Jawa Tengah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jawa Tengah | |||
---|---|---|---|
— Provinsi — | |||
|
|||
Motto: "Prasetya Ulah Sakti Bhakti Praja" (Berjanji akan berusaha keras dan setia terhadap negara) |
|||
Peta lokasi Jawa Tengah | |||
Negara | Indonesia | ||
Hari jadi | 15 Agustus 1950 | ||
Ibu kota | Semarang | ||
Koordinat | 8º 30' - 5º 40' LS 108º 30' - 111º 30' BT (termasuk Kepulauan Karimunjawa) |
||
Pemerintahan | |||
- Gubernur | Bibit Waluyo | ||
- Wakil Gubernur | Dra. Hj. Rustriningsih, M.Si | ||
- DAU | Rp. 1.276.180.223.000,- (2011)[1] | ||
Luas | |||
- Total | 32.548,20 km2 | ||
Populasi (2010)[2] | |||
- Total | 32.380.687 | ||
- Kepadatan | 994,9/km² | ||
Demografi | |||
- Suku bangsa | Jawa (98%), Sunda (1%) [3], Tionghoa, dll. | ||
- Agama | Islam 93.9%, Protestan 1.7%, Katolik 2.2%, Hindu 0.08%, Buddha 0.64%, dan Kejawen 0.33% | ||
- Bahasa | Bahasa Jawa, Indonesia, Sunda, Tiochiu, Mandarin | ||
Zona waktu | WIB | ||
Kabupaten | 29 | ||
Kota | 6 | ||
Kecamatan | 534 | ||
Desa/kelurahan | 854031820 | ||
Situs web | www.jatengprov.go.id | ||
[4] |
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.
Sejarah
Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Rembang Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro.
Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.
Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Jepara-Rembang, Semarang, Banyumas, dan Kedu.
Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1946 Pemerintah membentuk daerah swapraja Kasunanan
dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui
Undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa
Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan
Undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi
Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus 1950.
Pemerintahan
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.
Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif, yaitu Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, dan Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.
Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen).
Daftar kabupaten dan kota
Daftar gubernur
Gubernur Jawa Tengah saat ini adalah Bibit Waluyo. Struktur Pemerintahan Daerah Jawa Tengah terdiri atas Sekretariat Daerah (yang meliputi 3 asisten dan membawahi 9 biro), 19 dinas, 6 kantor, 15 badan, serta 7 badan rumah sakit daerah.
No. | Foto | Nama | Dari | Sampai | Keterangan |
1. | Panji Suroso | 1945 | 1945 | ||
2. | K.R.T. Mr. Wongsonegoro | 1945 | 1949 | ||
3. | R. Boedijono | 1949 | 1954 | periode pertama | |
4. | R. Boedijono | 1954 | 1958 | periode kedua | |
5. | R. M. T. Soekardji Mangoen Koesoemo | 1958 | 1960 | ||
6. | R. M. Hadisoebeno Sosrowerdojo | 1960 | |||
7. | Mochtar | 1960 | 1966 | ||
8. | Moenadi | 1966 | 1974 | ||
9. | Soepardjo Rustam | 1974 | 1982 | ||
10. | Muhammad Ismail | 1983 | 1993 | ||
11. | Soewardi | 1993 | 1998 | ||
12. | Mardiyanto | 24 Agustus 1998 | 2007 | berhenti setelah diangkat menjadi Mendagri | |
13. | Ali Mufiz | 28 September 2007 | 2008 | Sebelumnya menjabat Wakil Gubernur | |
14. | Bibit Waluyo | 22 Agustus 2008 | 2013 |
Perwakilan
DPRD Jawa Tengah hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari sepuluh partai, dengan perincian sebagai berikut:[5][6]
Partai | Kursi | % |
---|---|---|
PDI-P | 23 | - |
Partai Demokrat | 16 | - |
Partai Golkar | 11 | - |
PKS | 10 | - |
PAN | 10 | - |
PKB | 9 | - |
Partai Gerindra | 9 | - |
PPP | 7 | - |
Partai Hanura | 4 | - |
PKNU | 1 | - |
Total | 100 | 100,0 |
Geografi
Relief
Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki
kemiringan 0-2%, 31% lahan memiliki kemiringan 2-15%, 19% lahan memiliki
kemiringan 15-40%, dan sisanya 12% lahan memiliki kemiringan lebih dari
40%.
Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada akhir Zaman Es
(sekitar 10.000 tahun SM) merupakan pulau terpisah dari Jawa, yang
akhirnya menyatu karena terjadi endapan aluvial dari sungai-sungai yang
mengalir. Kota Demak semasa Kesultanan Demak
(abad ke-16 Masehi) berada di tepi laut dan menjadi tempat berlabuhnya
kapal. Proses sedimentasi ini sampai sekarang masih berlangsung di
pantai Semarang.
Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng, yakni pegunungan kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur).
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu
Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk
rantai pegunungan yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat
dengan Pegunungan Kendeng di timur. Lebar rangkaian pegunungan ini
sekitar 30-50 km; di ujung baratnya terdapat Gunung Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-puncaknya Gunung Prahu dan Gunung Ungaran. Antara rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing, dan sebelah timurnya lagi (kawasan Temanggung dan Magelang) merupakan lanjutan depresi yang membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pegunungan Serayu Selatan merupakan pengangkatan zone Depresi Bandung.
Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang
sempit, dengan lebar 10-25 km. Perbukitan yang landai membentang sejajar
dengan pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta
merupakan daerah pegunungan kapur yang membentang hingga pantai selatan
Jawa Timur.
Hidrologi
Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (572 km); memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara, melintasi Kota Surakarta,
dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik (dekat
Surabaya). Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa di antaranya adalah Kali Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedang sungai-sungai yang bermuara di Samudra Hindia di antaranya adalah Serayu dan Kali Progo. Di antara waduk-waduk yang utama di Jawa Tengah adalah Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Waduk Kedungombo (Kabupaten Boyolali dan Sragen), Rawa Pening (Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal), Waduk Malahayu (Kabupaten Brebes), dan Waduk Sempor (Kabupaten Kebumen).
Gunung berapi
Terdapat 6 gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah, yaitu: Gunung Merapi (di Boyolali), Gunung Slamet (di Pemalang), Gunung Sindoro (di Temanggung - Wonosobo), Gunung Sumbing ( di Temanggung - Wonosobo), dan Gunung Dieng (di Banjarnegara).
Keadaan tanah
Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis tanah wilayah Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial, dan grumusol; sehingga hamparan tanah di provinsi ini termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang relatif subur.
Iklim
Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21-32oC.
Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Nusakambangan
bagian barat, dan sepanjang Pegunungan Serayu Utara. Daerah dengan curah
hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di
daerah Blora dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.
Penduduk
Demografi
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 32.380.687 jiwa terdiri
atas 16.081.140 laki-laki dan 16.299.547 perempuan. Kabupaten/kota
dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1,732 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,553 juta jiwa).
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik
kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di
daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten
Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten
Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi.
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun.
Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per
tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).
Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%).
Suku
Etnis | Jumlah (%) |
---|---|
Jawa | 97,96 |
Sunda | 1,05 |
Tionghoa | 0,54 |
Madura | 0,05 |
Batak | 0,05 |
Arab | 0,03 |
Minangkabau | 0,02 |
Betawi | 0,02 |
Melayu | 0,02 |
Bugis | 0,01 |
Banjar | 0,01 |
Lain-lain | 0,24 |
Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2000[7] |
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini.
Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa,
terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga
ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara
mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental
sehari-harinya.
Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda
yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan
Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.
Bahasa
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar.
Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan
dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan
dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda
dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di
bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek
Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa
Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di antaranya adalah
Pekalongan dan Kedu.
Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten Brebes bagian selatan, dan Kabupaten Cilacap bagian utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur
penduduknya yang merupakan suku Sunda masih menggunakan bahasa Sunda
dalam kehidupan sehari-harinya, sebagai bagian dari peninggalan kerajaan
Galuh di Cilacap dan Brebes.[8], dialek Bahasa Sunda yang ada di wilayah Jawa Tengah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
- Bahasa Sunda dialek Timur-Laut, digunakan di wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon wilayah timur dan Kabupaten Brebes wilayah Barat dan Selatan.
- Bahasa Sunda dialek Tenggara, digunakan di wilayah Kabupaten Ciamis sekitar Kota Ciamis dan Kota Banjar dan wilayah Kabupaten Cilacap bagian Utara.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah :
- dialek Pekalongan
- dialek Kedu
- dialek Bagelen
- dialek Semarang
- dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
- dialek Blora
- dialek Surakarta
- dialek Yogyakarta
- dialek Madiun
- dialek Banyumasan (Ngapak)
- dialek Tegal-Brebes
Agama
Islam | 88% | |||
Katholik | 7% | |||
Kristen | 2% | |||
Budha | 1% | |||
Hindu | 0.5% | |||
Lainnya | 0.6% |
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.
Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang
banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini
merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi
Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di
Indonesia , Lain daerah Suatu Desa di Sumpiuh, Banyumas 100 % Beragama Islam dan Banyumas adalah Populasi Islam terbesar di Indonesia.
Perekonomian
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana
mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan
kerja terserap.
Kawasan hutan
meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan.
Daerah Blora-Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga
terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah
Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa
Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Cilacap terdapat industri semen.
Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.
Transportasi
Jawa Tengah dilalui beberapa ruas jalan nasional, yang meliputi jalur pantura
(menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi), jalur
Tegal-Purwokerto, jalur lintas selatan (menghubungkan
Bandung-Yogyakarta-Surakarta-Madiun-Surabaya), serta jalur
Semarang-Solo. Losari, pintu gerbang
Jawa Tengah sebelah barat dapat ditempuh 3,5 - 4 jam perjalanan dari
Jakarta. Saat ini telah dibangun ruas jalan tol yang menghubungkan
Semarang dan Solo, sehingga mempersingkat waktu tempuh dan memperlancar
kegiatan perekonomian.
Jawa Tengah merupakan provinsi yang pertama kali mengoperasikan jalur kereta api, yakni pada tahun 1862
dengan rute Semarang-Yogyakarta, namun jalur ini sekarang tidak lagi
dipakai. Saat ini jalur kereta api yang melintasi Jawa Tengah adalah
lintas utara (Jakarta-Semarang-Surabaya), lintas selatan
(Bandung-Yogyakarta-Surabaya), jalur Kroya-Cirebon, dan jalur
Solo-Gundih-Semarang. Jalur kereta Solo-Wonogiri yang telah lama mati
dihidupkan kembali pada tahun 2005.
Untuk transportasi udara, Bandara Ahmad Yani di Semarang dan Bandara Adi Sumarmo
di Surakarta merupakan bandara komersial yang paling penting di Jawa
Tengah. Selain itu juga terdapat Bandara Tunggulwulung di Cilacap dan
Bandara Wirasaba di Purbalingga. Penerbangan Jakarta-Semarang atau
Jakarta-Surakarta dapat ditempuh dalam waktu 45-50 menit.
Komunikasi dan Media Massa
Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal merupakan kota-kota yang
memiliki stasiun relay televisi swasta nasional. Beberapa stasiun
televisi lokal di Jawa Tengah adalah TV Borobudur, Pro-TV, Cakra Semarang TV dan TVKU (di Semarang); TATV (di Surakarta); TegalTV (di Tegal); Kebumen TV (di Kebumen); dan Banyumas TV (di Banyumas).
Suara Merdeka, harian yang terbit dari Semarang, adalah surat kabar dengan sirkulasi tertinggi di Jawa Tengah[rujukan?]; harian ini juga memiliki edisi lokal Suara Pantura dan Suara Solo. Di samping itu terdapat koran jaringan Jawa Pos Group, baik yang terbit bersama induknya Jawa Pos (Radar Solo, Radar Jogja, Radar Semarang, dan Radar Kudus) maupun yang terbit sendiri (Meteor, Solo Pos, Radar Tegal, Radar Banyumas, Joglosemar).
Pendidikan dan Kebudayaan
Kebudayaan yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah mayoritas
merupakan kebudayaan Jawa, namun terdapat pula kantong-kantong
kebudayaan Sunda di wilayah sebelah barat yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat terutama di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap
Pendidikan Bahasa Daerah
Secara umum pendidikan yang ada di Jawa Tengah terutama pendidikan
bahasa daerah mengajarkan Pendidikan Bahasa Daerah Bahasa Jawa (Bahasa
Jawa Baku dialek Surakarta-Yogyakarta) untuk seluruh Kabupaten / Kota di
Provinsi Jawa Tengah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan SK Gubernur No.895.5/01/2005,
namun beberapa tahun terakhir terutama periode 2000-an, beberapa
Kabupaten / Kota terutama di wilayah barat menginginkan untuk
mengajarkan Bahasa Jawa dengan dialek mereka sendiri, semisalnya Bahasa
Jawa dialek Brebes-Tegal. Hal tersebut dilakukan karena menurut mereka
Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) tidak mereka gunakan
dalam kehidupan sehari-hari terlebih tujuan dari pengajaran bahasa
daerahadalah untuk mengembangkan sekaligus melindungi bahasa daerah
berikut dialeknya dari kepunahan.
Pendidikan Bahasa Jawa dialek Brebes - Tegal
Pada Kongres Pertama Bahasa Tegal tanggal 4 April 2006 di Hotel Bahari Inn, Kota Tegal memberikan sebuah rekomendasi bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah salah satunya adalah pembudayaan bahasa tegal
melalui strategi kurikuler (diajarkan di sekolah). Selama ini sesuai
dengan SK Gubernur No.895.5/01/2005 untuk siswa SD/SMP/SMA wilayah Jawa
Tengah diberlakukan kurikulum bahasa Jawa (dialek Surakarta -
Yogyakarta) sebagai muatan lokal (mulok. Namun bagi siswa yang
sehari-hari berbahasa Tegal, pelajaran bahasa Jawa (baku) dirasakan
sangat sulit, kebanyakan siswa tidak menguasai materi yang diajarkan.
Mata pelajaran bahasa Jawa dengan segala bentuk kaidah-kaidah khusus
yang rumit,justru tidak membuat siswa (Tegal) mampu berbahasa Jawa
(dialek Surakarta - Yogyakarta) dengan baik. [9]
Kongres yang digagas oleh Yono Daryono, tersebut menghadirkan beberapa tokoh antara lain SN Ratmana (cerpenis), Ki Enthus Susmono (dalang Tegal), Eko Tunas (penyair Tegal). Tujuan digelarnya kongres itu adalah mengangkat status dialek Tegalan menjadi bahasa Tegal.
Pengembangan Pendidikan Bahasa Jawa dialek Brebes - Tegal
Pemerintah Kota Tegal, Jawa Tengah, berencana memasukkan pelajaran
bahasa Tegal dalam kurikulum muatan lokal untuk diajarkan kepada siswa
mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sampai sekolah
menengah umum/kejuruan. Supriyanto (Pakar Bahasa dari Universitas Negeri
Semarang) mengatakan melalui pelajaran bahasa Tegal diharapkan para
siswa dapat melestarikan, mempertahankan, serta memasyarakatkan bahasa
asli daerah mereka. Saat ini, dinas pendidikan dan kebudayaan sedang
menyusun silabus, materi pelajaran, buku ajar, serta menyiapkan jurnal
tentang bahasa Tegal untuk siswa sekolah dasar.
“ | "Selain mempelajari bahasa Tegal sebagai materi pokok, para siswa juga diajarkan bahasa daerah lain seperti bahasa daerah Solo, Banyumas, Surabaya, serta daerah lainnya sebagai bahasa standar, sehingga jika berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa luar daerah Tegal, para siswa dapat memahami bahasa mereka, hingga kini bahasa Tegal yang belum terlalu banyak terpengaruhi oleh bahasa lain atau biasa dikenal dengan bahasa 'Tegal Deles" (Tegal murni/asli) terdapat di wilayah Tegal pesisir serta Banyumas bagian selatan." (Supriyanto. Pakar Bahasa Universitas Negeri Semarang) | ” |
.
Ia mengatakan, sebagai tenaga pengajar bahasa Tegal, dinas pendidikan
bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan
Bahari Center Tegal, sudah merekrut serta melatih sejumlah calon tenaga
pengajar khusus bahasa Tegal, karena sekitar akhir 2011, bahasa Tegal
sudah siap diajarkan di semua sekolah dasar di Kota Tegal, sedangkan
untuk tingkat SMP akan dijarkan mulai 2013, kemudian 2014 baru tingkat
SMA.[10]
Pendidikan Bahasa Sunda dialek Tenggara
Keinginan untuk mengajarkan dan menggunakan bahasa daerahnya tidak
hanya menjadi keinginan masyarakat Brebes - Tegal saja yang secara nyata
masih termasuk Suku Jawa, namun masyarakat suku Sunda yang tinggal di
wilayah Provinsi Jawa Tengah utamanya di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap
juga menginginkan hal yang sama. Budaya dan bahasa Sunda yang ada di
wilayah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat adalah warisan dari Kerajaan
Galuh abad ke 14, dimana sesuai dengan naskah Bujangga Manik bahwa
wilayah kerajaan Galuh (suku Sunda) sebelah timur mencapai bantaran Ci
Pemali (Kali Pemali) di Brebes dan Ci Serayu (Kali Serayu) yang mengalir
dari Dataran Tinggi Dieng hingga ke Muara Sungai di Cilacap.
Suku Sunda di Kabupaten Cilacap menempati wilayah sebelah Utara, misalnya di Kecamatan Dayeuhluhur, Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Majenang.
Para pendidik yang cinta bahasa ibu, sebetulnya ingin memilih anak-anak
memiliki mulok bahasa Sunda, tetapi bahan-bahan tak disediakan. Pernah
suatu saat guru mulok di Dayeuhluhur mengeluh tatkala sekolah
"memaksakan kehendak" memilih mulok bahasa Sunda, tetapi bahan pelajaran
tak ada.
Ketika pihak sekolah mencari bacaan Sunda ke wilayah Priangan (Provinsi Jawa Barat), pihak Diknas setempat kurang setuju, dengan mengatakan :
“ | "Boleh memilih mulok Bahasa Sunda, tetapi bacaan Sunda sebaiknya lebih memberikan pengetahuan sosial-budaya Cilacap, kan bakal lebih baik bila anak-anak di Cilacap diberi bacaan bahasa Sunda, tetapi isinya berbicara soal Legenda Cilacap, bukan legenda Situ Bagendit dari Garut sana" | ” |
.
Dinas Pendidikan Cilacap beralasan karena yang jadi masalah, bacaan
berbahasa Sunda yang didatangkan dari Priangan, semuanya hanya
memberikan informasi sosial budaya Priangan (Pronvisi Jawa Barat).
Menjadi lebih sulit lagi, karena tak ada bacaan bahasa Sunda yang diterbitkan khusus untuk Cilacap atau Brebes.[11]
Pengembangan Pendidikan Bahasa Sunda dialek Tenggara
Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Dinas Pendidikan
setempat telah mengijinkan adanya pengajaran Bahasa Sunda di
wilayah-wilayah Kecamatan yang didiami oleh penduduk suku Sunda akan
tetapi tanpa payung hukum pengajaran Bahsa Sunda seringkali Guru
pengajar di wilayah tersebut membuat sendiri bahan ajar Pendidikan
Daerah Bahasa Sunda dialek Tenggara (Ciamis) untuk wilayah Cilacap
bagian Utara, dikarenakan keberatan Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap atas buku Pelajaran Bahasa Sunda Baku (dialek Priyangan) untuk diajarkan di Cilacap.
Pendidikan Bahasa Sunda dialek Timur Laut
Hampir sama dengan keadaan dan perkembangan bahasa serta budaya sunda
di Kabupaten Cilacap, di wilayah Brebes bahasa sunda juga tergolong
bahasa minoritas. Suku Sunda di wilayah Kabupaten Brebes tinggal di
Kecamatan sebelah barat dan Selatan, semisal di kecamatan Salem, Bantarkawung, Ketanggungan, Banjarharjo dan beberapa desa di kecamtan Tanjung (Sarireja dan Luwungbata), Kecamatan Larangan (Wlahar, Kamal dan Pamulihan) dan Kecamatan Kersana (Kradenan dan Sindang Jaya).
Bahasa Sunda dan bahasa Jawa dipakai secara bersama di beberapa desa di kecamatan Bumiayu (Pruwatan dan Laren), kecamatan Bantarkawung (Cinanas, Cibentang, Karang Pari, Pangebatan, dan Bantarkawung), Kecamatan Ketanggungan (Pamedaran, Baros, Kubangsari, Kubangjati, Dukuh Badag, dan Kubangwungu), Banjarharjo (Banjarharjo, Cimunding, Ciawi, Tegalreja, dan Banjar Lor), Kecamatan Losari (Karang Junti dan Babakan) dan Kecamatan Kersana (kubangpari).
Masyarakat suku Sunda di Kabupaten Brebes, bahasa sundanya sejajar
dengan orang Kuningan yaitu menggunakan pengajaran Bahasa Sunda dialek
Timur-Laut yang juga digunakan di wilayah Kabupaten Cirebon sebelah Timur. berikut berapa contoh percakapannya dalam tingkatan lumrah (digunakan kepada teman atau sebaya) :
- Misah lulus ujian nyaneh kudu di ajar = agar lulus ujian kamu harus belajar
- Iraha nyaneh mangkat = kapan kamu pergi
- Naha nyaneh telat = mengapa ia terlambat?
Ciri Bahasa Sunda dialek Timur Laut ini masuk dalam ragam Bahasa Sunda Cirebon dimana ciri dialek Timur Laut ini menggunakan kata "Nyaneh" dan bukannya "maneh" seperti yang dugunakan pada Bahasa Sunda Baku (dialek Priyangan).
Pengembangan Pendidikan Bahasa Sunda dialek Timur Laut
Pengembangan Bahasa Sunda dialek Timur-Laut yang ada di Kabupaten Brebes sama halnya dengan pengembangan Bahasa Sunda di Kabupaten Cilacap
yaitu terhalang dengan tidak adanya payung hukum yang menjadi dasar
pelaksanaannya karena Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Tahun 2005
hanya mengisyaratkan tentang pengajaran Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta untuk seluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah.
keterbatasan pengembangan selanjutnya juga terbentur dengan adanya
buku bacaan serta bahan ajar dialek Timur-Laut, karena kebanyakan bahan
ajar yang ada di Provinsi Jawa Barat menggunakan Bahasa Sunda Baku (dialek Priyangan).[12]
Perguruan Tinggi dan Akademi
Jawa Tengah memiliki sejumlah perguruan tinggi terkemuka, terutama di
kota Semarang dan Surakarta. Perguruan tinggi negeri meliputi: Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Walisongo di Semarang; Universitas Sebelas Maret (UNS) di Solo, serta Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto
Sedangkan universitas swasta di Jawa Tengah antara lain Universitas Semarang (USM), Universitas Dian Nuswantoro Semarang (UDINUS), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dan Unika Soegijapranata di Semarang, STIE Bank BPD Jateng,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Magelang,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Semarang (
UNIMUS ), Universitas Pekalongan UNIKAL serta Universitas Panca Sakti di Tegal.
Selain itu juga terdapat Akademi Angkatan Darat (AAD) dan SMA Taruna Nusantara di Magelang serta Akademi Kepolisian di Semarang. LPLP Tutuko adalah lembaga pendidikan aviasi dan maintenance penerbangan (mekanik) di Surakarta (Jl. Merapi, Surakarta) dan Yogyakarta (Jl. Sorosutan, Yogyakarta).
Pariwisata
Jawa Tengah banyak terdapat obyek wisata yang sangat menarik. Kota
Semarang memiliki sejumlah bangunan kuno. Obyek wisata lain di kota ini
termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah) [(Museum Jawa Tengah Ranggawarsita)]dan Museum Rekor Indonesia (MURI).
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang. Candi Mendut dan Pawon juga terletak satu kompleks dengan Borobudur.
Candi Prambanan di perbatasan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata menarik di luar kota ini adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi peninggalan Majapahit di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran yang terletak di jalur Solo-Purwodadi.
Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah obyek wisata alam menarik, di antaranya Goa Jatijajar dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas. Di bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal; serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan 'kota batik'.
Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung
Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan
paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura barat terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Kudus juga dikenal sebagai 'kota kretek', dan kota ini juga terdapat museum kretek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar