Suku Lampung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Etnis Lampung yang biasa disebut Ulun Lampung [Orang Lampung] secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan
bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di
Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir, Merpas di
sebelah selatan Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat Banten.
Asal usul
Asal-usul Ulun Lampung erat kaitannya dengan istilah Lampung
sendiri. Kata Lampung sendiri berasal dari kata "anjak lambung" yang
berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung
pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng
Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tsing yang pernah mengunjungi Sekala Brak
setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan dia menyebut To-Langpohwang bagi
penghuni Negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan
oleh I Tsing To-Langpohwang berarti orang atas dan seperti diketahui
Pesagi dan dataran tinggi Sekala brak adalah puncak tertinggi ditanah
Lampung.
Prof Hilman Hadikusuma di dalam bukunya (Adat Istiadat Lampung:1983)
menyatakan bahwa generasi awal Ulun Lampung berasal dari Sekala Brak, di
kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat. Penduduknya dihuni oleh Buay Tumi
yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekerummong. Negeri ini
menganut kepercayaan dinamisme, yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa.
Buay Tumi kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa Islam yang
berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang datang ke sana. Mereka
adalah Umpu Bejalan diWay, Umpu Nyerupa, Umpu Pernong dan Umpu Belunguh.
Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak
sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi
buku Kuntara Raja Niti, nama puyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang,
Sikin, Belunguh, dan Indarwati. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Prof
Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung sebagai
berikut:
- Inder Gajah
Gelar: Umpu Lapah di Way
Kedudukan: Puncak Dalom, Balik Bukit
Keturunan: Orang Abung
Kedudukan: Puncak Dalom, Balik Bukit
Keturunan: Orang Abung
- Pak Lang
Gelar: Umpu Pernong
Kedudukan: Hanibung, Batu Brak
Keturunan: Orang Pubian
Kedudukan: Hanibung, Batu Brak
Keturunan: Orang Pubian
- Sikin
Gelar: Umpu Nyerupa
Kedudukan: Tampak Siring, Sukau
Keturunan: Jelma Daya
Kedudukan: Tampak Siring, Sukau
Keturunan: Jelma Daya
- Belunguh
Gelar: Umpu Belunguh
Kedudukan: Kenali, Belalau
Keturunan: Peminggir
Kedudukan: Kenali, Belalau
Keturunan: Peminggir
- Indarwati
Gelar: Puteri Bulan
Kedudukan: Cenggiring, Batu Brak
Keturunan: Tulang Bawang
Kedudukan: Cenggiring, Batu Brak
Keturunan: Tulang Bawang
Adat-istiadat
Pada dasarnya jurai Ulun Lampung
adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam perkembangannya, secara
umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu masyarakat adat Lampung
Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin
kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan Masyarakat adat Pepadun
yang baru berkembang belakangan kemudian setelah seba yang dilakukan
oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai nilai
demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih
dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin.
Masyarakat adat Lampung Saibatin
Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan
Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk
Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung,
Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau,
Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Propinsi Sumatera Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu.
Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir
karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan
barat lampung, masing masing terdiri dari:
- Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)
- Keratuan Melinting (Lampung Timur)
- Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)
- Keratuan Semaka (Tanggamus)
- Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)
- Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten)
Masyarakat adat Lampung Pepadun
Masyarakat beradat Pepadun/Pedalaman terdiri dari:
- Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.
- Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.
- Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.
- Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay-WayKanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.
Falsafah Hidup Ulun Lampung
Falsafah Hidup Ulun Lampung termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu:
- Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri)
- Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)
- Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)
- Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)
- Sakai-Sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya)
Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’ pada lambang Provinsi Lampung.
Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam adi-adi (pantun):
Tandani ulun Lampung, wat piil-pusanggiri
Mulia heno sehitung, wat liom ghega dighi
Juluk-adok gham pegung, nemui-nyimah muaghi
Nengah-nyampugh mak ngungkung, sakai-Sambaian gawi.
Mulia heno sehitung, wat liom ghega dighi
Juluk-adok gham pegung, nemui-nyimah muaghi
Nengah-nyampugh mak ngungkung, sakai-Sambaian gawi.
Bahasa Lampung
Artikel Lengkap di Bahasa Lampung
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Propinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek.
Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting
Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung,
Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin),
serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun).
Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang
(yang beradat Lampung Pepadun).
Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek,
yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
Aksara Lampung
Artikel Lengkap di Aksara Lampung
Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah
bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India
Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan
huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda
fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak
menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di
belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong,
Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf
induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat
lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah
KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk
berjumlah 20 buah.
Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.
Marga di Lampung
Artikel Lengkap di Marga di Lampung
Sastra
Artikel Lengkap di Sastra Lampung
Tokoh Tokoh Suku Lampung
Negarawan dan Politisi:
- Alamsjah Ratoe Perwiranegara
- Aburizal Bakrie
- Ryamizard Ryacudu
- Alzier Dianis Tabranie
- Bagir Manan
- Tursandi Alwi
Praktisi dan Profesional:
Seniman dan Budayawan:
Akademisi dan Tokoh Pendidikan:
Wartawan dan Jurnalis:
Pahlawan Pejuang Kemerdekaan:
Referensi
- Hilman Hadikusuma dkk. 1983. Adat-istiadat Lampung. Bandar Lampung: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar