber Daya Alam
Masalah sumber daya alam di sini terutama adalah penebangan hutan ilegal yang memusnahkan hutan hujan, selain itu Taman Nasional Kutai yang berada di Kabupaten Kutai Timur ini juga dirambah hutannya. Kurang dari setengah hutan hujan yang masih tersisa, seperti Taman Nasional Kayan Mentarang di bagian utara provinsi ini. Pemerintah lokal masih berusaha untuk menghentikan kebiasaan yang merusak ini.Perekonomian
Hasil utama provinsi ini adalah hasil tambang seperti minyak, gas alam dan batu bara. Sektor lain yang kini sedang berkembang adalah agrikultur, pariwisata dan industri pengolahan.Beberapa daerah seperti Balikpapan dan Bontang mulai mengembangkan kawasan industri berbagai bidang demi mempercepat pertumbuhan perekonomian. Sementara kabupaten-kabupaten di Kaltim kini mulai membuka wilayahnya untuk dibuat perkebunan seperti kelapa sawit dan lain-lain.
Kalimantan Timur memiliki beberapa tujuan pariwisata yang menarik seperti kepulauan Derawan di Berau, Taman Nasional Kayan Mentarang dan Pantai Batu Lamampu di Nunukan, peternakan buaya di Balikpapan, peternakan rusa di Penajam, Kampung Dayak Pampang di Samarinda, Pantai Amal di Kota Tarakan, Pulau Kumala di Tenggarong dan lain-lain.
Tapi ada kendala dalam menuju tempat-tempat di atas, yaitu transportasi. Banyak bagian di provinsi ini masih tidak memiliki jalan aspal, jadi banyak orang berpergian dengan perahu dan pesawat terbang dan tak heran jika di Kalimantan Timur memiliki banyak bandara perintis. Selain itu, akan ada rencana pembuatan Highway Balikpapan-Samarinda-Bontang-Sangata demi memperlancar perekonomian.
Sosial Kemasyarakatan
Suku Bangsa
Kalimantan Timur memiliki beberapa macam suku bangsa. selama ini yang dikenal oleh masyarakat luas, padahal selain dayak ada 1 suku yang juga memegang peranan penting di Kaltim yaitu suku Kutai. Suku Kutai merupakan suku melayu asli Kalimantan Timur, yang awalnya mendiami wilayah pesisir Kalimantan Timur. Lalu dalam perkembangannya berdiri dua kerajaan Kutai, kerajaan Kutai Martadipura yang berdiri lebih dulu dengan rajanya Mulawarman, lalu berdiri pula belakangan kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura, dan lalu berubah nama menjadi kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.Di Kalimantan Timur terdapat juga banyak suku suku pendatang dari luar, seperti Banjar, Bugis, Jawa dan Makassar. Bahasa Banjar,Jawa dan Bahasa Bugis adalah dua dari banyak bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Kalimantan Timur. Suku Banjar dan Bugis banyak mendiami Kalimantan, Samarinda, Sangatta dan Bontang. Sedangkan suku Jawa banyak mendiami Samarinda dan Balikpapan.
Bahasa Daerah
Bahasa-bahasa daerah di Kalimantan Timur merupakan bahasa Austronesia dari rumpun Malayo-Polynesia, diantaranya adalah Bahasa Tidung,Bahasa Banjar, Bahasa Berau dan Bahasa Kutai. Bahasa lainnya adalah Bahasa Lundayeh.Pariwisata, Seni dan Budaya
Lagu Daerah
- Burung Enggang (bahasa Kutai)
- Meharit (Bahasa Kutai)
- Sabar'ai-sabar'ai (Bahasa Banjar)
- Anjat Manik (Bahasa Berau Benua)
- Bebilin (Bahasa Tidung)
- Andang Sigurandang (Bahasa Tidung)
- Bedone (Bahasa Dayak Benuaq)
- Ayen Sae (Bahasa Dayak)
- Sorangan (Bahasa Banjar)
- Lamin Talunsur (Bahasa Kutai)
- Buah Bolok (Bahasa Kutai)
- Aku Menyanyi (Bahasa Kutai)
- Sungai Kandilo (Bahasa Pasir)
- Rambai Manguning (Bahasa Banjar)
- Ading Manis (Bahasa Banjar)
- Indung-Indung (Bahasa Melayu Berau)
- Basar Niat (Bahasa Melayu Berau)
- Berampukan (Bahasa Kutai)
- Undur Hudang (Bahasa Kutai)
- Kada Guna Marista (Bahasa Banjar)
- Tajong Samarinda (Bahasa Kutai)
- Citra Niaga (Bahasa Kutai)
- Taman Anggrek Kersik Luwai
- Ne Poq Batangph
- Banuangku
- Kekayaan Alam Etam (Bahasa Kutai)
- Mambari Maras (Bahasa Banjar)
- Kambang Goyang (Bahasa Banjar)
- Apandang Jakku
- Keledung
- Ketuyak
- Jalung
- Antu
- Mena Wang Langit
- Tung Tit
- To Kejaa
- Ting Ting Nging
- Endut-Endut
- Enjung-Enjung
- Julun Lajun
- Sungai Mahakam
- Samarinda Kota Tepian (Bahasa Kutai)
- Jagung Tepian
- Kandania
- Sarang Kupu
- Adui Indung
- Nasi Bekepor (Bahasa Kutai)
- Nasib Awak
- Tenau
- Luwai
- Balarut di Sungai Mahakam (Bahasa Banjar)
- Leleng (Bahasa Kenyah)
- Merutuh(Bahasa Tonyooi-Benuaq)
[sunting] Seni Suara
- Bedeguuq (Dayak Benuaq)
- Berijooq (Dayak Benuaq)
- Ninga (Dayak Benuaq)
- Enluei (Dayak Wehea)
[sunting] Seni Berpantun
- Perentangin (Dayak Benuaq)
- Ngelengot (Dayak Benuaq)
- Ngakey (Dayak Benuaq)
- Ngeloak (Dayak Benuaq)
Agama
Masyarakat di Kalimantan Timur menganut berbagai agama yang diakui di Indonesia, yaitu:Seni dan Budaya
Musik
- Tingkilan (suku Kutai)
- Musik Sempek/Kejien (suku Dayak Wehea)
Tarian
- Tarian Bedewa dari suku Tidung (Kabupaten Nunukan)
- Tarian Iluk Bebalon dari suku Tidung (Kota Tarakan)
- Tarian Besyitan dari suku Tidung (Kabupaten Malinau)
- Tarian Kedandiu dari suku Tidung (Kabupaten Bulungan)
- Tarian Gantar dari Suku Dayak Benuaq
- Tarian Ngeleway dari Suku Dayak Benuaq
- Tarian Ngerangkaw dari Suku Dayak Benuaq
- Tarian Kencet dari Suku Dayak Kenyah
- Tarian Datun dari Suku Dayak Kenyah
- Tarian Hudoq dari Suku Dayak Wehea
- Tarian Kejien dari Suku Dayak Wehea
- Belian
- Tarian Jepin Ujang Bentawol Suku Tidung (Kota Tarakan)
[sunting] Penyembuhan Penyakit
- Beliatn Bawo (suku Dayak Benuaq)
- Beliatn Sentiyu (suku Dayak Benuaq)
- Beliatn Kenyong (Suku Dayak Benuaq)
- Beliatn Luangan (suku Dayak Benuaq)
- Beliatn Bejamu (suku Dayak Benuaq)
Tolak Bala/Hajatan/Selamatan
- Nuak (dari Suku Dayak Benuaq)
- Bekelew (suku Dayak Benuaq)
- Nalitn Tautn (suku Dayak Benuaq)
- Paper Maper (suku Dayak Benuaq)
- Besamat (suku Dayak Benuaq)
- Pakatn Nyahuq (suku Dayak Benuaq)
Perkawinan
- Ngompokng (suku Dayak Benuaq)
- Tari Kanjar (suku Kutai)
Senjata Tradisional
[sunting] Upacara Adat Kematian
- Kwangkey/Kuangkay (suku Dayak Benuaq)
- Kenyeuw (suku Dayak Benuaq)
- Parepm Api/Tooq (suku Dayak Benuaq)
Referensi
- ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- ^ http://www.bappeda-kaltim.com/geografi.php
- ^ Sensus Penduduk 2010
- ^ http://kaltim.bps.go.id/
- ^ http://kaltim.bps.go.id/KDA09/09-5.pdf
- ^ a b c http://www.indonesia.go.id/index.php/content/view/341/869/
- ^ a b (Melayu) Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405.ISBN 983-62-1240-X
- ^ (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde. 6. Lange & Co.. pp. 243.
- ^ (Indonesia) Lombard (1996). Nusa Jawa: silang budaya kajian sejarah terpadu: Jaringan Asia,. 2. PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 129. ISBN 9796054531. ISBN 978-979-605-453-4 ISBN 979-605-452-3 ISBN 978-979-605-452-7
- ^ (Indonesia) Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia- Belanda 1635-1860, Penerbit Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat 1965
- ^ (Inggris) Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy. Equinox Publishing. ISBN 602-8397-21-0.ISBN 978-602-8397-21-6
- ^ (Belanda) Nederlandisch Indië (1849). Staatsblad van Nederlandisch Indië. s.n..
- ^ (Inggris) (2007)"Borneo, 1800-1857". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses pada 9 Agustus 2011.
- ^ (Inggris) (2007)"Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses pada 9 Agustus 2011.
- ^ (Inggris) (2007)"Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses pada 9 Agustus 2011.
- ^ (Inggris) (2009)"Administrative divisions in Dutch Borneo, 1902". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses pada 9 Agustus 2011.
- ^ (Inggris) (2007)"Administrative divisions in Dutch and British Borneo, 1902". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses pada 9 Agustus 2011.
- ^ (Inggris) (2007)"Borneo in 1942". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses pada 9 Agustus 2011.
- ^ Menjadi Gubernur Swatantra Tingkat I Kaltim.
- ^ Pada tahun 2006 diberhentikan karena kasus korupsi.
- ^ Sebelumnya menjadi wakil gubernur hingga pada tahun 2006 menjadi Pelaksana Tugas Gubernur menggantikan Suwarna A.F. yang ditahan karena kasus korupsi. Kemudian, pada tanggal 10 Maret 2008, Yurnalis Ngayoh dilantik menjadi Gubernur Kaltim hingga bulan Juli 2008.
- ^ Sebagai Pejabat Gubernur Kalimantan Timur karena Pilgub Kaltim 2008 berlangsung 2 putaran sehingga gubernur baru tidak bisa dilantik yang rencananya pada bulan Juli 2008 menjadi bulan Desember 2008 setelah Pilgub Kaltim 2008 selesai.
- ^ Dilantik sebagai Gubernur Kaltim pada tanggal 17 Desember 2008 setelah memenangkan perolehan suara pada Pilgub Kaltim 2008 putaran kedua.
- ^ Profil Kalimantan Timur di Indonesia.go.id
- ^ (Inggris) Guhardja, Edi (2000). Rainforest ecosystems of East Kalimantan: El Niño, drought, fire and human impacts. Springer. ISBN 4431702725.ISBN 9784431702726
Tidak ada komentar:
Posting Komentar