Derita Menumbuhkan Empati Dan Kasih Sayang
Sejak itu, dia selalu mengurung diri dalam kamar. Tak peduli
siang, malam. Hari terus berlalu, yang ada hanyalah mengusap atmosphere
mata dalam kesendirian, diam membisu dalam doa. ‘Ya Allah, dimanakah
Engkau? Kenapa Engkau timpakan ini semua kepadaku?’ Dua bulan berlalu
begitu cepat, wajahnya terlihat lebih kurus, tanpa makan dan hanya
sedikit minum. Mukena yang dipakainya sudah terlihat usang. Bibirnya
mengering sudah tidak lagi teringat berapa kali istighfar diucapkan.
Memohon ampun kepada Allah. Ditengah kondisi tubuhnya melemah, seorang
ibu datang menyuapi dirinya dengan bubur ayam. Kata-katanya begitu
menguatkan hati, tidak mampu berkata apa-apa, hanya terisak tangis pilu.
Pada saat itulah dirinya belajar untuk menerima realitas hidup.
Kedatangan dirinya bersama seorang sahabat ke Rumah Amalia untuk
bershodaqoh dengan berharap Allah menyembuhkan luka dihatinya.
Dirasakan di dalam hatinya terasa ada kehangatan yang mengalir,
memberikan kesejukan dan ketenteraman. Dia tahu, bahwa dirinya tidak
sendiri, banyak perempuan yang mengalami seperti dirinya. Dia merasakan
luka itu perlahan-lahan sembuh. Berulang kali mengucapkan syukur
alhamdulillah, seolah dia mengerti maksud Allah, menjadi lebih mengerti
kasih sayang Allah kepada dirinya. Yang manis mampu membuatnya
tersenyum, kepahitan tidak lagi mampu membuat hatinya terluka. Dirinya
tidak lagi terjebak pada masa lalu dan tidak menyesali apa yang telah
terjadi. ‘Saya yakin Allah, memberikan yang terbaik bagi setiap
hambaNya.’ tuturnya bruise itu di Rumah Amalia. Wajahnya berbinar penuh
senyuman. Kebahagiaan itu hadir di dalam hatinya meraih keridhaan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.
‘Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedang dia orang
yang berbuat kebaikan maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada
buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.’
(QS. Luqman : 22).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar