Akar Betawi
Rabu, 4 Januari 2012 | 03:30 WIB
Belakangan ini, Wanda Hamidah (34)
gelisah memperkenalkan budaya Betawi kepada anak-anaknya. ”Ibu saya,
Hanifah, orang Betawi. Kami orang Betawi Batu Ceper, Batu Tulis, Krukut,
Sawah Besar. Seperti halnya ketiga anak saya, saya lahir dan besar di
Betawi. Tapi, apa yang anak-anak saya tahu tentang orang-orang dan
budaya Betawi?” kata Wanda, Minggu (1/1).
Ia khawatir anak-anaknya
mengidentikkan etnis atau budaya Betawi dengan budaya kekerasan dan
monokultur. Padahal, kata anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta ini, hal itu
bertolak belakang dengan akar budaya Betawi.
”Orang Betawi itu
pasti pluralis karena mereka lahir dari silang darah. Alat-alat
kebudayaannya juga, kalau dilihat dari pakaian, kuliner, musik, bahasa,
dan tradisinya, mencerminkan keterbukaan orang Betawi terhadap berbagai
unsur dari luar. Itu artinya, menjadi Betawi bukan karena benturan,
melainkan karena menyerap semua elemen budaya yang datang,” ungkapnya.
”Yang
saya lihat dan alami saat saya kecil, orang Betawi itu mudah
mengucapkan salam dan selamat kepada mereka yang merayakan hari raya
agamanya. Bahkan, keluarga kami sering ikut kenduri bersama mereka,”
ujar Wanda.
Kini, pemain film Pengejar Angin itu, lewat mekanisme
di DPRD, berniat mendorong Pemerintah Provinsi DKI menyusun muatan lokal
Betawi di SD hingga SMA.
”Pluralisme dan budaya anti-kekerasan
sebagai akar budaya Betawi tidak boleh punah. Atau, Jakarta akan menjadi
belantara kekerasan,” kata Wanda mengingatkan.
(WIN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar